I Hate But I Love
“Selamat Bun, yang mau punya suami!” bisik Dara, kepada Bundanya yang mau melangsungkan pernikahan kedua dengan Ayah Galang.
Maria tersenyum menatap putri cantiknya yang tak kalah cantik saat di mike up. “Kamu juga selamat Nak, nanti kamu akan mempunyai Ayah!” balas Maria.
“Alhamdulillah, aku nggak sabar Bun,” ungkap Dara, yang memang tak sabar menunggu momen Ibunya akan menikah.
“Emang kamu sudah tahu siapa calon suami Bunda?” tanya Maria, dengan wajah menggoda.
Lantas, Dara menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Nggak perlu tahu, 'kan nanti kenalan Bun!”
Maria Sonia Putri(Ibu Dara), nyatanya belum memberi tahu siapa yang akan menikahinya yang tak lain adalah teman sekolah Aldara Sonia Putri(Anaknya).
“Ah, iya juga. Tapi__" Senyum Maria lenyap saat mengingat perkataan anak Bram Pratama yang bernama Galang.
Flashback On
Dimana waktu Maria dipertemukan oleh Bram kepada Galang diresto kemarin dulu.
“Ckk, apakah dia pelakor itu?” tanya Galang dengan santai.
“GALANGG! JAGA BICARAMU!” bentak Bram kepada Galang, yang seenaknya mengatakan Maria adalah pelakor.
Galang tersenyum mengejek menatap tajam Maria. “Sudahlah Pah, sampai kapanpun aku tak sudi mempunyai perempuan kedua yang menjadi Ibuku. Cukup Mamah Dinda yang tidak pernah terganti dalam peran Ibu!" ucap Galang, mencoba meyakinkan Ayahnya kalau memang ia tak menginginkan peran kedua sang Ibu.
Bram mencoba untuk tidak tersulut emosi, tapi apalah daya tensinya naik saat Galang menyebutkan nama Dinda yang tak lain istri pertamanya yang saat ini sudah berada dirumah sakit jiwa.
“Apa yang kamu harapkan sama perempuan gila itu GALANG?!” tanya Bram, dengan mata nyalang menatap sang Anak.
Brak!
Galang memukul meja didepannya dengan keras, hingga suaranya sangat memekikkan telinga bagi yang mendengar. Nyaris beberapa orang yang asik makan menoleh kepada tempat Galang.
Tidak ada yang mencegah Galang membuat kekacauan sebab, ia anak pemilik Restoran besar ini yaitu milik Bram Pratama.
Bram Pratama adalah pengusaha terkenal saat ini, bukan hanya di Indonesia tapi di Luar Negeri pun kekayaannya masuk nomor 3 orang terkaya.
Sedangkan di Indonesia ia menjadi nomor 1 orang terkaya. Hingga suatu kejadian pertengkaran rumah tangga Bram itu diambang kehancuran akibat Dinda yang merusak kepercayaan terhadap istrinya yang kini sudah sakit jiwa.
Galang yang sifatnya yang keras kepala, tidak mau kalau keinginannya di tolak mentah-mentah sang Ayah. Galang juga dingin pada setiap orang, kecuali kepada Dinda(Ibunya).
Genk motornya sekarang terkenal pesat dikalangan anak muda. Bagaimana tidak? Galang mempunyai skil untuk selalu menang saat balapan. Bukan tentang itu, solidaritas dalam perkumpulan Genk motor tersebut sangatlah di acungi jempol.
Walau Geng motor dikenal sebagai pembuat onar, tapi bukan dengan Genk Motor Galang! dalam dirinya tidak terlintas untuk mengganggu masyarakat melainkan membantu.
Glang hanya terkenal sebagai lelaki dingin, nan jutek itu harus menerima kenyataan pahit Ayahnya akan menikah.
Jangan lupa, Glang Pratama juga ditakutkan disekolah. Ada beberapa orang yang mencari gara-gara dengannya, harus mendapatkan bully-an!.
“Cukup Pah! aku tidak akan menerima dia sebagai Ibuku!” ucap Galang dengan suara ditekan.
“Baiklah. Tapi Bu Maria tetap menjadi Istriku!” balas Bram, dengan wajah serius.
“Cihh!” Galang tersenyum licik. “Kita lihat, apa acara itu akan berlangsung dengan sempurna?” tantang Galang kepada Bram.
“Kamu__”
Maria menyentuh tangan kekar Bram agar berhenti berdebat dengan Anaknya. “Mas, nggak papah. Mungkin, ini memang yang terbaik untuk tidak melanjutkan hubungan ini!” lirih Maria.
Bram menggeleng tidak setuju, sedangkan Galang sudah tersenyum mendengar ucapan Maria.
