"Apa tidak terlalu terburu-buru Pa?" tanya Kirana.
"Iya, apalagi Kirana masih kuliah, apa tidak sebaiknya dia menyelesaikan kuliahnya dulu?" kali ini Dean yang bicara.
"Kuliah kan bukan masalah Dean, Kirana tetap masih bisa kuliah kan?" jawab Tante Santi Mamanya Dean.
"Tapi tunggu dulu, perasaan kami belum bilang kalau Kirana masih kuliah."
"Iya Ma, Kirana itu mahasiswi ku dikampus yang sekarang."
"Bagus dong, kamu bisa sekalian jalan kan?"
Dean terlihat menarik nafas panjang, ternyata Mamanya benar-benar sudah suka dengan Kirana. Dan begitu juga dengan Kirana tidak tau harus beralasan apa.
"Kalian berdua fokus saja pada kegiatan masing-masing. Nanti biar Mama yang urus semua persiapannya."
"Bagiamana, apa masih ada masalah?"
"Tidak Ma," jawab Dean.
Kirana bisa lihat kalau jawaban itu terpaksa. Akan tetapi dia tau pasti Dean itu tidak ingin mengecewakan orang tua nya.
Keputusan kedua keluarga pun tak lagi dapat di ubah. Keduanya terpaksa menerima.
Setelah pembicaraan persiapan pernikahan selesai, keluarga Dean pun izin pulang sore itu.
Begitu juga dengan Kirana, dia izin kekamarnya. Jujur hatinya tidak yakin untuk melakukan pernikahan.
Kirana duduk di depan meja rias yang ada dikamarnya. Menatap dirinya dalam bayangan cermin.
"Apa harus ya gue nikah secepat ini?" Ucap Kirana. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Ternyata setiap perjalanan kehidupan itu tidak bisa ditebak. Dan tidak bisa sesuai harapan.
Malam itu Kirana menghabiskan waktunya dikamar saja, dia bingung besok bagaimana kalau dia bertemu Dean, apa dia harus bersikap tidak kenal?
**
Keesokan pagi Kiran sudah bangun dan bersiap-siap untuk ke kampus seperti biasanya.
"Kiran kamu sudah siap?" tanya Papa begitu melihat Kirana datang.
"Iya Pa, hari ini Kiran ada kuliah pagi juga."
"Ya sudah sarapan dulu, nanti biar barengan dengan Papa."
"Iya Pa."
Kirana mengambil piring dan mengisinya dengan sarapan pagi yang sudah disiapkan Bik Siti. Dan kemudian seperti biasa berangkat ke kampus diantar oleh Papanya.
Kirana berjalan memasuki halaman kampus. Banyak mahasiswa lain berlalu-lalang disana.
"Kiran!" sebuah suara menghentikan langkahnya saat itu.
Akan tetapi itu bukan suara Ayumi yang selalu memanggil nya begitu tiba dikampus. Kirana membalikkan tubuhnya kearah sayangnya suara. Dan saat itu dia melihat Dean yang baru saja sampai diparkiran kampus.
Dean Berjalan mendekat ke arahnya setelah memarkirkan mobil.
"Kamu baru sampai?" tanya Dean basa-basi.
"Iya Pak." jawab Kirana layaknya mahasiswi dan dosennya.
"Kamu bawa mobil?" tanya Dean lagi.
"Enggak, tadi diantar Papa." jawabnya singkat.
"Ya sudah, nanti pulangnya saya antar."
"Tidak usah pak, saya juga biasanya naik taksi."
"Saya ingin bicara sama kamu." jawab Dean.
"Sampai bertemu dikelas." Ucap Dean dan berlalu meninggalkan Kirana yang masih terpaku ditempatnya.
"Kiran!" tepukan di bahunya mengagetkan Kirana.
"Ayumi!"
"Lo ngelamun kan apa sih Ran?"
"Enggak ada, Gue lagi nungguin Lo aja."
"Masak sih Ran, gue lihat Lo ngelamun. Untungnya dihalaman kampus enggak dijalanan."
"Emangnya Lo pikir gue udah gila ngelamun dijalanan?"
"Gue bercanda," jawab Ayumi sambil terkekeh."
Mereka berdua berjalan menuju ruang kelas sambil bergandengan tangan. Pagi itu Dean pun masuk sesuai jadwal yang telah ditetapkan kampus.
Kiran yang melihat Dean masuk pun menyimpan buku yang sedang dibacanya, bukan karena dia ingin terlihat baik. Akan tetapi dia tak ingin kalau sampai ditegur oleh Dean dikelas. Seperti hari kemarin para mahasiswi mulai heboh dan mencari perhatian Dean.
"Aku bersedia tau kalau dijadikan calon istri," ucap Ayumi di telinga Kirana."
"Apaan sih Yu?"
"Gue kan cuma ngarep aja Ran, kan tidak ada salahnya."
