Malam hari yang sunyi di rumah yang mewah. Di suatu kamar tidur yang luas hanya dengan cahaya lampu tidur . Suara jam dinding yang berbunyi terus menerus. Kemudian suara telfon berdering.
Kring kring....
"Siapa yang berani beraninya mengganggu tidurku ini?". Gumam pria berbadan tinggi dan besar yang meraih benda pipih di samping kasurnya. Bernama Leon.
"Siapa?". Suara dingin Leon
"My honey kamu lagi apa?". Suara lembut dari telfon.
"Amora?". Tanya leon
"Iya ini aku honey, kamu ga save no aku ya?". Suara wanita merajuk dari telfon
"Di save sayang, aku tadi ga liat nama yang telfon. Ada apa? ". Ujar Leon
"My honey besok kita jalan jalan yuk. Sebelum aku berangkat ke Switzerland. Aku ingin menikmati waktu berdua bersama kamu honey". Mohon wanita itu dengan suara lembutnya.
"Tapi aku besok sangat padat jadwalnya sayang. Bagaimana dengan lusa? ". Sahut Leon.
"Yah padahal lusanya aku sudah pergi". Amora merajuk lagi.
"Baiklah akan aku undur semua jadwal. Besok kita akan jalan jalan". Ujar Leon menurunkan egonya.
"Terimaksih honey aku tau kamu bakal milih aku. Ya sudah kamu istirahat ya kita akan berangkat jam 7 pagi". Ucap wanita itu dengan manja.
"Iya, apapun akan aku lakukan untukmu. Kamu jangan tinggalin aku ya. I love you". sahut pria itu.
"Thanks my honey. I love you too". Suara Amora dari telfon kemudian menutup telfon.
Laki laki itu bernama Leon Alexander. Anak pengusaha terkaya no 1 dan memiliki pengaruh di mana mana.
Memiliki badan yang tinggi 190cm dan badan yang ber otot dan berisi. Wajah yang sangat tampan, hidung yang mancung, alis tebal, mata berwarna hitam , dengan kulit kuning langsat.
"Aghrr kalau bukan kekasihku aja yang telfon, sudah habis,". Ujar Leon kesal.
"Leon apa kamu belum tidur? ". Suara laki laki paruh baya yang membuka pintu kamar Leon
"Saya terbangun baru saja pa, ada apa papa masuk ke kamarku? ". Tanya leon melihat papanya masuk. Diikuti mamanya
"Leon, papa sama mama mau ngomong sama kamu leon". Ucap Alexander dengan nada rendah memegang punggung Leon.
"Mau ngomong apa pa?". Leon menatap dengan dalam wajah Alexander.
"Mama kamu mau bilang sesuatu leon. kamu dengerin mama kamu ya". Mohon Alexander.
"Sayang, kamu belum mama kasih tau selama ini. Dahulu saat kamu berumur 9 tahun. Mama dan sahabat mama menjodohkan kamu dengan anaknya. Saat itu ia masih di kandungan. Mama mau kamu menikah dengannya segera. Mama liat kamu sudah cukup matang. Kamu dengarkan permohonan mama ya sayang". Naomi dengan nada rendah sambil memegang punggung leon.
"Tapi ma, aku udah punya pilihan sendiri ma, amora. Mama harusnya memikirkan kebahagiaan aku juga". Ucap Leon sedikit meninggikan suaranya.
"Iya mama tau. Tapi mama sudah berjanji dengan teman mama dulu. Bisakah kamu mendengarkan mama sekali ini aja leon". Pinta Naomi memohon
"Tapi ma-". Ucap Leon yang terhenti karena alexander.
"Kamu sudah 29 tahun Leon. Kalo kekasih kamu itu mencintai kamu dia tidak akan menolak ajakan menikah dua hari yang lalu. Tuh buktinya dia malah pergi ke Switzerland". Alexander mulai meninggikan suara
"Tapi pa, dia kan ke Switzerland untuk melanjutkan karirnya. Menjadi penari balleria terkenal, Karir yang sangat di impikan olehnya selama ini. Bagaimana aku bisa melarangnya. Itu hanya akan mengatur hidupnya aja". Jelas Leon sambil mengerutkan dahinya.
"Karir? Hanya penari balet gitu? Untuk apa leon. Dia itu hanya memikirkan diri dia aja. Dia itu perempuan egois leon. Bentak Alexander mulai geram.
"Sudahlah pa, aku mau tidur. Aku lagi tidak ingin berdebat. Kita bicarakan besok aja". Ujar Leon mulai merebahkan badannya dan menarik selimut.
"Sudah pa, besok saja kita lanjutkan. Biarkan leon istirahat dulu untuk saat ini. Maafkan kami sudah mengganggu kamu tidur leon". Naomi mengajak Alexander keluar.
"Aghrr aku ga mau di jodohkan dengannya. Terlebih lagi aku tidak tau orangnya. Bagaimna jika dia bukan tipeku. Amora juga kenapa harus menolak aku dua hari yang lalu. Padahal aku begitu tulus mencintai dia dan sudah sangat siap menikah dengannya". Gumam Leon dalam hati.
"Aku harus beri alasan apa ke mereka besok, mereka pasti akan mebahasnya". Gumam Leon menatap langit langit kamar. Dan perlahan mulai tertidur.
☘️☘️☘️
Di saat jam yang sama. Disuatu kamar tidur Seorang gadis duduk bersandar di headboard.
Gadis itu bernama shania carolline. Ia berumur 19 tahun. Dengan tubuh yang kecil dan mungil, wajahnya yang cantik dan kecil seperti badannya. Kulitnya berwarna putih susu, alisnya hitam bulu mata hitam dan lebat, bibir kecil berwarna pink dengan memakai jilbab segi empat. Terdapat setitik tahi lalat di tulang hidung kanannya mebuatnya menjadi manis sekali.
Duduk diatas kasur memegang al quran.
Membaca al quran dengan tartil dan merdu. Alunan nada qiro'ah nya membuat suasana ruangan menjadi adem dan tenang.
"Shadaqallahul-'adzim". Shania menaruh alquran dan mengambil sebuah foto
"Maa. Shania rindu mama. Mama rindu shania juga ga? Kalo mama rindu shania, kenapa mama ga pernah hadir dalam mimpi shania ma? Shania kangen banget sama mama. Papa menikah lagi ma, sekarang shania punya ibu tiri, pengganti mama. Tapi ibu tiri dan saudari tiri Shania membenci Shania ma. Shania diperlakukan seperti pembantu dan sering di siksa disini ma. Kuliah shania lancar ma, sekarang udah semester enam. Hari ini lima tahun peringatan kematian mama, mama yang tenang disana. Sejak mama pergi, Shania menutup aurat shania. Terus shania juga mulai suka mengaji, kirim doa buat mama". Curhat shania memegang foto almarhum mamanya. Meneteskan butiran air mata yang tak kunjung henti mengalir. Melewati pipi yang mulus membasahi kasur. Matanya yang sudah sembab dan berat membuatnya mengantuk. Tidur dengan memeluk foto mamanya berukuran 10R.
Pagi hari jam menujukkan pukul 5 subuh, masih pagi buta, rani berjalan ke kamar shania. Dan memukul mukul badannya dengan sendal.
"Bangun... Bangun pemalas". Rani memukul tubuh Shania dengan sendal disertai teriakan rani dan tatapan melotot ke shania yang masih tertidur.
"Iya ma. Saya sudah bangun. Saya mau shalat dulu habis itu memulai masak". Ucap Shania menunduk dengan perasaan takut Kemudian bergegas berdiri.
"Bagus, hari ini kamu masak, nyapu, ngepel lantai, nyapu halaman, cuci piring, tuh baju kotor juga sudah numpuk. Mengerti?? ". Ucap rani dengan nada tinggi
"Baik ma". Melangkah pergi.
"Oh iya kamu harus panggil saya nyonya kalo ga ada papa kamu. Mengerti?". Rani melipat tangannya di depan sambil membesarkan matanya menatap shania.
"Baik nyonya, kalo gitu saya permisi". Shania pergi untuk berwudhu kemudian shalat subuh.
"Siapa juga yang mau punya ibu seperti anda". Batin Shania.
Saat itu datanglah Kayla, Karina dan Karin merek bertiga saudari tirinya.
"Heh babu, kamu jangan adukan kita ke papa kamu. Kalau kamu mengadu habis kamu nanti". Ancam Kayla.
"Ingat ya, kamu harus tersenyum disaat ada papa". Karina memperingatkan.
"dan juga kita harus terlihat akrab saat papa pulang". Karin memperingatkan juga.
Shania hanya diam saja mendengarkan dan menjawab mereka. Melangkah pergi mengambil kunci motor pergi ke supermarket berbelanja sayuran dan bahan bahan makanan untuk di masak hari ini.
"Sepertinya semuanya sudah, apa yang kurang ya?". Gumam Shania melihat kantong plastik belanjanya.
"Sudah semua. Saatnya balik saya ga sabar untuk masak sea food hari ini". Gumam Shania berjalan menaiki motor maticnya.
