Eps 5

Shania pulang dengan perasaan khawatir, takut dan cemas. Ia sangat khawatir jika ibu tiri dan ketiga saudari tirinya itu menyiksanya.

Shania mencoba menenangkan hatinya kemudIn melangkahkan kaki membuka pintu dan masuk kedalam ruma orang tuanya.

Saat ia masuk ia seperti sedang ditunggu oleh mereka. Tatapan mereka seperti singa yang lapar. Yang siap menerkam mangsanya tiba tiba.

"Bagus, kamu dari mana saja". Bentak Rani membawa tali pinggang

"Mah jangan jangan anak ini sudah liar ma". Sahut Karin menaruh tangannya di pinggang.

"Emm atau kah dia punya kekasih sekarang". Sahut Kayla menyilangkan tangannya di dada

"Wah, kamu cakep cakep gini habis dari mana? Jangan jangan temu sugar dady". Sahut Karina menatap sinis Shania.

"Saya habis mencari kerja". Jawab Shania menunduk.

"Hah cari kerja? Siapa yang mau nerima kamu dengan tamatan SMA?". Sahut Karina.

"Kamu tau sekarang jam berapa. Sekarang sudah jam setengah 6 sore. Dan kamu baru pulang. Kami menunggu kamu kelaparan dari tadi". Murka Rani.

"Bukankah tadi saya sudah masak banyak nyonya". Jawab Shania menunduk ketakutan.

"Makanan itu sudah habis bego". Sahut Karina dan Karin.

"Kamu akan saya beri pelajaran biar kapok ya". Rani memulai mencambuk Shania dengan tali pinggang.

"Aw, sakit nyonya. Maaf saya nyonya. Ampun nyonya sakit. Saya janji ga akan mengulanginya lagi. Nyonya ampuni saya". Rintihan Shania yang tak pernah berhenti

Mencambuk Shania tanpa henti. Tak ada ampun bagi Rani. Dia wanita tanpa perasaan. Lagi dan lagi hingga Shania pingsan. Banyak memar memar merah akibat cambukan itu. Seperti tato berawarna merah yang menempel di kulit Shania dengan corak yang berantakan.

Mereka ber empat tertawa dengan puas melihat Shania yang begitu tersiksa.

"Ma, sudah ma. Shanianya pingsan ma". Sahut Karin mencegah Rani.

"Nanti kalau ketahuan papa gimana ma?". Tanya Karina

"Tenang, Papa lagi ada urusan sayang. Ia akan minap dua malam di luar. Makanya mama berani beri anak ini pelajaran". Sahut Rani.

"Tapi bagaimana jika dia ngadu ma?". Tanya Kayla panik.

"Maka akan kita beri pelajaran lagi". Senyum jahat di bibir Rani.

"Sudah ah ma. Laper banget ini ayo kita makan di luar aja". Sahut Kayla.

"Iya ma, aku juga laper nih". Sahut Karina dan Karin.

"Ya sudah ayo kita ke restoran. Kita tinggalkan saja anak ini disini". Ucap Rani melangkah pergi dan mengunci pintu dari luar.

Dua jam lamanya pingsan, akhirnya Shania terbangun. Penyiksaan yang pernah berhenti. Tak ada pembelaan dari siapapun. Hanya bisa pasrah menerima setiap cambukan cambukan saat Rani.

Ia tidak mengetahui kenapa takdirnya seperti ini. Selalu ditindas oleh mereka ber empat. Ingin sekali memberitahukannya ke papanya tapi ia takut akan mendapatkan hukuman yang lebih parah dari ini.

"Aw sakit sekali badanku". Ucap Shania merintih kesakitan. Air mata mengalir perlahan di pipinya.

"Ma, Shania harus gimana. Shania lelah ma. Bawa Shania juga ke tempat mama. Mama bolehkah Shania kabur". Tangis Shania yang masih tergeletak dilantai.

"Iya Aku harus kabur dari sini sebelum mereka pulang". Gumam Shania bergegas bangun kemudian dengan buru buru ia memasukkan baju bajunya ke dalam koper dan membawa kucingnya.

"Pintunya terkunci dari Luar, aku harus mencari celah. Ah benar sekali. Didapur ada celah kecil. Saya akan lewat sana". Gumam Shania sambil Bergegas menuju dapur.

"Selamat tinggal rumahku. Suatu saat saya akan kembali dan mengusir mereka ber empat dari sini. Maafkan Shania ma. Shania udah ga kuat lagi". Gumam Shania sambil memandangi rumah megah milik ibunya. Dengan air mata yang yang membanjiri pipinya

"Selamat tinggal". Shania melangkah pergi dengan membawa koper dan kucingnya.

...****************...

Disuatu tempat Rani beserta ketiga anaknya sedang makan di restoran. Dengan tawa yang bahagia. Mereka membiarkan Shania yang tergeletak dilantai. Tak ada perasaan iba sama sekali terhadap Shania.

"Coba kalian cari laki laki yang tajir, pasti kalian bisa makan enak terus". Ucap Rani sambil makan memegang garpu dan sendoknya.

"Iya ma udah kayla coba, tapi ga ada yang mau sama Kayla. Apa memang Kayla ga cantik ya ma?". Sahut Kayla.

"Iya karena kamu jelek Kayla, coba kamu cantik kek saya". Sahut Karina membanggakan dirinya.

"Lah kok kamu gitu sih. Cantikan aku lah". Kayla ga mau kalah.

"Udah udah. Anak mama itu cantik semua. Hanya kalian belum beruntung aja. Mungkin habis ini kamu dapet laki laki yang tampan juga kaya". Ucap Rani sambil tersenyum

"Coba ya ada pria tampan yang bisa memikat kita disini". Sahut Karina yang sambil melirik mencari pria tampan.

"Kenapa laki laki disini tak ada yang menarik yaa ma". Sahut Kayla melihat setiap laki laki di restoran.

"Kalau kamu Karin? Gimana?". Tanya Kayla yang melihat Karin sibuk main game.

"Saya belum berniat mencari laki laki". Jawab karin yang fokus main game di HP nya.

"Ih kamu ini game aja terus. Mana tomboy banget lagi kamu ini. Yah saya akui lah walaupun kulit kamu lebih putih dari saya, tapi kamu jelek karena ga ada anggun anggunnya". Sahut Karina

"Biar. Hidup hidup saya. Saya mau game kek mau apa kek itu hak saya". Jawab Karin

Karina dan Karin adalah saudara kembar. Karina kakaknya dan Karin adiknya. Karina berkulit agak gelap. Sementara Karin memiliki kulit yang agak terang dari Karina.

Kayla adalah adeknya Karina dan Karin tapi beda Ayah.

Di pintu masuk restoran, Sean baru saja masuk seorang diri. Duduk di ujung kemudian memesan makanan. Menunggu sambil melihat beranda sosmednya.

"Lah bukannya ini Shania". Gumam Sean melihat video viral baru saja.

"Iya ini Shania saat makan siang kalau ga salah. Menarik sekali kamu Shania. Ga takut dengan preman preman itu. Wah kamu mengigit tangannya. Eh sekarang melempar kepala preman itu pake gelas kaca. Waah keren banget". Gumam Sean sambil terkejut melihat Shania yang viral.

"Ternyata dia berani juga ya. Apakah karena itu dia menangis tadi. Saya harus telfon dia bagaimana keadaannya sekarang". Gumam Sean lagi

Nomor yang anda sedang diluar jangkauan.

"Kenapa ga diangkat ya. Lebih baik aki tanya besok aja saat di kantor". Gumam Sean bertanya tanya.

Selesai makan Sean pun pergi.

...****************...

Shania duduk di sebuah kursi terminal bis.

"Ma, Shania harus gimana sekarang?. Kemana Shania harus pergi?". Gumam Shania sambil menatap bintang bintang di malam hari ini.

Ditempat yang sama Leon menepikan mobilnya di dekat situ. Ia sedang mencari minuman. Namun pandangannya teralihkan saat melihat Shania yang terduduk di kursi terminal bis.

Sesaat itu melihat wajah sedih Shania. Lalu masuk ke kedai dan memesan es cappuccino. Keluar dari kedai ia memegang 2 es cappuccino. Dan menghampiri Shania.

"Minumlah. Kamu terlihat menyedihkan". Leon mengukurkan tangannya yang memegang satu cup cappuccino.

Shania pun terkejut saat seseorang tiba tiba datang di depannya yang sedang melamun.

"Untuk saya?". Tanya Shania menatap Leon

"Iya. Ambilah". Perintah Leon dengan suara beratnya.

"Kmu ngapain malam malam gini bawa koper terus bawa kucing lagi. Jangan jangan kamu kabur ya dari rumah?". Tanya Leon saat melihat koper dan kucing yang ditaruh di dalam kandang.

"Iya saya kabur". Jawab Shania dengan wajah sendu mengambil cappucino di tangan Leon

"Kemana?". Tanya Leon sambil menyedot minumannya.

"Entahlah, saya juga ga punya tujuan saat ini". Jawab Shania yang mulai mengeluarkan air mata lagi.

"Apa ibu tiri kamu menyiksa kamu?". Tanya leon yang hendak duduk di samping Shania.

"He em". Jawab singkat Shania.

"bodoh. Kamu kabur tapi kamu ga tau tujuan kamu kemana". Umpat Leon.

"Anda diam aja. Anda tidak punya hak mengatai saya bodoh. Anda tidak tau kehidupan saya jadi sekarang anda pergilah dari sini. Saya tidak ingin diganggu". Jawab Shania dengan tatapan datarnya.

"Maaf, bukan bermaksud mengatai kamu. Baiklah saya akan pergi. Jaga dirimu, disini banyak pria hidung belang Shania". Ucap Leon yang hendak pergi.

"Anu benarkah disini banyak pria hidung belang?". Tanya Shania mulai ketakutan.

"Iya ada banyak". Jawab Leon sambil tersenyum

"Anu, bisakah saya minap tempat anda tuan? Hanya malam ini. Sebagai gantinya saya yang akan beberes rumah anda". Pinta Shania.

"Jika kmu mau minap tempat saya, akan saya ijinkan sampai kapanpun". Sahut Leon yang merasa iba dengan gadis kecil di depannya.

"Terimakasih tuan". Senyuman terukir kembali di wajahnya menampilkan gigi gingsul di pipi kanan, dengan lesung pipi di wajahnya yang cantik dibalutan jilbab segi empat di model lilit ke belakang itu.

"Matanya begitu sembab mungkin sudah dari lama ia menangis". Gumam Leon melihat mata sembab Shania.

"Ayo. Mobil saya ada di sana". Ajak Leon menuju mobilnya.

Tak lupa ia membukakan pintu mobil untuk Shania.

"Terimakasih tuan". Kata Shania yang hendak masuk mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!