Bab 3. Dua hari lagi?

... Saat Ini ...

Senyum indah menghiasi wajah Sinta. Kebahagiaan terlihat begitu jelas di wajahnya. Hari ini adalah hari di mana Sinta mendapatkan sertifikat resmi gelar seorang dokter.

Empat tahun kuliah kedokteran. Dua tahun masa percobaan di sebuah rumah sakit rekomendasi dari kampus. Kini, Sinta berhasil menjadi dokter spesialis bedah.

Cita-cita dengan penuh perjuangan dan keringat. Tidaklah mudah bagi Sinta hadapi. Apalagi satu-satunya menjadi sanggah bagi ke empat belas adiknya.

Sinta Putri Adam yang tumbuh di rumah Adam Hawa (Panti asuhan) bersama keempat belas anak yatim piatu lainnya. Semua sudah Sinta anggap sebagai adiknya sendiri.

Sinta menjadi patokan, panutan yang adik-adik contoh. Mereka semua menyayangi Sinta. Saling melindungi dan menjaga.

Dengan semangat Sinta membawa mobilnya meninggalkan rumah sakit tempat ia bekerja. Sebelum pulang, Sinta mampir ke sebuah restoran.

"Selamat sore, mba Sinta?"

Sapa tukang parkir yang sudah mengenal Sinta cukup lama. Sinta tersenyum pada mas parkir. Sinta memang gadis murah senyum dan baik pada siapapun.

"Sore, mas."

Sudah biasa Sinta memanggil tukang parkir dengan sebutan mas. Karena yang menjadi tukang parkir di sana usianya mungkin sepuluh tahun lebih tua dari Sinta.

Dulu mas parkir orang yang selalu mengamen dari satu tempat ke tempat lain. Dan pernah menyelamatkan Sinta dari korban pencopetan di ibu kota. Karena kebaikan dan ke jujuran mas parkir. Sinta merasa kasihan dan menawarkan pekerjaan pada mas parkir. Karena tidak punya ijazah, SD pun tidak tamat. Hanya dapat pekerjaan jadi tukang parkir saja. Namun, bukan sembarang tukang parkir saja. Mas parkir juga di percaya menjaga restoran dari pencurian dan hal lainnya. Bahkan mas Parkir juga tinggal di sana karena di sediakan kamar cukup untuk mas parkir dan satu adiknya. Yang sekarang bisa sekolah satu kelas dengan Aurora.

"Mas Hendra, Sinta kedalam dulu ya."

"Silahkan, mba."

Mas Hendra mengangguk sopan, walupun tubuhnya banyak tato. Namun, mas Hendra pemuda yang baik. Maklum, dulu salah pergaulan yang katanya gaya-gaya an.

Sinta di sambut hangat oleh para pekerja.

"Jus alpukat, lima belas bok makan dan juga jus jeruk lima, jus semangka dua, jus mangga lima dan ..., yang terakhir jus naga tiga."

"Mba Nani ingat saja he ..,"

"Iya dong, sudah hapal di luar kepala."

Sinta terkikik geli. Sudah biasa bagi Sinta dan para pekerja restoran Raja seakrab itu. Sinta yang tak pernah memandang rendah siapapun. Bagi Sinta, semuanya setara di mata Allah terlebih bedanya profesi pekerjaan.

Mba Nani pergi kebelakang guna memberitahukan kan pesanan Sinta. Semua para pekerja sudah tahu siapa Sinta bagi Raja. Begitupun jika ada anak-anak rumah Adam Hawa berkunjung ke sana.

Menunggu pesanannya datang, Sinta menikmati jus alpukat nya.

Rencananya Sinta memang mau mengadakan syukuran kecil atas keberhasilannya. Walau Sinta sedikit sedih karena Raja dan Amelia tidak bisa hadir lantaran ibu Amelia meninggal dunia.

Begitupun dengan Malik dan Aurel, karena anak ketiganya sakit jadi mereka juga tidak bisa datang. Sinta akan mengadakan acara syukuran bersama anak-anak saja.

Dua puluh menit, Sinta menunggu akhirnya pesanannya sudah selesai. Mba Nani menyuruh karyawan lain langsung memasukan pesanan Sinta kedalam mobil Sinta. Mas Hendra dengan sigap membantu juga. Sudah selesai semuanya Sinta bergegas pulang.

"Hati-hati, mba."

"Siap mas Hendra. Titip salam buat Nandini. Kalau ada waktu ajak Nandini ke Rumah Adam Hawa. Aurora pasti senang."

"Siap, mba. Waalaikumsalam, nanti saya sampaikan."

"Mari, mas. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Sinta meninggalkan restoran langsung menuju rumah Adam Hawa.

Acara syukuran di lakukan malam dimana acaranya di pimpin oleh suami mba Mawar.

(Jangan lupa baca novel The Night moon ya. Karena nama-nama yang muncul, nama-nama dari novel the night moon. Biar paham dan gak pusing🙏)

Sudah selesai acara barulah semuanya makan-makan.

"Terimakasih mba Mawar sudah mau datang. Sinta senang banget."

"Sama-sama. Mba juga senang dan selamat Atas gelar dokternya."

"Mba bisa saja, Rehan kok gak di ajak?"

"Gak mau ikut. Rehan ikut dengan kakek nya."

Rehan putra dari Mawar yang sekarang usianya sudah menginjak tiga tahun.

Mereka berbincang-bincang ringan sambil menikmati hidangan.

Nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan. Sudah selesai semuanya Mawar dan suaminya pamit pulang.

"Selamat atas keberhasilan kakak."

Deg!

Sinta terkejut dan juga terharu akan kejutan yang di berikan anak-anak. Satu persatu mereka memberikan hadiah pada Sinta. Sinta begitu bahagia. Bahkan Sinta tidak bisa menggambarkan begitu bahagia dia.

"Besok jadi kan, kita jalan-jalan ke depan?"

Tanya Marsel mewakili anak-anak.

"Jadi dong, Kakak sudah membeli tiketnya."

Hore!

Semua bersorak gembira melihat tiket online yang sudah Sinta pesan.

Sinta memang sudah berjanji akan membawa anak-anak pergi berlibur.

"Karena besok kita akan menghabiskan waktu bersama. Adik-adik sekarang tidur ya."

"Siap, kak."

Semua anak-anak nampak kompak pergi ke kamar masing-masing. Karena anak-anak sudah semakin dewasa dua tahun lalu memang rumah Adam Hawa di renovasi. Supaya mereka mempunyai kamar masing-masing. Anak-anak sudah menginjak dewasa tentu mereka butuh privasi.

Keadaan rumah Adam Hawa mulai nampak sepi. Sinta masih betah duduk di ruang keluarga. Ruang di mana menjadi saksi bisu sebuah janji terucap.

"Dua hari lagi?"

Gumam Sinta mengingat dimana dua hari lagi tanggal yang di tentukan.

Sinta membuka buku catatannya, terselip sepucuk surat di sana. Surat yang terlihat mulai lecet akibat sering di baca. Bahkan warnanya juga sudah tidak secerah lagi. Hanya rangkaian tulisannya saja yang masih utuh. Entah tinta apa yang di pakai hingga enam tahun tulisan itu tidak berubah.

Dua hari lagi Sinta akan mengambil keputusan besar. Sebuah keputusan yang akan merubah kehidupan Sinta.

Nyatanya selama enam tahun Sinta menyelipkan satu nama dalam setiap bait doanya. Satu nama yang tak tahu maknanya apa. Tapi, Sinta selalu menempatkannya di tempat yang istimewa. Tidak ada ikatan yang mengikat mereka. Namun, sebuah komitmen telah Sinta pegang.

Sinta kembali membaca bait demi bait tulisan yang tertulis di sana. Entah kata apa yang tertulis di sana sampai membuat Sinta menutup rapat hatinya hanya demi menjaga untuk seorang Muhammad Farel Al-karim.

Laki-laki yang dengan berani datang mengklaim bahwa Sinta adalah miliknya.

Selama enam tahun Sinta benar-benar fokus pada kuliah dan pekerjaan nya. Dan waktu yang di tentukan telah tiba.

..."Entah berubah atau masih sama. Kami tidak saling bertemu namun kenapa sekuat ini. Dua hari lagi Aku akan menunggu kakak di sini. Di tempat di mana kakak datang."...

..."Angin selalu membawa namamu. Membuat aku cemburu tanpa memiliki. Entah bagaimana perjalan mu di sana. Menyebut namamu saja aku tak mampu. Kamu masih belum halal untukku. Namun, hati ini tak bisa bohong bahwa selama ini aku menjaga hatiku."...

Sinta menghentikan gerakan tangannya. Dadanya berdebar hebat entah karena apa. Apa karena pertemuan mereka yang sebentar lagi atau ada hal lain. Entahlah.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ....

Visual pemain ada di IG Author @rahmaqolayuby. Bisa di lihat juga di Tiktok Rahmaqolayuby

Episodes
1 Bab 1 Enam tahun lalu ....,
2 Bab 2 Cantik!
3 Bab 3. Dua hari lagi?
4 Bab 4 Jalan-jalan
5 Bab 5 Menjemput kebahagiaan
6 Bab 6 Awal mula kebencian itu muncul
7 Bab 7 Masih sakit
8 Bab 8 Pindah tugas
9 Bab 9 Hari pertama pindah kerja
10 Bab 10 Saya bingung!
11 Bab 11 Maafkan saya.
12 Bab 12 Saya malu ..,
13 Bab 13 Pawang
14 Bab 14 Melihat hantu
15 Bab 15 Lima detik
16 Bab 16 Menggemaskan
17 Bab 17 Berujung petaka
18 Bab 18 Dasar ceroboh
19 Bab 19 Pergi!
20 Bab 20 Manja
21 Bab 21 Posesif
22 Bab 22 Pengakuan
23 Bab 23 Babak baru
24 Bab 24 Dokter Sinta!
25 Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?
26 Bab 26 Cucu anda memaksa, saya.
27 Bab 27 Kecewa
28 Bab 28 Gara-gara telepon
29 Bab 29 Kamu mendua?
30 Bab 39 Belum terbiasa
31 Bab 30 Kita bertemu lagi ...
32 Bab 31 Pecel ayam
33 Bab 32 Terimakasih calon istri.
34 Bab 33 Bulsit
35 Bab 34 Aku tahu.
36 Bab 35 Calon mantu
37 Bab 36 Ya
38 Bab 37 Sudah halal
39 Bab 38 Akhh!!!
40 Bab 40 Gaun pengantin.
41 Bab 41 Resepsi pernikahan
42 Bab 42 Jepang
43 Bab 43 Saling menjaga perasaan
44 Bab 44 Ayo lakukan, ...
45 Bab 45 Bu dokter paling tahu.
46 Bab 46 Mertua baik
47 Bab 47 Malam panjang
48 Bab 48 Kamu bukan obat
49 Bab 49 Gaya baru, sayang
50 Bab 50 Sleep call
51 Bab 51 Persiapkan Mental
52 Bab 52 Berdamai
53 Bab 53 Luapan Rindu
54 Bab 54 Sejenak mengenang masa lalu
55 Bab 55 Itu privasi
56 Bab 56 Meleleh hati adek
57 Bab 57 Muhamad Farel
58 Bab 58 Makanan gak di masak tapi bukan cemilan
59 Bab 59 Nakal
60 Bab 60 Ngidam
61 Bab 61 Cerita orang hamil
62 Bab 62 Gara-gara rujak
63 Bab 63 Kakak jahat
64 Bab 64 Makin jatuh cinta
65 Bab 65 Kesalahpahaman.
66 Bab 66 Mau jadi mantu saya?
67 Bab 67 Kita ke hotel
68 Bab 68 Menghabiskan waktu berdua
69 Bab 69 Melahirkan
70 Bab 70 Adiba Hanifa Khanza
71 Bab 71 Dia!
72 Bab 72 Salah paham
73 Bab 73 Gemasnya, ..
74 Bab 74 Permintaan Aurora
75 Bab 75 Gak mau berbagi
76 Bab 76 Nasihat Farel
77 Bab 77 Kehangatan keluarga
78 Bab 78 Akting sempurna
79 Bab 79 Deal!
80 Bab 80 Sepucuk surat
81 Bab 81 Extra prat
82 Bab 82 Abi sudah ada calon
83 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Enam tahun lalu ....,
2
Bab 2 Cantik!
3
Bab 3. Dua hari lagi?
4
Bab 4 Jalan-jalan
5
Bab 5 Menjemput kebahagiaan
6
Bab 6 Awal mula kebencian itu muncul
7
Bab 7 Masih sakit
8
Bab 8 Pindah tugas
9
Bab 9 Hari pertama pindah kerja
10
Bab 10 Saya bingung!
11
Bab 11 Maafkan saya.
12
Bab 12 Saya malu ..,
13
Bab 13 Pawang
14
Bab 14 Melihat hantu
15
Bab 15 Lima detik
16
Bab 16 Menggemaskan
17
Bab 17 Berujung petaka
18
Bab 18 Dasar ceroboh
19
Bab 19 Pergi!
20
Bab 20 Manja
21
Bab 21 Posesif
22
Bab 22 Pengakuan
23
Bab 23 Babak baru
24
Bab 24 Dokter Sinta!
25
Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?
26
Bab 26 Cucu anda memaksa, saya.
27
Bab 27 Kecewa
28
Bab 28 Gara-gara telepon
29
Bab 29 Kamu mendua?
30
Bab 39 Belum terbiasa
31
Bab 30 Kita bertemu lagi ...
32
Bab 31 Pecel ayam
33
Bab 32 Terimakasih calon istri.
34
Bab 33 Bulsit
35
Bab 34 Aku tahu.
36
Bab 35 Calon mantu
37
Bab 36 Ya
38
Bab 37 Sudah halal
39
Bab 38 Akhh!!!
40
Bab 40 Gaun pengantin.
41
Bab 41 Resepsi pernikahan
42
Bab 42 Jepang
43
Bab 43 Saling menjaga perasaan
44
Bab 44 Ayo lakukan, ...
45
Bab 45 Bu dokter paling tahu.
46
Bab 46 Mertua baik
47
Bab 47 Malam panjang
48
Bab 48 Kamu bukan obat
49
Bab 49 Gaya baru, sayang
50
Bab 50 Sleep call
51
Bab 51 Persiapkan Mental
52
Bab 52 Berdamai
53
Bab 53 Luapan Rindu
54
Bab 54 Sejenak mengenang masa lalu
55
Bab 55 Itu privasi
56
Bab 56 Meleleh hati adek
57
Bab 57 Muhamad Farel
58
Bab 58 Makanan gak di masak tapi bukan cemilan
59
Bab 59 Nakal
60
Bab 60 Ngidam
61
Bab 61 Cerita orang hamil
62
Bab 62 Gara-gara rujak
63
Bab 63 Kakak jahat
64
Bab 64 Makin jatuh cinta
65
Bab 65 Kesalahpahaman.
66
Bab 66 Mau jadi mantu saya?
67
Bab 67 Kita ke hotel
68
Bab 68 Menghabiskan waktu berdua
69
Bab 69 Melahirkan
70
Bab 70 Adiba Hanifa Khanza
71
Bab 71 Dia!
72
Bab 72 Salah paham
73
Bab 73 Gemasnya, ..
74
Bab 74 Permintaan Aurora
75
Bab 75 Gak mau berbagi
76
Bab 76 Nasihat Farel
77
Bab 77 Kehangatan keluarga
78
Bab 78 Akting sempurna
79
Bab 79 Deal!
80
Bab 80 Sepucuk surat
81
Bab 81 Extra prat
82
Bab 82 Abi sudah ada calon
83
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!