Sajadah Merah

Sajadah Merah

Perkenalan tokoh dan prolog

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu'alaikum wr.wb.

Bagaimana kabar kalian semua? Semoga baik ya..

Ini adalah cerita lanjutan atau sequel dari KISAH CINTA ARUMI ya guys, jadi memang sudah cerita anak-anaknya.

Semoga bisa enjoy dengan ceritanya, walaupun masih amburadul tulisannya.

Happy reading....

ABYAN FAKHRI ABRAR dan ARUMI ZYAKANA RAMADHANI orang tua dari Zafeer baris abrar dan adiknya yang perempuan bernama Zafeera badzlin abrar.

WIDYA SARAVANI dan AINUN NAJIB orang tua dari Al fatih widyatama

ZAHRA AISYAH dan YUSUF ARBANI orang tua dari Azanna qirania

ALMIRA FARIZA ABRAR dan FARID AL GHAFFARI orang tua dari Faeyaza namira al Ghaffari.

AFFAN FARIQ ABRAR dan LAILA orang tua dari Afila

...******...

"Abang mau sekalian bawa adek, atau bibi aja yang antar sekalian kerja?" Tanya Anisa yang memang semalam menginap di rumah kakaknya karena Feera yang meminta nya.

"Gimana kalau bibi antar Feer ke rumah sakit, dari pada ke sekolah cuma ketemu anak sekolah." Zafeer menawarkan bibi nya mengantar ke rumah sakit, bukan apa memang bibi nya itu sudah kepala tiga, namun belum juga ada tanda-tanda mah menyempurnakan agamanya.

"Abang kan sudah kerja, kenapa perlu diantar bibi? Feera yang harus nya diantar." Zafeer menjadi lulusan dokter muda di rumah sakit Farid, suami dari ipar Arumi yaitu Almira.

"Bibi perlu keluar dari kenyamanan bibi sendiri." Zafeer hanya ingin bibinya itu lekas berkeluarga, tidak mungkin jika Anisa hidup sendiri terus menerus.

"Maksud kamu, apa?" Anisa sedikit tidak suka jika menyangkut masalah pribadi nya, ia masih belum memikirkan hal itu.

"Sesekali ke rumah sakit tidak masalah bi, senior Feer banyak yang mau kenalan sama bibi."

"Feer," Abyan memanggil Zafeer agar berhenti mengurusi urusan pribadi bibi nya.

Anisa nampak menghela nafas dan melihat ponselnya, ia menatap Zafeer sebentar lalu beralih pada kakak nya.

"Sepertinya, Anisa berangkat kerja sekarang kak, mas. Barusan ada kabar dari kantor ada kolega yang akan bertemu pagi juga jadi kita harus menyiapkan banyak berkas."

"Kamu kan belum makan dek." Arumi memang melihat adik angkatnya itu baru mau menyentuh makanan.

"Di kantor aja kak."

"Loh, bibi gak jadi antar Feera?"

"Besok lagi, bibi ada urusan penting. Assalamu'alaikum." Anisa cium tangan kakak nya dan mencium pipi Zafeera, lalu pergi menuju mobilnya.

Zafeer melihat umma dan appa nya dengan senyum tipis.

"Biar umma yang bicara nanti, ayah sama bunda juga tidak mau melihat Anisa seperti itu, mengingat dulu impian nya terus berubah-ubah." Arumi juga tidak mengerti dengan adiknya yang sudah kepala tiga namun sama sekali tidak ada memberitakan akan menikah.

"Biarkan saja Anisa sendiri yang menentukan pilihan, lebih baik kita do'akan yang terbaik."

"Tapi, Feer akan selalu membantu bibi untuk menemukan pria impian nya."

"Sebaiknya kamu tidak perlu mengurusi bibi mu, lihat saja tadi dia sampai tidak jadi makan." Abyan tidak ingin jika anak tertuanya itu mengurusi kehidupan bibinya.

"Sekarang semuanya sarapan, umma mau siap-siap juga ke rumah sakit."

"Kita sarapan dulu sama-sama, setelah itu kita berangkat juga sama-sama." Abyan menyuruh istrinya untuk makan ber sama-sama dengan mereka.

"Feera harus cepat berangkat pa. Appa kan yang paling searah dengan Feera, biar kali ini kak Feer yang menemani umma." Menemani apa maksud Zafeera ini, umma dan abang nya itu satu tempat kerja atau satu rumah sakit, bukan lagi menemani tapi juga partner.

"Bagaimana jika abang kamu saja yang antar kamu, appa tetap dengan umma." Lirik nya pada Arumi, bisa-bisa nya dengan Zafeer saja Abyan tidak memberi izin.

Arumi hanya menghela nafas, tidak tau lagi ingin berkata apa pada suaminya. Padahal arah Zafeer ke sekolah itu beda arah, sedangkan ke kampus atau kantor lumayan dekat dan melewati sekolah.

"Kenapa appa tidak sekolah lagi kedokteran? Supaya cita-cita dekat dengan umma tidak hanya keinginan, tapi juga kewajiban."

"Sudah kewajiban semuanya, memiliki umma dan menafkahi nya sudah menjadi kewajiban appa."

Feera meminta bantuan Arumi agar dua orang itu berhenti memperebutkan kekuasaan menemani Arumi.

"Feera biar umma yang antar, umma juga memiliki kendaraan sendiri. Dari pada putri cantik umma terlambat karena perdebatan appa dan abang mending umma dan adek segera berangkat." Arumi beranjak dan menuju kamarnya untuk mengambil tas kerjanya. Feera juga menyalami kedua orang yang melihat kearah nya dan Arumi. Tentu saja Arumi mempunyai kendaraan sendiri pemberian orang tuanya dulu untuk kuliah.

"Feer juga mau berangkat ke rumah sakit, tapi mungkin pulangnya mau nginap di rumah nenek."

"Apa itu hanya alasan untuk kamu menginap di rumah nenek? Padahal kamu ingin membicarakan tentang bibi mu 'kan?" Abyan seperti sudah tau apa yang akan dilakukan anaknya di rumah mertuanya.

"Appa terlalu berprasangka pada Feer, padahal Feer hanya merindukan nenek dan kakek." Zafeer mirip seperti umma nya ketika bersama keluarga, namun jika di luar seperti appa nya.

"Cukup tau. Appa akan segera berangkat, soalnya harus ke rumah om Najib juga."

"Titipkan salam pada tante Widya, bilang suruh Fatih kerja yang bener."

Abyan menaikan satu alisnya, memangnya selama ini ponakannya bermalas-malasan pikirnya.

"Memangnya Fatih kenapa? Kamu juga sering bertemu kenapa tidak katakan saja, langsung?"

"Berbeda jika orang tuanya yang menyampaikan pa. Feer berangkat duluan, appa terlalu banyak bertanya jika Feer masih disini." Akhirnya sebelum appa nya menjawab, Zafeer sudah mencium tangannya dan pergi dengan mengucap salam.

"Dipikir-pikir ternyata saya sudah tua, anak sudah pada besar semua. Apa perlu menambah yang kecil satu lagi?"

Abyan menggelengkan kepalanya, "buang sajalah pikiran itu, yang ada jika saya usulkan semua penduduk di rumah ini puasa bicara pada saya." Abyan mungkin baru menyadari jika dirinya sudah berumur atau kasarnya memang tua, namun jika dirinya meminta lagi untuk kembali memiliki anak apa tidak dipelototi oleh kedua anaknya, atau malah istrinya yang langsung diam tidak ingin bicara padanya.

"Bagaimana di sekolah teman-teman kamu, sayang?" Tanya Arumi sambil mengendarai mobilnya mengantarkan Zafeera ke sekolah setelah melalui perdebatan di rumahnya.

"Seperti biasa yang selalu Feera ceritakan umma, teman-teman Feera sangat baik semuanya." Arumi melirik anaknya yang sambil bercerita.

"Apa anak umma ada memiliki perasaan pada teman lelaki di sekolah? Semacam crush?" Arumi bertanya hanya ingin mengetahui seberapa jauh anaknya itu bergaul di sekolah dengan teman lelakinya juga.

Zafeera melihat Arumi, ia tersenyum saat umma nya bertanya seperti itu.

"Appa selalu berpesan, jika berteman itu tidak boleh memilih. Jadi pada siapapun kita tidak masalah berteman. Namun harus di batasi apalagi dengan yang lawan jenis. Pesan itu selalu Feera tanam dan ingat umma, bahkan abang juga tidak kalah dengan appa menasehati tentang apapun untuk lebih tau bahwa yang baik dan tidak baik."

Mendengar penyataan dari anaknya, Arumi bisa menyimpulkan bahwa di keluarga kecilnya itu begitu damai saling mengingatkan dan begitu menyayangi Zafeera dan dirinya. Mereka saling menyayangi satu sama lain, walaupun mungkin sangat jarang karena kesibukan sehari-hari.

Selalu dukung othor bebu sayang, baca juga cerita bebu yang lain...

Love you...

IG : @istimariellaahmad98

See you...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!