Di ruangan kerja, Leon menatap layar laptopnya. Fokus menyelesaikan pekerjaannya. Namun iya merasa kesal saat Amora memutuskan hubungan mereka yang sudah hampir 5 tahun itu.
"Aghrr, sial. Aku ga bisa fokus saat ini". Teriak Leon menjambak rambutnya.
Ia mengambil HP. Ia berniat untuk meminta maaf pada Amora.
"Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan".
"Sial". Umpat Leon.
"Leon leon kenapa kamu tadi malah marah ke Amora, jadi ancur gini kan". Leon menyalahkan dirinya.
"Amora tega sekali kamu meninggalkan aku. Aku ga bisa hidup tanpa kamu Amora. Kamu sudah memberi warna dalam hidupku. Tak ada wanita yang bisa menggantikanmu, maafkan aku. Aku tadi hanya kelepasan membentak kamu. Bisakah kita meluruskannya lagi". Ucap Leon memandangi foto Amora kemudian menaruhnya kembali.
"lapar sekali. Ini sudah lewat dari jam makan siang. Sekarang sudah jam 2.". Guman Leon melihat jam di HP nya.
"Tau gini tadi saya ga usah ke kantor. Pulang dari Mall harusnya makan di restoran kemudian pulang aja. Pergi ke kantor dengan mood yang berantakan gini ga bisa fokus". Leon kesal dan pergi dari ruangan itu pergi ke sebuah restoran.
☘️☘️☘️
Sean adalah seorang CEO sekaligus pemilik perusahaannya, Sean Beauty.
Perusahaannya bergerak dibidang kecantikan ini sangat diminati di setiap kalangan. Dari anak anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Membuat Sean makin bersemangat dalam membuat inovasi baru.
Tak tanggung tanggung ia pun juga mendirikan Salon dan klinik yang sudah memiliki banyak cabang di mana mana, Sean Beauty Klinik.
Shania duduk di sofa yang indah berwarna putih. Menatap wajahnya ke layar laptop. Mempelajari tentang produk make up yang akan launching sebentar lagi.
Disampingnya, Sean duduk mendatangani berkas berkas.
"Aduh. Lapar sekali perut ini. Dari tadi belum makan siang. Mana ini udah jam dua. Bagaimana jika suara perutku ini terdengar oleh tuan Sean". Batin Shania sambil memegang perutnya.
Sesuatu yang ditakutkan Shania pun terjadi. Akhirnya perut Shania berbunyi, dan membuat Sean teralihkan oleh suara itu.
"Shania". Ujar Sean
"Iya tuan". Sahut Shania.
"Kamu makan siang lah dulu. Dari tadi kamu belum makan kan?". Ucap Sean sambil menanda tangani berkas.
"Iya tuan, tadi saya belum semoat makan siang". Jawab Shania menunduk malu
"Kamu bisa peegi". Ujar Sean yang masih sibuk mendatangani.
"Baik tuan. Kalau gitu saya izin keluar sebentar". Sahut Shania melangkahkan kakinya.
☘️☘️☘️
Di luar gedung, Ia pergi menaiki ojek ke sebuah restoran yang lumayan agak jauh dari kantor Sean. Ditempat yang sama Leon baru mau masuk ke restoran itu. Namun HP nya bergetar dan ia pun harus mengangkat telfon dahulu.
Restoran ini adalah restoran favorit Leon. Tadinya ia tidak suka jika kalau restoran itu bukan restoran bintang lima. Namun karena ajakan Sean ia pun datang kesini dan mencoba makanannya.
Saat mencoba ia menjadi ketagihan dan sudah berulang kali makan di restoran ini.
"Mba saya pesan steak sama air putih dingin". Kata Shania ke pelayan restoran.
Pesanan Shania sudah di pesan. Ia pun mengeluarkan Hp nya sambil menunggu. Tanpa ia sadari datanglah seorang 3 preman berbadan kekar.
DOR
Bunyi suara pistol yang menggema di ruangan. Sontak seketika itu membuat suasana menjadi tegang. Semua orang tampak ketakutan, dan ada yang berteriak sambil berlari.
"Kalau kalian mau selamat, taruh harta benda kalian di atas meja. Cepat!!". Bentak salah satu preman.
"Cepat,, cepat cepat". Ucap salah satu preman sambil menggebrak meja dan megambil Hp yang sudah di meja
Seorang preman memandang wajah cantik Shania. Ia menghampiri Shania.
"Gadis kecil kamu sangat cantik. Kamu harus ikut kami". Bentak salah satu preman ke Shania.
"Tidak akan". Bentak Shania.
"Kamu punya nyali juga ya". Ucap preman itu menarik tangan Shania
"Lepas!!". Shania menggigit tangan preman hingga tangannya mengeluarkan darah.
"Aghr". Rintihan preman yang tangannya tergigit.
Shania mengetahui preman itu sedang lengah, ia gunakan waktu itu untuk memberi pelajaran preman.
PRANG
Shania melemparkan gelas kosong yang ada di meja ke kepala preman yang digigitnya tadi hingga mebuatnya pingsan. Kejadian itu membuat preman lainnya mendatangi Shania.
"Kita bawa Jal*ng kecil ini". Ucap salah satu preman. Dan keduanya membawa paksa Shania.
