Berikan Aku Sedikit Cinta
"Kirana, apa kamu bersedia jika papa menjodohkan kamu dengan putra keluarga Bagaskara?" tanya lelaki paruh baya itu kepada putrinya.
"Aku akan dijodohkan Pa?" tanya Kirana begitu mendengar perkataan Papanya.
"Ya siapa lagi yang mau Papa jodohkan, kamu putri Papa satu-satunya."
"Terserah Papa saja." Jawab Kirana sambil menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.
Pak Rendra menatap putrinya saat itu, dia bingung sebenarnya karena sikap kirana tidak seperti gadis lainnya yang akan menolak jika dijodohkan. Namun lain hal nya dengan Kirana. Dia seperti tak merasa keberatan sama sekali.
"Kamu benar setuju?"tanyanya lagi meyakinkan jawaban dari Kirana.
"iya." jawab Kirana tanpa beban.
"Kapan kita akan bertemu mereka?" tanya Kirana balik kepada Papanya.
"Secepatnya."
"Oke Pa."
Kirana melanjutkan sarapan paginya, dia memang selalu sarapan berdua dengan Papanya sejak mamanya meninggal 3 tahun yang lalu.
"Dia seorang dosen, disebuah universitas ternama."
"Bukan Masalah Pa, Kiran yakin pilihan Papa adalah yang terbaik." Bicara sambil tersenyum kearah Papanya.
Setelah menyelesaikan sarapan pagi, keduanya pun berangkat bersama. Mobil berwarna hitam itu melaju menembus jalan raya.
"Bagaimana kuliah kamu?" Tanya Pak Rendra.
"Baik Pa, semuanya lancar."
Mobil yang dikendarai pak Rendra berhenti di depan sebuah kampus besar. Dan setelah mencium punggung tangan Papanya Kiran langsung turun dari mobil.
Kirana berdiri didepan gerbang sambil melambaikan tangan sampai mobil milik Papanya tak terlihat lagi.
Berjalan masuk kedalam kampus pagi itu.
"Kiran!" panggil Ayumi yang melihat kedatangan Kirana.
"Tumben udah datang?" tanya kirana begitu melihat Ayu.
"Kok tumben sih, kan aku memang selalu cepat." jawab Ayumi dengan wajah cemberut.
Kirana terkekeh melihat Ayumi, karena memang pada kenyataannya dialah yang selalu datang terlambat.
"Ayo masuk!" Menggandeng lengan Ayumi dan menariknya pelan untuk masuk ke kelas.
"Kiran, apa Lo tau kalau kampus kita akan kedatangan dosen baru?"
"Tidak." Jawab Kirana singkat.
"Katanya dosennya masih muda, tampan lagi."
"Lalu, apa itu masalah?" tanya Kirana cuek.
Ayumi bergumam sendiri sambil memukul pelan lengan Kirana, dia benar-benar heran dengan sahabatnya itu selalu tak perduli dengan sesuatu yang berhubungan dengan laki-laki.
" Lo normal enggak sih Ran?" Tanya Arumi.
"Sembarang kalau ngomong." Kirana berhenti dan menatap Ayumi dengan senyuman.
"Gue hanya ingin fokus pada kuliah saja."
"Jodoh itu kan sudah ada yang atur."
"Tinggal jalani saja."
"Ayo masuk!" kembali berjalan masuk keruang kelas dan diikuti oleh Ayumi.
Pagi itu Mata kuliah pertama ekonomi Bisnis, banyak mahasiswi yang terus menceritakan tentang dosen Muda yang akan menggantikan pak Sidik dosen sebelumnya yang telah pensiun.
Semua Antusias untuk bertemu dosen tersebut, apalagi ada kabar yang mengatakan kalau dosen tersebut masih muda dan tampan. Namun lain halnya dengan Kirana yang bersikap biasa saja.
"Kiran, tampan banget tau!" ucap Ayumi begitu seorang dosen muda memasuki ruang kelas. Namun Kirana masih fokus pada bukunya.
"Selamat Pagi Semuanya!'
"Pagi Pak!" jawab semuanya serempak.
Kirana menatap kedepan sekilas dan kembali fokus pada bukunya.
"Perkenalkan, saya Dean Bagaskara."
"Saya akan menjadi Dosen bisnis di semester ini.'
"Mau nanya dong pak!" Seru Ayumi yang duduk disamping Kirana.
"Silahkan!" Jawab Dean dengan senyum manisnya yang membuat semua mahasiswi diruang kelas tersebut heboh sendiri.
"Umurnya berapa sih pak?" tanya Ayumi.
"Saya berusia 24 tahun." jawab Dean kembali.
"Baik saya rasa perkenalan kita cukupkan sampai disini."
"Kita akan mulai perkuliahan kita pagi ini."
