Aku, Kamu Dan Dia

Aku, Kamu Dan Dia

Chapter 1

Malam hari yang sunyi di rumah yang mewah. Di suatu kamar tidur yang luas hanya dengan cahaya lampu tidur . Suara jam dinding yang berbunyi terus menerus. Kemudian suara telfon berdering.

Kring kring....

"Siapa yang berani beraninya mengganggu tidurku ini?". Gumam pria berbadan tinggi dan besar yang meraih benda pipih di samping kasurnya. Bernama Leon.

"Siapa?". Suara dingin Leon

"My honey kamu lagi apa?". Suara lembut dari telfon.

"Amora?". Tanya leon

"Iya ini aku honey, kamu ga save no aku ya?". Suara wanita merajuk dari telfon

"Di save sayang, aku tadi ga liat nama yang telfon. Ada apa? ". Ujar Leon

"My honey besok kita jalan jalan yuk. Sebelum aku berangkat ke Switzerland. Aku ingin menikmati waktu berdua bersama kamu honey". Mohon wanita itu dengan suara lembutnya.

"Tapi aku besok sangat padat jadwalnya sayang. Bagaimana dengan lusa? ". Sahut Leon.

"Yah padahal lusanya aku sudah pergi". Amora merajuk lagi.

"Baiklah akan aku undur semua jadwal. Besok kita akan jalan jalan". Ujar Leon menurunkan egonya.

"Terimaksih honey aku tau kamu bakal milih aku. Ya sudah kamu istirahat ya kita akan berangkat jam 7 pagi". Ucap wanita itu dengan manja.

"Iya, apapun akan aku lakukan untukmu. Kamu jangan tinggalin aku ya. I love you". sahut pria itu.

"Thanks my honey. I love you too". Suara Amora dari telfon kemudian menutup telfon.

Laki laki itu bernama Leon Alexander. Anak pengusaha terkaya no 1 dan memiliki pengaruh di mana mana.

Memiliki badan yang tinggi 190cm dan badan yang ber otot dan berisi. Wajah yang sangat tampan, hidung yang mancung, alis tebal, mata berwarna hitam , dengan kulit kuning langsat.

"Aghrr kalau bukan kekasihku aja yang telfon, sudah habis,". Ujar Leon kesal.

"Leon apa kamu belum tidur? ". Suara laki laki paruh baya yang membuka pintu kamar Leon

"Saya terbangun baru saja pa, ada apa papa masuk ke kamarku? ". Tanya leon melihat papanya masuk. Diikuti mamanya

"Leon, papa sama mama mau ngomong sama kamu leon". Ucap Alexander dengan nada rendah memegang punggung Leon.

"Mau ngomong apa pa?". Leon menatap dengan dalam wajah Alexander.

"Mama kamu mau bilang sesuatu leon. kamu dengerin mama kamu ya". Mohon Alexander.

"Sayang, kamu belum mama kasih tau selama ini. Dahulu saat kamu berumur 9 tahun. Mama dan sahabat mama menjodohkan kamu dengan anaknya. Saat itu ia masih di kandungan. Mama mau kamu menikah dengannya segera. Mama liat kamu sudah cukup matang. Kamu dengarkan permohonan mama ya sayang". Naomi dengan nada rendah sambil memegang punggung leon.

"Tapi ma, aku udah punya pilihan sendiri ma, amora. Mama harusnya memikirkan kebahagiaan aku juga". Ucap Leon sedikit meninggikan suaranya.

"Iya mama tau. Tapi mama sudah berjanji dengan teman mama dulu. Bisakah kamu mendengarkan mama sekali ini aja leon". Pinta Naomi memohon

"Tapi ma-". Ucap Leon yang terhenti karena alexander.

"Kamu sudah 29 tahun Leon. Kalo kekasih kamu itu mencintai kamu dia tidak akan menolak ajakan menikah dua hari yang lalu. Tuh buktinya dia malah pergi ke Switzerland". Alexander mulai meninggikan suara

"Tapi pa, dia kan ke Switzerland untuk melanjutkan karirnya. Menjadi penari balleria terkenal, Karir yang sangat di impikan olehnya selama ini. Bagaimana aku bisa melarangnya. Itu hanya akan mengatur hidupnya aja". Jelas Leon sambil mengerutkan dahinya.

"Karir? Hanya penari balet gitu? Untuk apa leon. Dia itu hanya memikirkan diri dia aja. Dia itu perempuan egois leon. Bentak Alexander mulai geram.

"Sudahlah pa, aku mau tidur. Aku lagi tidak ingin berdebat. Kita bicarakan besok aja". Ujar Leon mulai merebahkan badannya dan menarik selimut.

"Sudah pa, besok saja kita lanjutkan. Biarkan leon istirahat dulu untuk saat ini. Maafkan kami sudah mengganggu kamu tidur leon". Naomi mengajak Alexander keluar.

"Aghrr aku ga mau di jodohkan dengannya. Terlebih lagi aku tidak tau orangnya. Bagaimna jika dia bukan tipeku. Amora juga kenapa harus menolak aku dua hari yang lalu. Padahal aku begitu tulus mencintai dia dan sudah sangat siap menikah dengannya". Gumam Leon dalam hati.

"Aku harus beri alasan apa ke mereka besok, mereka pasti akan mebahasnya". Gumam Leon menatap langit langit kamar. Dan perlahan mulai tertidur.

☘️☘️☘️

Di saat jam yang sama. Disuatu kamar tidur Seorang gadis duduk bersandar di headboard.

Gadis itu bernama shania carolline. Ia berumur 19 tahun. Dengan tubuh yang kecil dan mungil, wajahnya yang cantik dan kecil seperti badannya. Kulitnya berwarna putih susu, alisnya hitam bulu mata hitam dan lebat, bibir kecil berwarna pink dengan memakai jilbab segi empat. Terdapat setitik tahi lalat di tulang hidung kanannya mebuatnya menjadi manis sekali.

Duduk diatas kasur memegang al quran.

Membaca al quran dengan tartil dan merdu. Alunan nada qiro'ah nya membuat suasana ruangan menjadi adem dan tenang.

"Shadaqallahul-'adzim". Shania menaruh alquran dan mengambil sebuah foto

"Maa. Shania rindu mama. Mama rindu shania juga ga? Kalo mama rindu shania, kenapa mama ga pernah hadir dalam mimpi shania ma? Shania kangen banget sama mama. Papa menikah lagi ma, sekarang shania punya ibu tiri, pengganti mama. Tapi ibu tiri dan saudari tiri Shania membenci Shania ma. Shania diperlakukan seperti pembantu dan sering di siksa disini ma. Kuliah shania lancar ma, sekarang udah semester enam. Hari ini lima tahun peringatan kematian mama, mama yang tenang disana. Sejak mama pergi, Shania menutup aurat shania. Terus shania juga mulai suka mengaji, kirim doa buat mama". Curhat shania memegang foto almarhum mamanya. Meneteskan butiran air mata yang tak kunjung henti mengalir. Melewati pipi yang mulus membasahi kasur. Matanya yang sudah sembab dan berat membuatnya mengantuk. Tidur dengan memeluk foto mamanya berukuran 10R.

Pagi hari jam menujukkan pukul 5 subuh, masih pagi buta, rani berjalan ke kamar shania. Dan memukul mukul badannya dengan sendal.

"Bangun... Bangun pemalas". Rani memukul tubuh Shania dengan sendal disertai teriakan rani dan tatapan melotot ke shania yang masih tertidur.

"Iya ma. Saya sudah bangun. Saya mau shalat dulu habis itu memulai masak". Ucap Shania menunduk dengan perasaan takut Kemudian bergegas berdiri.

"Bagus, hari ini kamu masak, nyapu, ngepel lantai, nyapu halaman, cuci piring, tuh baju kotor juga sudah numpuk. Mengerti?? ". Ucap rani dengan nada tinggi

"Baik ma". Melangkah pergi.

"Oh iya kamu harus panggil saya nyonya kalo ga ada papa kamu. Mengerti?". Rani melipat tangannya di depan sambil membesarkan matanya menatap shania.

"Baik nyonya, kalo gitu saya permisi". Shania pergi untuk berwudhu kemudian shalat subuh.

"Siapa juga yang mau punya ibu seperti anda". Batin Shania.

Saat itu datanglah Kayla, Karina dan Karin merek bertiga saudari tirinya.

"Heh babu, kamu jangan adukan kita ke papa kamu. Kalau kamu mengadu habis kamu nanti". Ancam Kayla.

"Ingat ya, kamu harus tersenyum disaat ada papa". Karina memperingatkan.

"dan juga kita harus terlihat akrab saat papa pulang". Karin memperingatkan juga.

Shania hanya diam saja mendengarkan dan menjawab mereka. Melangkah pergi mengambil kunci motor pergi ke supermarket berbelanja sayuran dan bahan bahan makanan untuk di masak hari ini.