"Lepaskan aku!!!". Teriak Shania memberontak saat di bawa paksa.
Leon yang baru mau duduk itu pun hanya terdiam dan tidak memperdulikan preman preman itu. Ia hanya memandangi satu persatu.
Ia sedang tidak mau membuang tenaganya. Asal mereka tidak mengganggunya maka tidak akan ikut campur.
Saat Leon melihat salah satu preman mengganggu perempuan yang memakai jilbab ia pun menjadi marah. Tak ada seorangpun yang bergerak membantunya. Ia melihat wanita itu sedang dibawa paksa menjadi iba. Hati nya tergerak untuk membantu gadis berjilbab itu.
PRANG
Gelas tepat mengenai kepala salah satu preman membuat kepalanya mengeluarkan darah dan jatuh pingsan.
"Tinggal tersisa satu". Gumam Leon.
"Sini kamu lawan aku". Ucap Leon dengan suara dinginnya menatap preman itu dengan mata yang tajam sambil mengepalkan tangannya.
BUGH
Dengan sekali tinjuan, preman itu terkapar di lantai.
Ruangan yang sangat tegang tadi. Sekarang banyak noda darah berceceran di lantai. Bau amis darah tercium dimana mana.
Shania gemetar ketakutan dengan tatapan kosong. Kaki yang lemas membuatnya terduduk di lantai dan penglihatannya pun menjadi kabur
"Hei.. Hei..hei..". Ucap leon menepuk lengan Shania.
Terbangun dari pingsannya. Shania mendapati dirinya sedang berada di ranjang rumah sakit.
"Kamu sudah bangun". Suara laki laki yang berdiri di samping ranjang menyilangkan tangannya di dada.
"Saya ada di mana ini?". Tanya shania menatap sudut ruangan.
"Kamu di rumah sakit Shania". Jawab Leon menatap wajah Shania masih menyilangkan tangannya di dada.
"Apa yang terjadi pada saya?. Mengapa anda membawa saya kemari?". Tanya Shania beranjak berdiri
"Kamu ga ingat, tadi kamu diserang 3 perampok di restoran". Jawab Leon menatap Shania.
"Ah iya. Saya Lupa". Ucap Shania sambil memegang tangannya yang memar.
"Kamu akan saya antar. Rumah kamu dimana Shania". Tanya Leon.
"Emm bagaimana anda tau nama saya. Bukankah saya belum memperkenalkan nama sedari tadi". Jawab Shania menaikkan alis.
"Kita pernah bertemu sebelumnya di Mall. Kamu lupa saat di toko perhiasan". Kata Leon dengan suara laki nya.
"Ah maaf, saya tidak ingat wajah anda. Saya agak sulit dalam mengingat wajah orang". Kata Shania memegang kepalanya yang pusing.
"Nyalimu besar juga mengahadapi preman preman itu. Apa kamu tidak takut?". Kata Leon dengan suara beratnya.
"Saya juga ga menyangka bisa se berani itu". Sahut Shania sambil tersenyum.
"Padahal saya selalu diam saat ibu tiri dan saudari tiri saya menyiksa saya". Gumam Shania dalam hati.
Wajah yang cantik terlukis di wajahnya ini membuat jantung Leon bedetak lebih cepat.
"Sial. Kamu ga boleh gini Leon. Kamu sudah ada Amora". Batin kevin
"Ayo. Akan saya antarkan pulang". Leon melangkah pergi.
"Tapi saya takut untuk pulang". Ucap Shania dengan nada pelan.
"Kenapa". Langkah kaki Leon terhenti.
"Saya takut ibu tiri dan ketiga saudara tiri saya menindas saya lagi". Jawab Shania meneteskan air matanya.
Ucapan dari bibir Shania membuat Leon merasa iba. Tapi saat ini ia tidak ingin ikut campur kehidupan orang lain.
"Lalu?". Tanya Leon berbalik badan dan melihat air mata yang sudah mengalir di wajah cantiknya.
"Maaf. Anda bisa pergi. Saya akan pulang sendiri". Ucap Shania yang masih ada di kamar pasien.
"Baiklah saya akan pergi". Leon pergi meninggalkan kamar pasien
Tangis pecah Shania di kamar pasien itu. Berjongkok di lantai dan memegang kedua lututnya. Leon masih di depan pintu terdiam sesaat saat mendengarkan tangis Shania. Kemudian melangkahkan kakinya pergi dari rumah sakit.
Ddrrrttt.... Suara Hp bergetar
"Hallo". Ucap Shania.
"Shania kamu dimana?". Suara dari telfon tida lain adalah Sean.
"Maaf tuan saya lagi di rumah sakit". Suara Shania yang habis menangis.
"Kamu kenapa suaranya seperti habis nangis, apa kamu menangis Shania ". Tanya Sean yang penasaran
"Ngga tuan, saya ga menangis". Bohong Shania.
"Bohong". Kata Sean yang ga percaya.
"Tuan, bisakah saya pulang sekarang. Saya akan kerja mulai besok". Pinta Shania.
"Baiklah, kamu boleh pulang Shania". Suara Sean dari telfon
"Terimakasih tuan". Jawab shania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments