Bab 2

"Jalan pak!" pinta Kirana begitu duduk di kursi penumpang.

Taksi mulai meninggalkan kampus megah itu menuju kerumah keluarga Kirana. Sepanjang perjalanan Kirana pun kepikiran dengan perkataan Papanya tadi pagi. Apa benar dia akan dijodohkan?

Taksi sudah berhenti sempurna didepan pintu gerbang rumah Kirana.

"Terimakasih ya pak!" Berucap sembari memberikan uang untuk ongkos taksinya.

Kirana berjalan perlahan menuju ke dalam rumah, Halaman rumah yang biasanya sepi hari ini terlihat beberapa mobil berjejer rapi disana.

"Siapa Yanga datang?" tanya Kirana pada hatinya saat itu.

Namun dia tak ingin memusingkan hal itu, berjalan masuk kedalam rumah. Dan benar saja disana ada keluarga tante dari pihak Mama dan Papanya.

Mereka langsung menyongsong kedatangan Kirana dengan senyum manis.

"Sayang udah sampai rupanya?" tanya Tante Mia sekedar basa-basi, yang hanya disambut senyuman dari Kirana.

"Dimana Papa Tante?" tanyanya.

"Ada dikamarnya."

"Lebih baik kamu bersihkan diri dulu, biar kita makan bersama!"

Kirana kembali hanya mengangguk saja, pergi ke kamarnya meninggalkan keramaian diruang tamu. Entah ada hal apa yang membawa mereka datang kerumahnya. Karena Kirana tau betul mereka jarang menjenguknya sejak sang Mama meninggal.

Kirana masuk kekamar dan segera mandi, dia tak ingin orang-orang yang berada dibawah menunggunya lama. Walaupun dia kurang akrab dengan keluarga Mama dan Papanya namun dia masih menghormati mereka sebagai orang yang lebih tua.

Tak berapa lama dia kembali turun kelantai bawah, dan diruang tamu dia melihat Papanya dengan keluarga lainnya.

"Pa!" sapa Kirana.

Kirana berjalan dan duduk di samping Papanya.

"Pa, memangnya mau ada acara apa sih, kok dirumah rame gini?" tanya Kirana kepada Papanya setengah berbisik.

Papa menatap ke arah Gadis cantik dengan rambut digerai disampingnya.

"Kamu lupa, apa yang Papa bicarakan pagi tadi?" tanya Papa balik.

Kirana terdiam sesaat, dia mengingat-ingat apa yang dikatakan Papanya tadi pagi.setelah beberapa saat dia baru teringat pembicaraannya dengan sang Papa.

"Jadi Papa serius?" Tanya Kirana sambil menatap Papanya saat itu.

"Jadi kamu pikir Papa bercanda? Tentu saja Papa serius nak."

Papa menatap Kirana sambil tersenyum, dan mengelus pucuk kepala putrinya itu.

"Sebentar lagi mereka akan datang kesini."

"Papa tidak akan memaksa, jika kamu merasa tidak cocok."

"Tapi kalau kamu juga setuju dengan pilihan Papa, tentu saja Papa ikut senang nak."

"Keluarga Bagaskara itu adalah keluarga baik-baik nak."

Kirana tak memberikan jawaban apapun, dia hanya diam terpaku disamping Papanya. Kalau harus jujur dia belum ingin menikah secepat ini. Akan tetapi kalau dia menolak mungkin Papa akan sangat kecewa dengan dirinya.

Dia tak ingin Papa merasakan kecewa jika dia menolak perjodohan ini. harapan Kirana satu-satunya adalah lelaki yang dijodohkan dengannya yang akan menolak perjodohan mereka.

"Mas, tamunya sudah datang," suara Tante Mia membuyarkan lamunan Kirana.

"Ayo nak, kita sambut tamunya," ajak Papa.

Kirana menurut saja, berjalan disamping Papanya saat itu. Dan menyambut keluarga lelaki yang akan dijodohkan dengannya.

"MasyaAllah, ini calon menantu kami?" tanya seorang wanita yang baru saja datang. Bahkan tak segan-segan dia langsung memeluk Kirana.

Kirana pun tak menolak sama sekali, dia Yang tiga tahun ini kehilangan sosok ibunya merasakan begitu nyaman dipeluk oleh wanita dihadapannya.

"Mari kita masuk!" ajak Papa pada tamu yang baru saja datang.

Semuanya sudah duduk di sofa ruang tamu, Kirana mengedarkan pandangannya. Namun dia tak melihat lelaki lain selain pak Bagaskara.

"Calon suami kamu belum datang, masih diperjalanan." ucap wanita bernama Sinta yang tadi memeluknya.

Ternyata dari tadi dia memperhatikan gerak-gerik Kirana yang mencari keberadaan lelaki yang akan dijodohkan dengan nya.

"Kita tunggu sebentar lagi ya!"

"Tidak apa-apa Bu Sinta." jawab papanya Kirana.

Tak berapa lama terdengar suara derap langkah yang mendekat kearah mereka. Kirana yang tadi masih terlihat santai jantungnya mulai tak baik-baik saja.

Dia bahkan tak berani memalingkan wajahnya untuk melihat lelaki mana yang akan dijodohkan dengan dirinya.

"Akhirnya kalian sampai juga!" ucap Bu Sinta.

Kirana pun mencoba memberanikan diri untuk melihat siapa yang datang, karena dari ucapan Bu Sinta lebih dari satu orang yang datang.

Perlahan Kirana memutar tubuhnya menatap tamu yang baru saja datang. Dan betapa kagetnya Kirana begitu melihat yang datang adalah Dosennya Dean.

Begitu juga Dean terlihat kaget melihat Kirana juga berada disana. Namun sesaat Dean sudah bisa mengkondisikan rasa terkejutnya.

"Sayang, kenalkan ini Kirana calon menantu Mama."ucap Bu Sinta.

Saat itu Kirana masih tetap tenang, karena ada dua lelaki dihadapannya. Dia berharap bukan Dean yang akan dijodohkan dengan dirinya.

"Kiran, ini di putra Tante."

"Yang ini Dean, putra pertama kami."

"Ini Satria putra kedua kami."

Wanita paruh baya itu berdiri ditengah kedua putranya, namun Kirana hanya menanggapinya dengan sedikit senyuman.

"Karena semua sudah datang, bagaimana kalau kita menikmati hidangan yang sudah disiapkan dulu. Nanti kita akan bicarakan lagi semuanya." ucap Papa.

Semuanya pun setuju dan menuju kemeja makan. Susana hening hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Tapi andai saja semua bisa mendengar saat itu selain dentingan sendok ada detakan jantung Kirana yang tidak bisa diajak untuk berdamai.

"Kiran!" panggil Tante Mia yang saat itu melihat Kirana melamun.

Kirana mengalihkan pandangan kearah wanita cantik dihadapannya. Tante Mia itu adalah adik Mamanya yang paling kecil.

"Kenapa tidak makan?"

"Iya Tante" jawab Kirana memaksakan senyumnya.

Setelah hampir setengah jam semua berada di meja makan, mereka semua kembali ke ruang tamu.

Dean sesekali mencuri pandang menatap ke arah Kirana yang terlihat melamun.

"Kirana, kamu pasti tau alasan keluarga kami datang kesini."

"Dan semua itu sudah kami rencanakan bersama Papa kamu sebelumnya."

Kirana tersenyum kearah Tante Sinta orang tua Dean dan satria. Senyum getir yang ia rasakan. Tadinya dia berpikir kalau Papanya sedang bercanda terkait perjodohan. Karena saat ini dia sedang kuliah.

"Apa kamu setuju menerima pinangan kami untuk Putra pertama kami Dean?" kali ini pak Bagaskara yang berbicara.

Kirana menatap kearah Papanya saat itu, dia bisa melihat binar harapan Dimata tuanya. Ingin rasanya Kirana menolak semuanya, namun lidahnya seakan kelu begitu menatap harapan di wajah Papanya.

"Semuanya terserah keluarga Tante dan Om Bagas saja." jawab Kirana sopan.

"Bagiamana dengan kamu Dean?"

Lelaki yang bernama Dean dan juga merupakan dosen dari Kirana itu menatap sesaat ke arah Kirana yang terlihat menundukkan pandangannya.

"Aku Percaya pilihan kalian yang terbaik."

Jawaban Dean saat itu seakan meruntuhkan dunianya Kirana, dia berharap Dean menolak perjodohan ini, dan Kirana juga sempat berharap kalau yang dijodohkan dengannya adalah satria. Bukan karena Cinta tapi setidaknya dia bukan dosen di kampusnya.

"Kalau begitu kami anggap kalian berdua setuju, bagiamana pak Rendra?" tanya pak Bagaskara.

"Iya saya sependapat dengan bapak."

"Dan sesuai dengan pembicaraan sebelumnya, kami ingin pernikahan mereka diselenggarakan bulan depan."

"Bulan depan?" tanya keduanya bersamaan.

Akankah semuanya berjalan sesuai rencana, ataukah perjodohan itu batal karena keduanya belum siap untuk menikah?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!