"Sepertinya semuanya sudah, apa yang kurang ya?". Gumam Shania melihat kantong plastik belanjanya.

"Sudah semua. Saatnya balik saya ga sabar untuk masak sea food hari ini". Gumam Shania berjalan menaiki motor maticnya.

Saat ingin menaiki motornya, ia melihat seekor anak kucing persia yang masih kecil, kurus, jelek dan tidak terawat. Menaruhnya di plastik, ia membawanya ikut pulang kerumah.

Tanpa ia sadari seorang laki laki tampan memperhatikan shania dari dalam supermarket.

"Cantik sekali, siapa gadis yang memakai jilbab itu? Jarang sekali melihat gadis apalagi wajahnya sangat cantik begitu pergi berbelanja disini". Gumam laki laki itu yang bernama Sean.

"Kasian sekali kamu meow. Ikut saya yuk. Saya akan rawat kamu jadi kucing yang ganteng". Gumam shania menaruhnya ke sebuah plastik dan membawanya.

☘️☘️☘️

"Lama sekali kamu belanjanya. bukannya cepet balik malah bawa kucing". Ujar Rani marah marah melihat Shania baru balik.

"Maaf, tadi ramai sekali disana. Jadi harus antri agak lama". Jelas Shania sambil menenteng belanjaan.

"Pokoknya saya ga mau tau masakan harus matang tersaji diatas meja makan sebelum papa kamu sampai. Pasti dia capek pulang dari USA". Ucap Rani dengan tangan yang memukul mukul meja.

"Selesai juga. Semoga papa suka. Emm habis ini makan terus tinggal beres beres". Batin shania setelah selesai masak.

"Papa pulang". Terdengar suara berat dari balik pintu hendak masuk menarik koper. Yaitu David papanya Shania.

"Papa, selamat datang. Gimana meetingnya disana?". Sahut Rani berlari menghampiri David.

"Alhamdulillah lancar ma, papa disuruh megang proyek yang ada di sana". kemungkinan papa akan jarang tinggal disni ma. Em apa makanannya sudah matang ma? ". Ucap David dengan perasaan bahagia dan sedih.

Em sudah pa". Rani mengambil koper yang dibawa David untuk menaruhnya di kamar

"Wah shania, Anak kesayangan papa sedang masak. Em harum sekali shania. Kmu masak apa sayang?". Tanya David yang hendak duduk di meja makan.

"Shania masak lobster thermidor, udang saus manis dan sayur brokoli pa". Shania membawa mangkok yang berisi lobster thermidor.

"Oke akan papa coba ya". David memasukan lobster thermidor ke mulutnya.

"Iya pa, semoga suka ya pa". Shania tersenyum menyipitkan kedua matanya.

"Waw. Amazing shania". Ucap David

"Kenapa pa? Ga enak ya pa?". Shania mengangkat kedua alisnya.

"Ini sangat enak sekali shania. Papa rasa kamu ada bakat memasak yang diturunkan mama kamu, Carolline". David memasukkannya lagi ke mulutnya.

"Terimaksih papa. Tapi ini shania masih belajar. Rasanya masih belum perfect". Shania tersenyum menyipitkan kedua matanya.

"Wah kamu masak apa shania harum sekali". Kata kayla yang hendak duduk di meja makan diikuti oleh Karina dan Karin.

"Ini namanya lobster thermidor, udang saus manis dan ini sayur brokoli. Shania menjelaskan sambil menunjuknya dengan telunjuk kanannya.

"Gila, ini enak banget. Cobalah karin". Ucap karina membelakkan matanya lebar lebar. Dan menawarkan kepada karin.

"Iya ya enak sekali kak". Ucap Karin membola matanya juga.

"Alhamdulillah jika kalian suka. Selamat menikmati semuanya". Ucap Shania sambil tersenyum.

Mereka makan bersama dengan senyum dan tawa palsu. David tidak tau sifat Rani dan ke tiga anaknya di belakangnya yang selalu mengintimidasi Shania. Bahkan mereka mengancam Shania agar tidak mengadukannya ke papa.

"Pa, rasanya shania ingin bercerita dengan papa keseharian shania. Papa, Shania mohon papa jangan lama lama pergi nya. Selesaikan proyeknya dengan cepat. Dan segera balik ya pa". Gumam Shania dalam hati menatap wajah papanya yang asyik makan terus menerus.

Terpopuler

Comments

creamylatte

creamylatte

semangattt🥰

2024-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!