“Nggak! pernikahan ini nggak bisa dibatalkan Maria.”
“Sudahlah Mas, aku nggak papah ko. Kamu turuti saja permintaan Anakmu, ia begitu juga tidak mau ada yang menggantikan posisi Ibunya.” Sambil melihat mata tajam Galang yang tak pernah lepas dari Maria, “tapi percayalah Nak, sosok Ibu kandung tidak akan pernah tergantikan perjuangannya.”
Galang menaikan alisnya sebelah. “Baguslah kalau anda mengerti!”
Bram langsung menarik kerah sang Anak dan langsung mendaratkan Bogeman dipipi Galang.
Bug!
“Mana sopan santun kamu Lang? mana? katanya si Dinda itu mengajarkanmu berbicara dengan orang tua, tapi apa? kamu menunjukan sikapmu seperti Ibumu!” ucap Bram dengan penuh emosi.
“Astagfirullah, Mas, jangan!” Maria langsung menahan tangan Bram yang mau memukuli Galang.
Bram langsung terdiam saat mata tajam kedua matanya beradu dengan sang Anak yang sudah tersungkur.
Cekrek!
Cekrek!
“Ini harus menjadi tranding topik guyss!” kata orang-orang yang sedang antri.
Bukan cuman satu, malah ada yang langsung mengamadikannya di sosial media tentang Bram yang memukuli anaknya.
“Jangan di upload, nanti kalau ada masalah bukan aku yang bertanggung jawab!” cegah teman duduk wanita tersebut.
“Lambat loh!” Sambil menunjukan hasil foto dan beberapa orang yang sudah berkomentar dalam postingannya.
Baru juga satu menit, sudah seratus komentar yang memenuhi postingan foto tersebut.
Galang memegangi pipinya yang sudah memerah. “Ckk, aku tidak akan membiarkan Papah menikah lagi. Ingat! kalau Papah tidak membatalkan pernikahan itu, Papah harus membayar nyawa seseorang!”
Galang langsung melenggang keluar dari restoran Ayahnya. Bram juga terduduk di kursi sambil memperhatikan tangan kekarnya yang sudah meninju pipi sang anak. Tangan kekar itu juga bergetar, harusnya ia tidak memukuli Galang.
Tetapi, Galang juga sudah kelewatan batas saat berucap. Mau tak mau ia harus memberi pelajaran kepada anaknya.
Maria tertunduk, “Maafkan aku, Mas.”
“Sudah, nggak papah. Nanti saya coba bicara kepada Galang dirumah.”
“Kita batalkan saja pernikahan ini, Mas!”
Bram menaruh telunjuknya dibibir Maria. “Sttt jangan bilang gitu, kita akan segera menikah besok!"
“Be-besok?” tanya Maria sedikit gagap.
Mata indahnya itu membulat tak percaya, bukankah pernikahan mereka masih satu Minggu lagi kenapa harus dipercepat?.
“Yah. Bukankah lebih cepat lebih baik, 'kan?”
Maria mengangguk, tapi langsung terlihat tidak bersemangat dengan ucapan Galang.
“Tapi aku takut, takut kalau Galang membenarkan ucapannya Mas.”
Bram menggenggam tangan Maria yang sudah terasa dingin. “Nggak usah dipikirin yah? anak itu hanya menggertak saja tentang ucapannya,” papar Bram
*Flashback Of**f*
“Tapi kenapa Bun?” tanya Dara.
“Hmm ... Nggak, Bunda hanya kepikiran tentang selanjutnya. Bunda sangat gugup,” ujar Maria.
Dara tersenyum jahil kepada Maria yang kini sudah terbalut jilbab. “Ciee, bunda gugup! jangan gugup Bun, 'kan ada Dara yang temani Bunda!” goda Dara.
“Sudah selesai,” ucap perias itu kepada Maria.
“Terimakasih, Mbak!” kata Maria.
“Sama-sama.”
Sedangkangkan diluar, suasananya tidak begitu ramai. Cuman ada penghulu dan saksi pernikahan mereka. Bram sengaja tidak mengundang teman bisnisnya, karena ia pikir saat merayakan resepsi pernikahan baru mengundang temannya.
***
“Saya terima nikahnya Maria Sonia Putri binti Khaled diba__" Ucapan Bram terpotong saat pintunya terbuka lebar mendapati Galang yang sudah berdiri diambang pintu.
Dor!
Satu tarikan senjata itu, mengenai dada Maria. Hingga, membuatnya langsung ambruk disamping Bram.
“Akhh!” ringgis Maria, sambil memegangi dadanya.
“BUNDAAA?!" teriak Dara histeris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments