Terpaksa Menikahi CEO Muda
Hari yang ditunggu-tunggu tiba, setelah satu bulan lamanya keputusan ini berhasil merisaukan dua keluarga, akhirnya, hari dimana ikatan pernikahan yang terjalin antara dua keluarga besar yang berpengaruh di kota, Keluarga Ixhander dengan Keluarga Zevandra telah tiba. Dua orang yang kini dikorbankan untuk menikah atas perjodohan paksa demi menunaikan janji yang telah lama diputuskan.
Sebuah janji yang telah terikat lama dan harus dilaksanakan, meskipun hati dan pikiran mereka terasa terikat dan terkurung dalam kebingungan dan kegelisahan. Mereka adalah pion-pion dalam permainan politik dan kekuasaan.
Namun di balik tekanan dan keterpaksaan, ada juga kilauan harapan. Harapan bahwa mungkin, di antara segala ketegangan dan beban yang mereka pikul, mungkin ada ruang bagi sebuah ikatan yang tulus. Ikatan yang tidak hanya mengikat dua keluarga besar, tetapi juga hati-hati yang terkunci dalam perjodohan ini.
"Sayang, hubungi mama jika terjadi sesuatu disana, ya?" ucap sang mama seraya mengusap lembut pipi putrinya, kedua matanya terlihat sendu, tampak rasa tak enak hati yang terlihat jelas dari wajahnya.
"Tapi tenang saja, Keluarga Ixhander itu menjunjung tinggi kehormatan, mereka tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang tidak mengenakkan untuk calon menantunya," jelas sang mama melanjutkan ucapannya.
"Iya, ma.." kini, seorang gadis yang saat ini terduduk lemah diatas sofa hanya bisa tersenyum tipis menerima kenyataan. Berbagai perhiasan serta gaun putih yang ia kenakan, sudah cukup untuk membaca kondisinya saat ini.
Apa hanya perasaan ku saja? Sejak kapan mama jadi perhatian padaku? batin gadis yang menyandang gelar Zevandra, Ashela Luvenna Zevandra, gadis yang sebentar lagi akan menjadi perhatian publik atas pernikahan yang akan segera ia langsungkan dengan putra dari anak pertama keluarga Ixhander.
"Mama tinggal dulu, ya? Mama masih ada urusan untuk menyambut para tamu. Jika tiba saatnya nanti, bibi Leona yang akan menjemputmu untuk pergi ke atas pelaminan."
"Iya, ma. Pergilah, pasti para tamu sudah mulai berdatangan," ucap Ashela pelan.
Ashela adalah gadis pendiam dan penurut, pernikahan ini juga berlangsung sama sekali bukan karena keinginannya. Bahkan untuk bertemu atau melihat calon suaminya saja ia tidak pernah, baginya ini sungguh asing.
"Mama sampai sekhawatir itu padaku, apa mungkin memang akan terjadi sesuatu saat statusku telah berubah nanti?" Ashela tersenyum tipis. Ia tahu pasti, bahwa rumor yang beredar selama ini mengenai calon suaminya memang tidak mengenakkan.
Biar keluarga calon suaminya itu dikenal sebagai keluarga kaya raya dengan hartanya yang melimpah, fakta bahwa keturunan mereka yang kini telah menjabat sebagai CEO muda perusahaan IXH, dikenal sebagai pria yang anti-wanita. Bahkan tak sedikit yang berkata bahwa pria itu adalah seorang gay.
"Yah, mungkin itu juga sesuatu yang baik. Ia tidak mungkin melakukan hal aneh padaku, karena rasa ketertarikan nya hanya pada seorang pria, kan?" Ashela sedikit geli saat membayangkan pria yang akan menjadi suaminya itu adalah seorang gay. Tapi disisi lain, ia juga tak perlu pusing-pusing memikirkan bagaimana ia akan menjadi istri nantinya.
"Ashela!" suara yang tiba-tiba saja terdengar dari arah pintu membuat Ashela menoleh.
"Bibi Leona?"
"Sayang, ayo bersiap, sebentar lagi kau harus keluar untuk pergi ke pelaminan."
Deg..
"I-iya, bibi. Tunggu sebentar, aku akan merapihkan penampilanku," ucap Ashela ragu, ia bolak balik menarik dan membuang napasnya, berharap perasaan tak nyaman dari hatinya segera hilang.
Bibi Ashela, Leona, hanya bisa mengangguk dan tersenyum tipis. Ia menghampiri keponakan nya itu dan membantunya merapikan penampilan.
Rasanya aneh, aku yang hampir selalu tak pernah dipedulikan oleh keluargaku sendiri, kini rasanya berbeda... Apa.. itu karena aku rela mengorbankan diriku demi satu keluarga Zevandra?
Ashela tersenyum pahit, beberapa saat kemudian, barulah ia mulai berjalan keluar kamar riasnya untuk pergi ke pelaminan karena acara pernikahan akan segera berlangsung.
"Bibi, dimana pengantin pria nya?" Ashela mengernyitkan dahinya.
"Dia pasti akan segera datang, kau tunggu saja disini sebentar, ya?" ucap Leona mengarahkan Ashela menuju sofa di pelaminan.
Rasanya canggung, Ashela kini dilihat oleh banyak mata.
Kedua matanya melihat banyak sosok keluarga besar Zevandra yang hari ini juga datang. Wajar saja, mereka pasti menghormati Ashela, karena ia adalah wanita yang mau dinikahkan paksa dengan keluarga Ixhander.
"Mempelai pria memasuki ruangan,"
"Mempelai pria?" Ashela terdiam, apa itu berarti calon suaminya? Ia sungguh tak sabar melihat bagaimana rupa pria bernama Bastian Collin Ixhander itu, ia tampak tak fokus, hatinya tak tenang.
Tap.. Tap.. Tap...
Deg!
Kedatangan Bastian Collin Ixhander di tengah pesta pernikahan itu, disambut dengan bisikan-bisikan tak terucapkan dari para tamu yang memenuhi ruangan. Langkahnya yang mantap dan penuh keanggunan menarik perhatian semua yang hadir. Ashela yang sudah bersedia diatas pelaminan sedari tadi, merasa terpaku melihat sosok pria itu. Tatapan matanya terpaku pada wajah yang belum pernah ia lihat sebelumnya, mempertanyakan nasibnya yang terikat pada takdir perjodohan ini.
"Dia.. Calon suamiku?" Ashela bergumam seolah tak percaya.
"Baiklah, karena pengantin wanita dan pengantin pria sudah berada di atas pelaminan, maka acara pernikahan akan segera dilangsungkan."
Ashela terdiam seribu bahasa, jantungnya berdebar. Setelah kedatangan Bastian yang kini telah berada tepat di samping nya, gadis itu hanya bisa menunduk ke bawah.
"Ashela.. ya?"
Eh..
Ashela melirik sejenak ke arah Bastian, Apa aku tadi salah dengar saja?
Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat. Mulai dari sumpah pernikahan yang diucapkan dengan penuh kesungguhan oleh kedua mempelai, hingga momen haru bagi para tamu undangan saat pertukaran cincin yang melambangkan janji kesetiaan dan cinta abadi. Setiap detik terasa terisi oleh kehangatan dan keheningan yang hanyut dalam nuansa sakral.
Mereka menjadi saksi hidup atas ikatan suci yang terjalin antara dua keluarga berpengaruh ini. Sorak sorai bahagia pun memenuhi udara ketika pengumuman bahwa mereka resmi menjadi suami istri menggetarkan hati setiap orang yang hadir. Walau pada kenyataannya, semua ini hanyalah pion untuk menjaga pertahanan dua keluarga, dan kedua mempelai ibarat tameng yang berdiri kokoh diantaranya.
Di samping itu, tampak seorang wanita berkepala empat yang tak lain adalah Viona, mama Ashela yang sedari tadi tatapan matanya tak luput untuk memandang putrinya. Ada rasa bahagia sekaligus sedih dalam hatinya.
Ia terpaksa untuk menyerahkan putri satu-satunya kepada orang asing, ya, tentu saja keluarga Ixhander adalah orang asing bagi Ashela. Pernikahannya pun terjalin dengan paksaan untuk menunaikan janji yang terikat antara dua keluarga.
"Setelah kematian dua orang yang paling berpengaruh di dua keluarga ini, cucu mereka pun menikah, apa ini memang sudah takdir bahwa dua keluarga ini memang harus disatukan?" oceh salah seorang tamu yang tengah menyaksikan acara pernikahan Ashela dan Bastian.
Pernikahan ini terlangsung atas janji Kakek dari Bastian dan Kakek dari Ashela. Mereka yang dulunya ialah sahabat dekat, bahkan sudah seperti saudara, mengharapkan persatuan antar dua keluarga untuk mempererat tali persaudaraan. Dan wasiat terakhir nya adalah mereka ingin keturunannya bisa saling menikah, lalu dibuatlah surat perjanjian pernikahan antara Keluarga Zevandra dan Ixhander.
"Baiklah, di penghujung acara, agar acara lebih meriah lagi, kita saksikan prosesi pendekatan antara dua pengantin."
Hah.. Apa lagi? Bukankah semua prosedur sudah dilakukan? Ashela mengernyitkan dahinya. Ia melirik ke arah Bastian, tapi pria itu masih dengan wajah datar dan dinginnya menatap ke arah depan, bahkan sedari tadi pun sama, tak ada satu pun ekspresi yang pria itu tunjukkan.
"Yah, wajar sih, bagaimana pun ketertarikan nya kan pada seorang pria, bukan wanita," bisik Ashela menggerutu.
"Kita adakan sesi foto antara dua pengantin, tapi sebelum itu, coba pengantin wanita dan pengantin pria mencari posisi tepat untuk melakukan hal yang lebih dekat lagi,"
"Apa maksudnya 'hal yang lebih dekat'?" gumam Ashela dalam hati, bibirnya sedikit tertutup rapat. Pandangannya berpindah dari si pengatur sesi foto ke arah Bastian, suaminya yang baru saja menjadi bagian dalam hidupnya.
Ashela merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Mereka berdua baru saja menempuh perjalanan untuk sampai pada titik ini, titik di mana mereka dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan.
Keduanya lalu berdiri berdampingan, Jarak di antara mereka menyempit sedikit demi sedikit, hingga akhirnya mereka berdiri cukup dekat untuk merasakan napas satu sama lain. Ashela bisa merasakan hangatnya tubuh Bastian, getaran jantung pria yang kini tengah berhadapan dengannya membuat Ashela memejamkan mata perlahan.
"Ashela, Bastian, mari kita mulai dengan sedikit keakraban," ucap pengatur sesi foto dengan penuh semangat. Mereka berdua memandang ke arah kameramen yang siap memotret momen-momen berharga ini. Dalam diam, di antara jarak fisik yang semakin menyusut, Ashela merasakan keteguhan dalam hatinya bahwa meskipun awalnya perjodohan ini dipaksakan, mungkin, hanya mungkin, di antara mereka berdua ada benang-benang cinta yang akan tumbuh subur seiring berjalannya waktu.
Srett..
"Eh?" gadis itu mengerutkan dahi, entah sejak kapan wanita itu sudah berada dalam lengan suaminya.
"Aku malas membuang waktu," terdengar sedikit ucapan dari Bastian, suara serak dan terkesan dingin itu berhasil membuat Ashela menelan ludahnya kasar.
"Ma-maksudmu?"
Cekrik!!
Ashela terdiam. Ia berusaha mencerna apa yang barusan terjadi. Suara dari kamera yang berbunyi, serta adegan yang barusan ia pura pura lakukan.
"A.. Apa maksudnya semua ini.."
Ya, sesaat yang lalu, Bastian, suaminya itu menarik Ashela ke dalam pelukannya, tangannya terangkat dan mendekat pada bibir Ashela. Ia berposisi seakan-akan mereka melakukan sebuah ciuman, tapi nyatanya ada sedikit jarak yang membuat mereka tak bersentuhan sedikit pun.
Kembali, sorakan terdengar di bawah pelaminan, semua orang merayakan dengan kebahagiaan atas ikatan pernikahan ini. Para wartawan yang ikut menghadiri pun, sampai-sampai dibuat seakan semua yang terekam dalam kameranya hanyalah ilusi belaka.
Jantung Ashela berdegup kencang, ia tidak salah lihat kan? Bastian hampir saja menciumnya. Ashela, apa yang kau pikirkan? Semua yang terjadi disini hanyalah demi formalitas.
Dengan keteguhan hatinya, Ashela terdiam dalam sunyi. Berharap pada manusia hanya akan menyesatkan dirinya di kemudian hari. Ia tidak seharusnya berharap lebih atas pernikahan mudanya, disini, di tempat ini, diatas pelaminan, ia hanyalah figur yang dipasang untuk menjadi pion penting dua keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
👁Zigur👁
hah gay?? blom tentu kali ah. siapa tahu dia introvert. alias pemalu
2024-07-19
1
👁Zigur👁
hmm di awal dah enak bacanya. lanjut sambil ngopi
2024-07-19
1
Geran
sinopsis nya menarik, bikin gagal fokus sama nama perusahaan nya susahh banget di baca wkwkw semangat ya, btw aku nabung ya bacanya biar nnti ngk bom like
2024-07-04
1