Saat ingin menaiki motornya, ia melihat seekor anak kucing persia yang masih kecil, kurus, jelek dan tidak terawat. Menaruhnya di plastik, ia membawanya ikut pulang kerumah.
Tanpa ia sadari seorang laki laki tampan memperhatikan shania dari dalam supermarket.
"Cantik sekali, siapa gadis yang memakai jilbab itu? Jarang sekali melihat gadis apalagi wajahnya sangat cantik begitu pergi berbelanja disini". Gumam laki laki itu yang bernama Sean.
"Kasian sekali kamu meow. Ikut saya yuk. Saya akan rawat kamu jadi kucing yang ganteng". Gumam shania menaruhnya ke sebuah plastik dan membawanya.
☘️☘️☘️
"Lama sekali kamu belanjanya. bukannya cepet balik malah bawa kucing". Ujar Rani marah marah melihat Shania baru balik.
"Maaf, tadi ramai sekali disana. Jadi harus antri agak lama". Jelas Shania sambil menenteng belanjaan.
"Pokoknya saya ga mau tau masakan harus matang tersaji diatas meja makan sebelum papa kamu sampai. Pasti dia capek pulang dari USA". Ucap Rani dengan tangan yang memukul mukul meja.
"Selesai juga. Semoga papa suka. Emm habis ini makan terus tinggal beres beres". Batin shania setelah selesai masak.
"Papa pulang". Terdengar suara berat dari balik pintu hendak masuk menarik koper. Yaitu David papanya Shania.
"Papa, selamat datang. Gimana meetingnya disana?". Sahut Rani berlari menghampiri David.
"Alhamdulillah lancar ma, papa disuruh megang proyek yang ada di sana". kemungkinan papa akan jarang tinggal disni ma. Em apa makanannya sudah matang ma? ". Ucap David dengan perasaan bahagia dan sedih.
Em sudah pa". Rani mengambil koper yang dibawa David untuk menaruhnya di kamar
"Wah shania, Anak kesayangan papa sedang masak. Em harum sekali shania. Kmu masak apa sayang?". Tanya David yang hendak duduk di meja makan.
"Shania masak lobster thermidor, udang saus manis dan sayur brokoli pa". Shania membawa mangkok yang berisi lobster thermidor.
"Oke akan papa coba ya". David memasukan lobster thermidor ke mulutnya.
"Iya pa, semoga suka ya pa". Shania tersenyum menyipitkan kedua matanya.
"Waw. Amazing shania". Ucap David
"Kenapa pa? Ga enak ya pa?". Shania mengangkat kedua alisnya.
"Ini sangat enak sekali shania. Papa rasa kamu ada bakat memasak yang diturunkan mama kamu, Carolline". David memasukkannya lagi ke mulutnya.
"Terimaksih papa. Tapi ini shania masih belajar. Rasanya masih belum perfect". Shania tersenyum menyipitkan kedua matanya.
"Wah kamu masak apa shania harum sekali". Kata kayla yang hendak duduk di meja makan diikuti oleh Karina dan Karin.
"Ini namanya lobster thermidor, udang saus manis dan ini sayur brokoli. Shania menjelaskan sambil menunjuknya dengan telunjuk kanannya.
"Gila, ini enak banget. Cobalah karin". Ucap karina membelakkan matanya lebar lebar. Dan menawarkan kepada karin.
"Iya ya enak sekali kak". Ucap Karin membola matanya juga.
"Alhamdulillah jika kalian suka. Selamat menikmati semuanya". Ucap Shania sambil tersenyum.
Mereka makan bersama dengan senyum dan tawa palsu. David tidak tau sifat Rani dan ke tiga anaknya di belakangnya yang selalu mengintimidasi Shania. Bahkan mereka mengancam Shania agar tidak mengadukannya ke papa.
"Pa, rasanya shania ingin bercerita dengan papa keseharian shania. Papa, Shania mohon papa jangan lama lama pergi nya. Selesaikan proyeknya dengan cepat. Dan segera balik ya pa". Gumam Shania dalam hati menatap wajah papanya yang asyik makan terus menerus.
Shania gadis cantik memakai jilbab memulai membersihkan segalanya hingga akhirnya semua terselesaikan dengan sempurna. Membuat rumah ini menjadi lebih bersih dan nyaman ditempati.
Membersihkan rumah peninggalan dari ibunya carolline. Carolline meninggal karena tertabrak mobil saat ingin menemui temannya.
Papa nya shania begitu terpuruk saat kematian mama nya. Tiba tiba datang seorang wanita membawa tiga anaknya dan mengajaknya berkenalan. Karena iba papanya menikahinya. Tanpa melihat asal usulnya.
Shania sebenarnya tidak menyetujui pernikahan ini. Karena ia tau bahwa perempuan ini hanya memanfaatkan papa nya saja. Karena papanya duda dan bekerja sebagai sekretaris perusahaan.
"Meow. Kamu saya beri nama moii aja ya. Kamu kurus sekali. Kamu mkan yang banyak ya". Gumam shania mengelus anak kucing itu dan memberinya makan basah.
"papa akan ada proyek di USA. Saya takut ibu tiri saya itu menyiksa saya jika saya dirumah seharian. Kalo gitu saya akan mencari kerjaan di luar. Tapi dimana tempat yang akan menerima saya. Sedangkan saya hanya lulusan SMA. Apa saya minta kerjaan sama Diana aja ya.". Gumam shania mengeluh dalam hati.
Di dalam kamarnya, Shania bersiap siap, memakai baju inner manset berwarna putih di masukkan ke dalam rok tutu yang berwarna putih dengan outer kardigan crop berwarna biru muda. Memakai sedikit bedak dan lipstik agar terlihat fresh. Dan menyemprotkan parfum
Shania mengendarai motor menuju ke tempat kerja sahabatnya yaitu Diana. Diana adalah sahabatnya dari SMA. ia bekerja di sebuah perusahaan di bagian penyusunan data.
"Lu di mana? ". Tanya Shania menelpon diana mencari tempat duduk di kursi taman yang berada di depan gedung
"Biasa, lagi nyari duit. Kamu kek ga tau saya aja deh. Kenapa beb". Suara Diana dari telfon.
"saya ada di depan tempat kerja kamu nih. kamu keluar sebentar dong". shania yang sudah duduk di kursi taman di depan gedung tingkat.
"Pas banget nih. Tunggu ya, tapi aku ga bisa lama lama. ini aku juga mau ada perlu keluar. Maaf ya". Suara Diana.
"Ike. Jangan lama lama ya beb. Jamuran saya nanti". Shania bercanda sambil tertawa dan kemudian mengakhiri panggilan.
"Ada apa Shania? Kamu kok ada di sini. Mau ngapain?". Tanya diana yang sudah di depan Shania.
"Saya mau nemuin kamu aja si beb. kamu ada loker ga? Aku lagi butuh nih saat ini diana". Tanya Shania dengan muka nada suara rendah sambil tersenyum
"Astaga, jadi kamu kesini cuma nanya itu shania? Kemapa ga bilang di WA aja tadi". Sahut Diana menaikkan alisnya menatap sahabatnya.
"Iya nih. Habis ga tau lagi mau nyari kerja di mana mana ga dapet". Gumam Shania dengan perasaan sedih
"Kalo cuma nanya itu aja, kamu kan bisa chat saya. Jadi kamu ga perlu jauh jauh datang kemari.". Ucap Diana memegang pundak Shania.
"He he he he, ga kepikiran tadi". Ucap Shania sambil memukul pelan dahinya sambil tersenyum
"Astaga Shania. Lu emang ga pernah berubah ya dari SMA". Diana menggelengkan kepalanya
"Habis saya bingung banget tau Diana". Shania memanyunkan bibirnya.
"Kenapa?". Tanya Diana pensaran melihat raut wajah shania yang memanyunkan bibirnya.
"Papa saya megang proyek di USA. Kemungkinan papa saya akan jarang berada dirumah. saya takut saat papa saya ga dirumah, Ibu tiri dan saudara tiri saya menyiksa saya diana". Ucap Shania dengan raut wajah sedih.
"Ya ampun shania, bahaya itu jika papa kamu bakal jarang pulang. Kamu pasti akan diintimidasi dengan mereka. Di depan papa mu aja mereka berlaku manis kepadamu. Kalo gitu akan saya bantu, Nanti saya coba cari cari lowongan pekerjaan ke rekan rekan kerja saya. Siapa tau saya dapet.
"Terimakasih Diana". Shania reflek memelek Diana sesaat. Kemudian melepaskan pelukannya.
"Oh iya maaf ya saya ga bisa lama lama nemuin kamu nya shania. Ini saya harus pergi sekarang shania. Saya mau membeli makanan untuk rekan rekan kerja saya". Ucap Diana melihat jam tangan yang melingkar ditangannya.
"Ya sudah. Makasih ya. Kabarin saya kalo dapet loker". Shania memegang tangan sahabatnya.
"Belum juga di cariin udah makasih aja. Ya sudah saya duluan ya". Gumam Shania kemudian pergi meninggalkan shania sendirian.
"Saya harus kemana ya. Tuhan mohon petunjukmu. Hamba Mu ini bingung kemana lagi mencari kerjaan saat ini dengan lulusan SMA". Gumam Shania sambil melihat sekelilingnya kemudian berjalan menuju motornya yang terparkir di halaman parkir yang sepi.
Shania mengalami nasib sial saat di tempat parkir, ia di hadang tiga laki laki hidung belang. Seperti ingin melakukan perbuatan jahat ke shania. Mereka laki laki dengan berkepala botak, satunya lagi laki laki berbadan kurus dan satunya lagi laki laki berbadan buncit
"Adek. Kamu mau kemana?". Tanya salah satu dari mereka ber tiga berbadan kurus
"Wah, mangsa baru nih". Ujar laki laki yang berkepala botak memandangi Shania.
"Sepertinya masih di segel nih". Ujar laki laki yang berbadan buncit.
"Jangan mendekat!!! Kalian mau apa?". Bentak Shania yang merasa ketakutan
"Gila, cantik banget mangsa baru kita ini. Ayo ikut kita adek cantik. Kita akan main main". Ucap laki laki berbadan buncit membuat Shania menjadi merinding.
"Tenang cantik. Kami ga akan kasar sama kamu". Ujar laki laki kepala botak ingin menyentuh kepala shania. Tetapi Shania menghindar
"Kamu cantik sekali, aku tidak sabar melihat kamu tidak memakai jilbab inii. Kami janji ga akan main kasar dengan kamu". Ucap berbadan kurus memegang pipi shania nmun ditepis oleh shania.
"K-kalian m-mau apa?". Suara shania terdengar ketakutan. Melangkah mundur kebelakang.
"Kami mau tubuh kamu cantik". Jawab laki laki berbadan kurus.
"Jangan. Kalian jangan ganggu saya". Ucap shania ketakutan dengan mata yang sudah berkaca kaca kemudian mulai berlari. Namun tangannya dengan cepat ditangkap oleh si laki laki ber badan buncit.
"Jangan takut gadis cantik. Kita akan bermain dengan lembut". Ucap yang berkepala botak.
"Sudah sudah cepat bawa gadis cantik ini ke markas". Perintah laki laki berkepala botak.
"Lepas". Shania memberontak dan menggigit tangan laki laki berbadan buncit hingga berdarah.
"Sialan. Kamu gadis kecil". Ucap si badan buncit hingga melepaskan tangannya yang memegang tangan Shania tadi
"Bughh,, pergi kalian". Shania menendang kemaluan si kepala botak.
"Berani juga kamu gadis kecil". Ucap si laki laki badan kurus.
Tiba tiba datang lah sesosok pria tampan berbadan kekar. Kebetulan ia ingin mengambil combat motor wraith miliknya yang seharga 2,2 miliar yang di parkir di parkiran itu dan melihat gadis kecil yang lemah ketakutan saat di lecehkan para hidung belang itu
BUGH BUGH BUGH
Tinjuan mendarat di perut laki laki berbadan buncit. Membuatnya lumpuh tidak bergerak
"Siapa kamu???? Beraninya kamu melawan kami!!!". Ucap si badan kepala botak yang marah emosi melihat kawan nya dibuat lumpuh.
"Kalian pecundang, beraninya mengganggu wanita. Akan aku beri pelajaran kalian". Suara berat laki laki itu. Mengepalkan kedua tangannya yang sudah geram, rasanya ingin menghabiskan mereka dengan cepat.
BUGH BUGH BUGH BUGH..
Pukulan dilayangkan bertubi tubi oleh laki laki kekar itu ke kepala botak hingga membuatnya lumpuh.
BUGH.
Dan terakhir hantaman di daratkan ke perut laki laki berbadan kurus.
"Itulah akibatnya kalau kalian bermain main mengganggu wanita". Ucap laki laki berbadan kekar dengan suara dingin.
"Ampun. Jangan bunuh kami tuan. Kami menyesal". Ucap laki laki berbadan kurus.
"Kalian pergi dan jangan ganggu wanita ini lagi". Ancam sean sambil menginjak tangan si laki laki kepala botak hingga berteriak kesakitan yang memekikkan telinga.
"I-iya baik tuan. Kami pergi. Kami janji ga akan ganggu wanita ini lagi". Ucap berkepala botak yang sudah tergeletak lemah tak berdaya.
"Bagus, pergilah. Dan jangan pernah menunjukkan wajah kalian di hadapanku. Atau akan aku habisi kalian nanti". Ancam pria berbadan kekar itu.
"Te-terimakasih tuan,". Shania yang lemas duduk tergeletak di tempat parkir.
"Kamu baik baik aja? Tenanglah sekarang kamu aman. Saya Sean". Sean memperkenalkan diri dengan Suara dinginnya. Dan mengulurkan tangannya membantu shania berdiri
"Saya Shania. Terimakasih tuan sudah membantu saya tadi". Ucap Shania dengan mata berkaca kaca menatap sean. Dengan air mata yang sudah menetes dari tadi
"Kamu ada perlu apa disini?". Tanya Sean dengan suara beratnya menatap wajah cantik gadis itu.
"Saya tadi menemui teman saya tuan. Saya sedang mencari pekerjaan. kalo kalo dia ada kerjaan untuk saya.". Jawab shania sambil mengusap air mata yang lolosdi pipinya.
"Mencari kerja? Em kebetulan saya sedang mencari sekretaris. Kamu minat shania?". Tanya Sean menatap mata shania yang sudah memerah.
"Sekretaris pribadi?". Tanya Shania memastikan.
"He em". Jawab Sean singkat.
"M-mau tuan tapi, saya hanya lulusan SMA". Ucap Shania dengan suara merendah
"Tidak masalah lulusan SMA, kamu bisa sambil kuliah nanti". Ucap sean menatap wajah Shania.
"Baik tuan saya mau". Shania tersenyum.
Senyum yang bahagia terlukis diwajahnya. Hingga membuat bola matanya menjadi tidak terlihat, menampilkan gigi gingsul di pipi kanan, dengan lesung pipi di wajahnya yang cantik dibalutan jilbab segi empat di model lilit ke belakang.
Deg deg deg
"Bukannya gadis ini yang si supermarket tadi ya. Sepertinya dia ketakutan saat diganggu tadi. Agrr kenapa jantung ini berdetak dengan cepat?". Gumam Sean dalam hati
"Baiklah, kamu akan mulai bekerja hari ini. Ikut saya". Sean melangkah pergi sambil memegang dadanya.
"Baik tuan". Mengikuti langkah Sean.
☘️☘️☘️
"Sayang, kita mau jalan jalan kemana hari ini?". Tanya leon yang sedang fokus mengemudikan mobil rolls royce wraith yang seharga 25 miliar itu.
"Terserah kamu aja". Amora Fokus melihat layar hp nya yang duduk di samping kemudi
"Jawaban yang susah ditebak". Gerutu Leon dalam hati.
"Bagaimana kalau kita ke pantai?". Tanya Leon yang fokus mengemudikan mobil
"Kepantai? nanti kulit aku hitam gimana honey?". Amora masih menatap layar hp nya.
"Bagaimana kalau ke tempat wisata yang baru itu?". Tanya Leon lagi
"Tapi aku ga suka tempat wisata terlalu ramai orang lalu lalang honey". Amora menaruh hp nya di tas kemudian pandangannya melihat ke samping jendelanya.
"Bagaimana jika kita ke mall?". Ucap Amora memberikan ide sambil tersenyum ke arah leon.
"Emm, baiklah. Jika kamu ingin kesana, maka Kita akan jalan jalan ke mall". Sahut Leon
"Oh iya, aku ingin beli ini honey. Sepaket pakaian ballerina untuk kompetisi memenangkan black swan nanti. Tapi harganya mahal banget honey". Amora dengan suara yang kecil mengambil hp nya di dalam tas menunjukkan gambar di hp nya
"Kamu beli saja sayang, biar aku yang bayar". Ucap Leon yang memasukkan mobilnya ke parkir mall.
"Benarkah?". Tanya Amora dengan bahagia.
"Iya. Apapun untuk kamu amora. Meski aku harus mengeluarkan uang miliar miliaran". Ucap Leon menatap Amora.
"My honey. Terimaksih ya sudah mengerti aku". Amora menyenderkan tubuhnya di lengan kiri Leon.
"Iya". Jawab leon singkat.
"Nanti aku janji. Kalo karir aku sudah memenangkan kompetisi ini kemudian mendapatkan peran black swan yang sulit sekali di menangkan, aku akan menerima ajakan nikah dari kamu honey". Ucap Amora sambil tersenyum.
"Aku akan menunggu sampai saat itu tiba". Jawab Leon yang sebenarnya sedikit kecewa.
"Kamu tau kan honey menjadi ballerina adalah impian aku dari dulu. Aku harus mengambil kesempatan untuk pergi ke Switzerland untuk menemui pelatihku kemudian pergi ke New York untuk berlatih ballerina disana dengan fokus. Aku ingin sekali pergi memenangkan mendali emas di kompetisi balet internasional di AS tahun ini. Aku ga boleh gagal kali ini, aku sedih tahun lalu aku ga bisa ikut kompetisi ini. Terimaksih ya my honey sudah memahami ku". Cerita Amora sambil memegang tangan kiri leon dan menyenderkan kepalanya di lengan Leon yang sedang mengemudi.
"Iya aku tau honey, aku akan menunggumu apapun yang terjadi". Jawab singkat Leon sambil tersenyum.
Di depan Mall besar. Shania dan Sean masuk kedalamnya. Berjalan di tempat perkumpulan wanita sosialita. Melihat orang orang yang sedang bertransaksi, ada orang yang sedang membeli perhiasan mewah, sebagian ada yang mencoba gaun dan sebagian yang lain mencoba sepatu keca.
Barang barang mewah terpajang dengan rapih. Baju dan gaun yang indah dengan sendal sepatu kaca yang beragam model dan warnanya. Tentu saja harganya yang tak murah.
"Tuan untuk apa kita kemari?". Tanya Shania mengangkat kedua alisnya kebingungan.
"Kita harus mencari gaun untuk mu". Jawab singkat Sean.
"Untuk apa tuan? bukankah pakaianku ini masih bagus tuan?". Tanya Shania
"Bukan, bukan itu maksud aku". Ucap Sean sedikit tertawa.
"Lalu untuk apa tuan?". Tanya Shania penasaran sambil mengikuti sean
"Untuk acara resepsi teman saya. Kamu akan temani saya ke acara pernikahan teman saya". Jawab Sean yang berenti di toko penjualan gaun.
"Tapi kenapa saya harus ikut tuan. Bukankah itu diluar jam kerja?". Tanya Shania penasaran.
"Emm rasanya menyedihkan pergi seorang diri". Jawab Sean sambil melihat baju yang terpajang.
"Emm ini bagus. Sepertinya ini sangat cocok di badan kamu". Sean mengambil dress berwarna biru muda dengan banyak batu permata di bagian dada.
"Ini adalah dress ekslusif tuan. Hanya satu di negara kita ini. Dress ini terlihat sangat cocok sekali dengan kekasih anda tuan". Ucap Pelayan.
"B-bukan, saya bukan kekasihnya". Sahut Shania menggelengkan kepalanya.
"Ah maaf tuan, saya tidak tau kalo nona ini bukan kekasih anda". Ucap pelayan itu sedikit membungkukkan kepalanya tanda meminta maaf
"Emm, dia hanya malu saja". Ucap Sean dan tak sadar ia tersenyum. Ia berpikir pasti Orang orang melihatnya seperti pasangan kekasih.
"Bungkus yang ini". Perintah Sean ke pelayan.
"Baik tuan". Jawab pelayan.
"Habis ini kita akan kemana tuan?". Tanya Shania
"Em habis ini kita beli perhiasan untuk kado". Jawab Sean sambil menunjuk ke toko perhiasan di sebrang.
Kemudian mereka memasuki toko perhiasan dimana disana ada Leon dan Amora sedang mencari perhiasan juga.
"Hey bro, ngapain disini?". Tanya Leon dan merangkul sahabatnya.
"Lagi nyari sesuatu bro". Jawab Sean mebalas rangkulan dari leon.
"Siapa dia?". Tanya leon melihat perempuan memakai jilbab disamping Sean.
"Gebetan, gue lagi berusaha mendapatkan hatinya bro,". Bisik di telinga Leon.
"Semangat bro. Gue dukung lo". Bisik Leon ditelinga Sean.
"Kalian bisik bisik kek laki laki belok tau". Shania melihat mereka bisik bisik.
"ya ampun Shania kita itu normal. Iya ga bro?". Ucap Sean menaikkan tangan kanannya mengajak tos
"Yo-ii bro". Mengangkat tangan kanannya ke tangan Sean
"Gimana sayang apa ada yang kamu suka?". Tanya Leon menghampiri amora.
"Sepertinya kalung ini sangat indah honey". Ucap Leon saat matanya tertuju ke sebuah kalung.
"Aku ga suka yang itu honey, itu sangat jelek menurutku. Itu bukan seleraku". Jawab Amora yang sibuk melihat perhiasan perhiasan yang terpajang.
"Bro biar aku saja yang mengambil kalung itu. Toh kekasih kamu juga tidak suka bukan. Berikan padaku. Waaw Kalungnya indah sekali". Sean mendengar percakapan Leon dan Amora dan melihat kalungnya merasa tertarik untuk membelinya.
"Shania kamu coba kalung ini?". Sean memakaikan kalung di leher shania yang memakai jilbab.
"Wah, kamu cocok dengan kalung itu Shania. Itu aku belikan untuk kamu". Ujar Sean melihat kalung yang sudah kenakan.
"Ta-tapi saya tidak membutuhkannya tuan". ucap Shania yang memegang permata di kalungnya
"Sudah kamu terima kalung itu. itu sebagai hadiah dariku untuk kamu karena mau menemaniku besok". Ujar Sean menatap shania tak berkedip.
"Em baik, Terimaksih tuan". Jawab Shania sambil tersenyum membuat matanya tak terlihat. Menampilkan gigi gingsul di pipi kanan, dengan lesung pipi di wajahnya yang cantik dibalutan jilbab segi empat di model lilit ke belakang.
Tanpa sengaja Leon melihat ke arah shania yang tersenyum itu. Leon melihat shani tanpa berkedip sedikit pun. Tersadar karena terhipnotis oleh shania leon segera mengalihkan pandangannya.
"Aku tidak menemukan yang aku inginkan honey, bagaimana jika kita pergi dari sini". Amora mengajak Leon.
"Tapi honey sejak tadi kita sudah ke semua tempat disini". Gerutu Leon melihat Amora yang sedang melihat perhiasan.
"Iya. Tapi dari sekian banyak ini tak ada yang memikatku". Jawab Amora menatap Leon.
"Baiklah kita akan mencoba ke toko lainnya". Ucap Leon meraih tangannya Amora
"Bro, gue duluan ya".ucap Leon menepuk bahu Sean
"Oke boy, jangan terlalu lama pacarannya. Cepet kalian nikah sana". Canda Sean kemudian tertawa besar.
"iyaa iya,, nanti juga akan saya nikahi dia". Sahut Leon pergi meninggalkan Sean dan Shania berdua.
"Emm, sepertinya kado ini akan sangat cocok bagaimna menurut kamu Shania? ". Tanya Sean
"Menurut saya lebih cantik ini tuan. Desainnya sangat sederhana tapi terkesan elegan". Menunjuk ke salah satu perhiasan.
"Benarkah? Kalo gitu bungkus yang ini". Perintah Sean. Kemudian mengeluarkan kartu black card nya.
"Semuanya 2 miliar tuan". Ucap pelayan
"Apaa 2 miliar?". Shania kaget membuat Sean tersenyum.
"Kenapa?". Tanya Sean.
"Tuan i-itu bukan jumlah yang sedikit tuan. Kalau gitu kalung ini akan saya taruh kembali". Ucap Shania yang melepas kalungnya tapi kesusahan membukanya.
"Kamu ga akan bisa melepasnya. Karena kalung itu hanya sekali di buka". Ucap Sean dengan suara beratnya melihat shania kesusahan. Melepas kalungnya.
"Jadi, jadi kalung ini ga akan bisa terlepas tuan?". Tanya Shania.
"He em". Jawab singkan Sean
"Terimakasih sudah berbelanja disini". Ucap Pelayan tersenyum ramah.
"Sekarang kita akan ke perusahaan saya.".ucap Sean menatap kalung yang cantik itu.
"Iya baik tuan". Sahut Shania yang sejak tadi terdiam karena ia kaget dengan nominal harga perhiasan ini.
...****************...
"Kamu kenapa murung gini Amora?" .tanya Leon yang sudah mengemudikan mobilnya
"Aku memikirkan wanita yang memakai jilbab tadi Leon. Wanita cantik sekali memakai kalung itu. Aku jadi ingin memakainya". Amora memanyunkan bibirnya.
"Kamu tadi kan bilang ga suka modelnya". Leon mulai kesal
"Iya tadinya aku ga suka honey, tapi pas liat perempuan itu memakainya jadi ingin sekali memiliki kalung itu". Amora menatap ke arah depan .
"Kamu jangan ngambek gitu ah bikin moodku ancur aja. Itu juga salah kamu kan ga mau as aku tawarin". Jawab Leon ketus.
"Kamu kok nyalahin aku sih?". Amora marah
"Ya kan karena kamu yang menolak tadi saat aku kasih". Balas Leon meninggikan suaranya juga
"Kok kamu sudah berubah ya? Dulu saat aku ngambek kamu akan bujuk aku agar aku ga ngambek lagi. Tapi sekarang kamu berubah Leon. Aku ingin kita putus. Jangan hubungi aku lagi. Turunkan aku di depan, aku akan cari taxi". Amora kesal meninggikan suaranya.
"Bu-bukan begitu amora". Leon memberhentikan mobilnya.
"Sudahlah. Kamu sangat menyebalkan Leon". Amora membuka pintu dan pergi mencari taxi.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!