Semua pun fokus pada materi yang disampaikan, tapi tepatnya pada wajah tampan Dean.
Hampir dua jam mereka berada dikelas. Baru bisa istirahat. Ayumi dan juga Kirana berjalan keluar ruangan untuk menuju kantin.
Keduanya berjalan sambil bercanda, sampai tak menyadari kalau ada orang lain yang berjalan dihadapannya. Alhasil Kirana terjatuh kelantai.
"Kiran!" Ayumi kaget melihat sahabatnya terduduk dilantai.
Kirana terlihat meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya.
"Kalau jalan itu yang benar!" ucap Dean sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Kirana berdiri.
Namun bukannya menerima uluran tangan Dean, Kirana berdiri dengan berpegangan pada lengan Ayumi yang berdiri disampingnya. Menatap sejenak ke arah Dean dan berjalan menjauh.
"Bukannya minta maaf Malah pergi-pergi aja, dasar gadis sekarang tidak ada etikanya." ucap Dean pada dirinya sendiri.
"Lo kenapa menolak ditolong pak Dean, kalau gue pasti udah meleleh!" ucap Ayumi yang berjalan di samping Kirana.
"Emangnya lo es krim, meleleh!" jawab Kirana tanpa menanggapi tentang Dean.
Mereka mengambil tempat disudut kantin, karena memang Kirana lebih suka duduk jauh dari keramaian. Sebenarnya Kirana adalah gadis yang pintar, namun sejak mamanya meninggal, dia lebih senang menyendiri. Dan yang dekat dengannya hanya Ayumi saja.
Sebuah pesan masuk ke handphonenya Kirana, dia meraih handphone yang ada didalam tasnya.
"Papa!" ucapnya begitu melihat ada pesan yang dikirimkan oleh sang Papa.
Kirana membuka pesan tersebut, karena dia takut itu penting.
"Sayang, hari ini bisa cepat pulang?"
"Oke Pa!"
Setelah membalas pesan dari Papanya, Kirana meletakkan handphonenya diatas meja.
"Siapa?" tanya Ayumi.
"Papa."
"Gue diminta cepat pulang."
"Tumben."
Kirana memberikan tanggapan dengan menaikkan kedua bahunya.
Pesanan keduanya pun datang. Ayumi dan Kirana menghabiskan makanan yang sudah terhidang dimeja.
"Gue bayar dulu ya Yu," ucap Kirana.
"Oke, terimakasih!" jawab Ayumi dengan senyuman.
Namun hanya ditanggapi dengan senyuman pula oleh Kirana. berjalan menuju kasir untuk membayar pesanannya dan Ayumi.
Didepan kasir dia bertemu lagi dengan Dean yang juga sedang ingin membayar pesanannya
"Berapa buk?" tanya keduanya bersamaan.
"Ya ampun pak dosen bisa kompak begitu dengan neng Kiran!" ucap wanita paruh baya yang sedang duduk dimeja kasir.
"Jadi ini siapa yang mau bayar ?" tanya si ibuk sambil tersenyum.
"Saya buk!" jawab Dean.
Saat itu si ibuk kantin pun salah paham, berpikir kalau Dean juga yang akan membayarkan pesanan dari Kirana.
Dean pun membayarkan jumlah yang disebutkan ibu kantin. Dan pergi begitu saja meninggalkan Kirana yang masih berdiri didepan kasir.
"Berapa buk?"
"Loh kan sudah dibayar sama pak dosen tadi neng."
Kirana menepuk jidatnya pelan. Mendengar jawaban dari si ibu kantin tersebut.
"Jadi semuanya pesananku berapa buk?"
Si ibu melihat lagi pesanan Kirana , dan menyebutkan jumlahnya.
" 78000 ribu neng."
"Terimakasih ya buk."
Kirana pun berlalu meninggalkan kantin dan terlihat Ayumi sedang menunggunya didepan.
"Lama bener Ran?"
Bukannya menjawab pertanyaan Ayumi, Kirana menarik pelan tangan ayu sambil berjalan.
"Kok muka Lo kusut sih Ran?"
"Emangnya gue setrikaan?" jawabnya asal.
Mereka kembali ke kelas untuk mengikuti kuliah, dan sekitar pukul 13.20 siang itu kuliah pun selesai.
"Ran, kita nongkrong yuk!" ajak Ayumi.
"Gue diminta Papa untuk cepat pulang."
"Tumben bokap Lo minta Lo cepat pulang. biasanya juga sore baru nyampek rumah."
"Gue juga enggak tau Yu."
"Ya sudah aku duluan ya."
"Enggak mau gue antar?"
"Gue udah pesan taksi, bye Ayumi!"
Kirana berjalan setengah berlari menuju ke taksi online yang sudah menunggunya didepan kampus. Taksi itu pun membawanya untuk pulang kerumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments