Sajadah merah

Arumi ingin menemui Zafeer yang sudah kembali kerumah nya, ia membawa sesuatu di tangan nya sambil mengetuk pintu kamar.

"Nak, boleh umma masuk?" Tanya nya dari luar.

Zafeer membuka pintu kamarnya, mengapa umma nya malah bertanya tinggal masuk saja pikirnya. Terlihat Zafeer menggunakan jubah tersenyum ke arah umma nya.

"Kenapa tidak langsung masuk saja umma."

"Umma hanya takut mengganggu, jadi umma mengetuk pintu dulu."

Zafeer mengangguk dan mempersilahkan umma nya masuk.

Arumi menatap kamar Zafeer sangat rapi dan buku-buku juga tersusun di tempatnya sesuai dengan tinggi tebalnya.

"Apa umma butuh sesuatu?"

Arumi menggelengkan kepalanya, "umma hanya ingin memberikan barang."

Zafeer melihat Arumi menyodorkan barang tersebut, sajadah berwarna merah. Zafeer memperhatikan sajadah tersebut dan ada inisial nama di sisi sajadah tidak terlalu kecil dan itu sangat jelas karena ukiran sajadah.

"Sajadah?" Tanya Zafeer membuat Arumi mengangguk.

Zafeer mengernyit bingung dengan sajadah yang baru saja umma nya berikan, dari siapa sajadah tersebut.

"Ini adalah pemberian seseorang untuk mu, umma hanya ingin kau simpan jangan membuangnya." Pesan Arumi agar Zafeer menyimpannya jika tidak ingin menggunakan nya.

"Feer kira ini inisial nama umma, lalu siapa?" Tanya Zafeer penasaran dengan yang memberikan sajadah merah itu.

"Jika sudah tepat waktunya kau akan tau, seseorang yang mengagumimu." Ucapnya sambil tersenyum, membuat Zafeer hanya mengangguk melihat senyum umma nya yang begitu teduh.

"Lanjutkan kegiatan mu, umma akan keluar." Zafeer mengangguk, ia hanya ingin tau siapa orang yang mengagumi dirinya hingga memberikan sajadah untuk ia gunakan saat shalat.

Tidak mungkin jika di gunakan untuk terbang seperti aladin menjemput putri Yasmin.

"Siapa yang memberikan sajadah ini? Mengapa sampai umma menerima nya begitu saja?"

Zafeer menggelengkan kepalanya, umma nya tadi juga mengatakan jika tidak mau memakainya simpan saja. Zafeer berdiri membuka lemari pakaian nya yang bergantung, ia menyimpan nya disana. Tidak mau berpikir panjang hanya masalah siapa yang mengagumi dirinya hingga memberikan sajadah.

Saat makan malam tiba, Zafeer keluar sudah mengganti pakaian nya dengan kaos dan celana rumahan.

"Feer kemarin saat menginap di rumah kakek dan nenek, menunggu sampai bibi pulang untuk minta maaf. Lalu setelah makan malam kakek dan nenek meminta bibi agar segera menikah." Zafeer menceritakan semuanya tentang Anisa yang terlihat takut jika di jodohkan dengan orang bernegara asing.

"Apa sebelum nya Anisa pernah bercerita tentang kisah percintaan nya?" Tanya Abyan membuat Arumi menggelengkan kepalanya, ia tidak pernah merasa jika adiknya bercerita tentang percintaan nya.

"Saat sudah sekolah menengah atas saja dia masih saja suka dengan seseorang yang seperti mas Farid, tapi setelah dia kuliah umma tidak lagi mendengar nya."

"Apa saat dia berkuliah, diam-diam dia berhubungan dengan orang asing? Atau pacaran." Abyan ingin Arumi mengingat lagi apa adik iparnya pernah bercerita atau tidak.

"Yang jadi masalah itu bukan hanya orang asing, bibi sepertinya sangat takut memulai membuka hati untuk seseorang." Mereka beralih menatap Zafeera, benar yang dikatakan gadis itu tidak salah sama sekali. Bahkan mereka juga tidak pernah tau Anisa pernah suka pada seseorang atau tidak, karena saking tertutup nya.

"Berarti jika bibi pernah memiliki hubungan dengan seseorang, Feer yakin jika orang tersebut membuat bibi trauma berat. Makanya sampai sekarang bibi memilih untuk tetap sendiri." Arumi dan Abyan juga berpikir sama seperti yang Zafeer katakan.

"Lalu bagaimana cara agar kita bisa menghilangkan trauma nya?" Arumi merasa khawatir jika adiknya benar-benar mengalami trauma di saat remaja.

"Umma tenanglah, bibi juga belum terbukti mengalami trauma. Lagi pula bibi sudah menyetujui apa yang diminta kakek dan nenek, tinggal feer aja yang bekerja." Zafeer tersenyum. Arumi memicingkan matanya, apa yang sudah di rencanakan oleh Zafeer hingga semua yang menjadi ketakutan nya terjamin akan aman.

"Abang jangan terlalu percaya diri, bisa aja bibi menyetujui itu karena tidak ingin kakek dan nenek kecewa. Bagaimana jika bibi sudah bertemu dengan orang yang di jodohkan lalu mengajak menikah kontrak." Zafeer mendorong pelipis adiknya itu dengan telunjuk nya, bisa-bisa nya sampai berpikir nikah kontrak.

"Astaghfirullah, gak mungkin juga sampai berpikir kesana, memangnya umma dan appa dulu seperti itu?" Tanya Zafeer langsung menatap kedua orang tuanya. Ia tidak yakin dengan yang adiknya katakan.

"Tidak. Appa adalah orang yang menolak keras perjodohan kami tapi tidak sampai berpikir sejauh itu, kita juga tidur di kamar yang sama, dan lihatlah sekarang." Arumi melirik suaminya yang hanya acuh pura-pura tidak mendengar ucapan nya.

"Umma juga menolak hubungan ini, karena dikira dulu yang lamar pacarnya." Abyan melirik Arumi mengatakan dengan nada malas karena mengingat Arumi memang dekat dengan Yusuf.

"Teman saja, appa terlalu menilai seseorang dari sekali lihat tanpa ingin tau faktanya." Memang faktanya Arumi tidak pernah berpacaran sama seperti Abyan, ia hanya dekat dulu.

"Sekedar cerita lama juga, umma kalian ini dulu pulang kuliah malah minggat ke rumah nenek dan kakek tanpa izin. Karena dengar appa cerita sama om Najib kalau appa tidak cinta." Abyan antusias menceritakan tentang Arumi yang pulang saat zaman kuliah dulu, padahal saat itu ucapan nya belum selesai dan Arumi sudah menyimpulkan sendiri.

"Banyak yang sudah umma ceritakan pada kalian, dulu sebelum kita dekat sebagai suami istri, appa orang yang sangat cuek bermuka datar, umma takut jika menatap nya."

"Berarti sekarang appa mendapatkan karma nya umma." Arumi dan Abyan menatap anak bungsu nya bingung dengan karma.

"Karma apa maksud kamu, nak?" Arumi penasaran apa yang di katakan Zafeera.

"Karma sering membuat umma takut dan sedih, sekarang appa malah seperti tidak bisa jauh dari umma." Ucapan Zafeera tentu saja dibenarkan oleh Arumi dan Zafeer, walaupun appa nya mencebikkan bibirnya tak suka ucapan anaknya.

"Ingat ya, Feera besok harus nginap di ndalem. Disana juga ada kak Afila sama suaminya, jadi tidak perlu ada alasan lagi." Afila adalah anak dari Affan dan Laila, anak tertua dari abah dan ummi di pesantren. Anak Affan satu-satunya itu memilih menikah setelah lulus kuliah bersama teman dekatnya.

"Libur dulu boleh gak? Feera mau weekend bareng kalian." Lirihnya sambil menunduk. Jarang mereka weekend bareng karena Zafeera juga harus belajar di pondok pesantren setiap minggunya.

"Kita yang akan mengantar ke ndalem, kamu pasti tau juga kita semua sudah punya kesibukan masing-masing. Umma dan abang sering dapat panggilan mendadak dari rumah sakit, apalagi umma juga ngurus butik. Appa juga masih ngajar kadang ada jadwal ngisi acara bareng om Najib, di tambah juga harus nge rancangan desain rumah."

Mereka sebenarnya semua super sibuk dengan banyak kerjaan, namun itu sangat menyenangkan juga bagi Arumi, ternyata hobi nya dulu saat mengisi waktu luang sambil mencoret rancangan busana di kertas membuahkan hasil.

"Baiklah, besok mau ke ndalem. Feera pengen seperti tante Widya, mau hukum-hukuman gitu."

Zafeer terkekeh dengan ucapan adiknya, "kamu udah besar, pastinya tau kalau tante Widya bukan main hukum-hukuman tapi sebagai seorang lawyer."

"Sudah-sudah, kalian sedang membicarakan teman umma. Jika ingin mencapai suatu cita-cita maka belajarlah dengan baik, tidak ada yang bisa menghalangi itu meskipun kita sudah menikah sekalipun." Karena Arumi sendiri sudah mengalaminya, walaupun dirinya menikah tengah berkuliah dan mengambil jurusan kedokteran.

"Tapi memang nya kamu kuat? Tante Widya kalau bawa buku pasal-pasal gitu umma yang bingung, apalagi yang harus menghafal."

"Sudah sayang, kita istirahat semuanya besok kita ke pesantren." Abah Ferdinan dan ummi Dalilah sudah tidak ada, jadi yang mengurus pesantren sekarang adalah Affan dan Laila, sedangkan anaknya juga sudah menikah dan tinggal di sana.

Zafeer dan Zafeera hanya mengangguk saat orang tuanya akan istirahat, mereka juga akan sibuk dengan pikiran masing-masing. Zafeer dengan bibi nya, ia akan memberikan senior di rumah sakit, sedangkan Zafeera di pesantren dan harus belajar.

Selalu dukung othor bebu sayang, annyeong love...

Baca juga cerita bebu yang lain.

IG : @istimariellaahmad98

See you...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!