"Lo fokus sama perkuliahan aja, jangan bawel." Kirana mencubit pelan bahu sahabatnya itu.
Dean yang selesai memberikan materi, langsung memberikan tugas kepada seluruh mahasiswa. Dan pada saat itu tanpa sengaja mata mereka bertemu.
Namun Kirana langsung menundukkan pandangannya. Dia tak ingin menatap mata elang milik lelaki dihadapannya.
Setelah Dean keluar, Kiran dan Ayumi berniat untuk langsung pulang. Karena tidak ada mata kuliah yang harus diikuti lagi.
"Kita langsung pulang?" tanya Ayumi pada Kirana.
"hmmm," jawabnya.
"Kok udah dua hari ini Lo kayak menyembunyikan sesuatu dari Gue?" tanya Ayumi sambil menghentikan langkah keduanya.
"Lo ada masalah?" tanya Ayumi penasaran.
Kirana sesaat terdiam, dia bingung apakah harus menceritakan semuanya kepada Ayumi, ataukah harus menyimpan semuanya sendiri?
"Kok Lo diam? Lagi mikirin apa?" tanya Ayumi penuh selidik.
Kirana menarik pelan tangan sahabatnya itu menuju ke bangku taman yang ada dikampus.
"Lo mau kemana?" tanya Ayumi.
"Lo ikut gue, gue mau cerita sama Lo yu."
Keduanya pun sudah duduk di salah satu bangku taman siang itu. Namun Kirana masih bingung mau mulai cerita dari Mana. Dia tidak tau bagiamana ekspresi Ayumi kalau tau dia akan menikah dengan Dean.
"Katanya mau cerita, kok malah ngelamun lagi Ran?"
"Jujur gue bingung Yu mau mulai cerita dari mana."
"Kiran, setiap Masalah itu akan menjadi ringan, kalau kita berbagi dengan orang lain. Percaya sama gue."
"Gue dijodohin Yu," ucap Kirana tiba-tiba.
"Apa Ran, dijodohin?"
"Kok bisa? Siapa lelaki yang mau dijadikan suami Lo?"
"Semuanya rencana Papa gue, sebenarnya jujur gue juga bingung kenapa Papa itu pengen gue cepat-cepat nikah."
"Dan yang parahnya , gue akan nikah bulan depan yu," Kiran bangun dari duduknya berjalan dua langkah menjauh dari tempat dimana Ayumi duduk.
Ayumi masih diam, dia juga ikut terkejut dengan keputusan Papanya Kirana. Karena saat ini posisi Kirana sedang kuliah. Dan setau dirinya Kirana juga memiliki prestasi yang baik.
"Kenapa Lo enggak nolak, kalau Lo ngerasa enggak siap Ran?"
"Entah kenapa Gue melihat harapan Papa dari matanya. Gue enggak tega Yu untuk mengecewakan Papa."
Ayumi ikut berdiri dan berjalan mendekat kearah Kirana, merangkul bahunya saat itu.
"Lo harus kuat ya Ran, mungkin ini pilihan terbaik untuk Lo."
"Tapi Lo belum cerita sama gue, siapa lelaki itu?"
"Dia," Kirana menggantung perkataan nya.
"Dia siapa?" tanya Ayumi penasaran.
"Dia Pak Dean."
"Apa, Pak Dean?"
"Iya Yu, gue juga baru ketemu kemarin siang."
"Kalau begitu Lo terima aja, gue setuju kok Ran." jawab Ayumi begitu bersemangat.
"Apapun sih Yu, gue cerita untuk nyari solusi tau."
"Ya itu gue kasih solusinya, Lo udah benar kok Ran. Nerima pak Dean sebagai suami Lo."
"Coba Lo pikir-pikir pak Dean itu pintar, mapan, ganteng lagi."
"Kalau begitu Lo aja yang gantiin gue "
"Gue sih mau aja Ran, tapi pak Dean pasti ogah sama gue."
Kirana menepuk pelan keningnya, ternyata Ayumi malah membenarkan keputusannya menerima pak Dean.
"Tapi Ran, tadi gue lihat Lo sikapnya biasa aja. seperti tak kenal dengan pak Dean."
"Jadi menurut Lo, gue harus gimana?"
"Heboh gitu, nunjukin sama semua orang kalau gue akan menikah dengan Dosen kita itu?"
"Iya dong, harusnya Lo bangga tau. punya calon suami Dosen."
"Terserah Lo deh Yu, pusing gue."
Ayumi kembali terkekeh menanggapi perkataan Kirana. Tapi jujur dalam hati dia ikut bahagia sahabatnya akan menikah.
Walaupun dia juga prihatin dengan perjodohan Kirana yang begitu mendadak. Padahal Kirana bukanlah keluarga yang tidak Mampu. Ayumi hanya berharap sahabatnya bisa bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments