"Kalian sungguh tidak ingin menginap dulu disini?" tanya Viona yang sedari tadi tak pernah melepas senyuman dari wajahnya begitu melihat sepasang kekasih yang baru saja menikah ini.
Kini tampak Bastian dan Ashela yang sudah berdiri sejajar di dekat pintu keluar. Suasana gedung pernikahan sudah sepi karena acaranya selesai sejak 30 menit lalu. Ya, mereka memang menyewa gedung untuk pernikahannya, dan seharusnya, saat ini seluruh keluarga termasuk kedua pengantin menginap di kamar VVIP yang telah disediakan.
"Iya, toh kalian ini pengantin baru," ucap Ayah Ashela menambahkan.
Sementara itu, terlihat wanita yang memandang mereka dengan tatapan yang tak bisa diartikan, yang sudah dipastikan ibu dari Bastian. Wanita itu tak mengatakan apa-apa sejak tadi, tapi air mata yang menetes di pipinya sudah cukup menjelaskan isi hatinya saat itu.
Ashela menoleh ke arah Bastian, walau ditanya, pria itu masih menunjukkan ekspresi datar sehingga membuat Ashela pun bingung sendiri dibuatnya.
"Gimana? Kalian gak mau nginep dulu di hotel? Pasti cape banget kan kalau harus keluar kota dulu?" tawar Viona tersenyum. Ia tahu bahwa tempat tinggal Ashela ke depannya adalah diluar kota, tempat dimana Mansion Bastian berada. Tapi, untuk keluar kota pasti membutuhkan waktu lumayan lama.
"Tidak apa, ma. Daripada menunggu besok, lebih cepat lebih baik." Ashela tersenyum, melihat wajah Bastian yang kurang mood saat ditawarkan untuk satu kamar dengannya, tampaknya lebih baik jika mereka menghabiskan malam ke Mansion Bastian.
"Ya sudah kalau begitu," Viona mengangguk. Ia lalu mendekatkan diri pada putrinya, tangannya terangkat mengusap wajah putrinya itu.
"Baik-baik ya sayang," ucap Viona yang lalu disahut dengan anggukan kepala oleh Ashela.
"Tuan, kita bisa berangkat sekarang?" tanya seorang pria yang tak lain adalah orang yang memegang banyak kendali sebagai kepercayaan Bastian. Mulai dari supir, sekertaris di kantor, dan asisten di Mansion.
"Ya." Bastian mengangguk, ia dan Ashela pun akhirnya berlalu pergi menaiki mobil setelah berpamitan.
"Masuklah." Bastian membuka pintu yang tepat berada di hadapannya dan Ashela. Ashela terdiam sejenak, ia mengangguk dan memasuki mobil berwarna hitam pekat itu.
BRUMMM!!!
Mobil melaju dengan cepat, dari balik kaca, Ashela melambaikan tangannya pada sang mama untuk pertemuan terakhirnya itu.
Kira-kira perjalanan berapa lama, ya? Ashela membatin, kedua matanya begitu berat, ia sangat mengantuk karena berbagai susunan acara yang membuat energinya terkuras habis.
Diam-diam, Ashela melirik suaminya, Bastian. Jujur saja, wajah Bastian itu sangat tampan dan memikat, bahkan Ashela pun sampai terpana saat pertama kali melihatnya. Wajahnya bagai pahatan, tidak, bahkan seperti lukisan nyata. Begitu indah..
Jika Ashela mempunyai rasa pada Bastian, dan hubungan mereka tidak se canggung itu, pasti wanita itu akan terus memperhatikan wajah tampan nan rupawan suaminya itu.
Ashela tersenyum tipis, setelah dilihat, Bastian tak seburuk yang ia kira. Walau wanita itu tahu, Bastian bisa saja berpura-pura bersikap baik.
Mata Ashela beralih memperhatikan jalanan, langit malam yang begitu gelap, dengan penerangan lampu di jalan mengalihkan fokusnya. Tanpa sadar, wanita itu memejamkan matanya perlahan.
***
Mansion IXH
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, mobil itu akhirnya memperlambat laju dan berhenti di depan sebuah rumah besar dengan lampu-lampu kecil yang menyala di halaman depan.
"Silakan, Tuan.." seorang pengawal berseragam lengkap membungkuk menyambut kedatangan Bastian.
Bastian menoleh ke belakang, ia melihat pintu mobil yang berada di bagian Ashela tak kunjung terbuka.
"Tuan, sepertinya Nyonya Ashela tak kunjung bangun dari tidurnya, haruskah saya perintahkan seorang pengawal untuk membawanya?" tanya sekertaris Bastian, Leo.
Bastian membuka matanya lebar, ia lalu memijit pelipisnya sendiri. "Merepotkan sekali." gumam nya. "Tidak usah, bangunkan saja dia" Bastian berucap sebagai jawaban.
"Apa?" Leo membelalakkan matanya, "Tapi Tuan, Nyonya sepertinya sangat kelelahan karena acara pernikahan tadi, jika beliau dibangunkan..." Leo tak enak hati melihat Ashela yang kini telah mengambil status sebagai nyonya nya itu tengah tertidur lelap di mobil. Tapi disisi lain ia tak bisa menyanggah ucapan tuannya.
"Tuan duluan saja, saya akan memanggil pengawal, ah, tidak, saya akan membawa nyonya ke kamarnya." Leo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung harus menjawab apa sekarang.
Mendengar pernyataan Leo barusan, sorot tajam dari mata Bastian kini membuat Leo bergidik, "A.. anu.."
Bastian menghela nafas kasar. Ia melangkahkan kakinya berjalan menuju ke arah mobil dan membuka pintu tepat dimana Ashela berada.
SRET..
"Eh.."
"Tu-tuan?" Leo tergagap, ia terkejut melihat Bastian yang tiba-tiba datang di hadapannya dengan kondisinya yang tengah menggendong istrinya dengan bridal style.
Bastian melangkah ringan menuju pintu depan rumah mereka, menuntun langkah dengan hati-hati agar tidak membangunkan sang Ashela.
"A-apa perlu saya bantu, Tuan?" tanya Leo gagap. Ia berjalan cepat mensejajarkan langkahnya dengan Bastian.
"Tidak usah, bawa saja aku ke kamar yang sudah di siapkan untuk nya. Oh, bawa juga satu pelayan yang akan melayani wanita ini nanti." jelas Bastian yang lagi-lagi membuat Leo terkejut bukan main.
Seorang CEO IXH, Bastian Collin Ixhander yang terkenal anti wanita itu menggendong istrinya dengan bridal style? Ah, sungguh tidak bisa dibayangkan.
Tak ingin pikir panjang, sesuai perintah Bastian, Leo segera mencari dan hendak membawa satu pelayan yang dikiranya cocok untuk melayani Nyonya barunya ini.
Sementara Bastian, pria itu masih sibuk membawa istrinya ke kamar yang sudah disediakan. Ya, kamar mereka memang dipisah, itu pun atas permintaan Bastian.
Wajar saja, mereka menikah tanpa cinta. Dengan Bastian yang mau bersentuhan kulit dengan Ashela pun merupakan pencapaian besar, jadi pisah kamar bukanlah masalah besar bagi mereka.
"Ringan sekali.." Bastian bergumam, ia memerhatikan Ashela sekilas, tubuhnya ringan, badannya ramping, wajahnya pun tirus, "Apa wanita ini tidak terurus di rumah nya?" pikir Bastian.
Bastian meletakkan Ashela perlahan saat sudah tiba di ranjang wanita itu. "Tuan, apa anda perlu sesuatu?" tanya Leo dan Bastian pun bergeleng.
"Beritahu saja pelayan yang kau pilih itu untuk melayaninya saat wanita ini bangun." ucap Bastian.
"Lalu.. Bagaimana dengan suratnya?" Leo bertanya ragu.
Bastian terdiam sejenak, ia lalu menoleh menatap sekertaris pribadi nya itu. "Besok saja, aku juga ingin istirahat dulu hari ini." jelas Bastian yang lalu di anggukkan kepala oleh Leo.
Bastian berbalik, ia melirik sekilas wajah Ashela yang masih tertidur pulas sesuai dugaannya. Bastian menghela nafas kasar, dan melangkah keluar dari kamar Ashela.
"Anna, ke depannya, kaulah yang harus melayani Nyonya sebagai istri Tuan Bastian. Kau pasti sudah tahu kan apa yang harus kau lakukan?" Leo menatap tajam ke arah Anna, pelayan yang dibawanya setelah kepergian Bastian dari kamar yang kini ditempati Ashela. Anna menunduk, wanita yang terlihat masih berusia muda itu lalu mengangguk kecil.
Leo menghela nafas panjang, ia berdoa agar pilihannya tak salah. Anna adalah pelayan muda yang dipekerjakan disini setelah dibuang oleh nyonya sebelumnya. Leo memilihnya karena ia sudah terbiasa melayani seorang nyonya, selain itu, satu-satunya harapan Anna adalah bekerja di Mansion ini, jadi Anna tidak bisa melanggar aturan dan seenaknya saja demi keberlangsungan hidupnya.
"Jangan bersikap main-main, anggaplah beliau sama dengan Tuan. Hormati dia seperti kau menghormati Tuan Bastian." tegas Leo menekankan ucapannya.
Anna menelan salivanya susah payah, kepalanya masih tertunduk. Ia tak punya keberanian untuk menatap Leo. Yah mungkin karena sifat dan sikap pria itu sebelas dua belas dengan tuannya. Dingin dan mungkin sedikit kejam? Anna bahkan sampai gemetar dibuatnya.
Leo berlalu pergi meninggalkan kamar Ashela, sementara Anna, gadis itu memilih untuk berada diluar kamar menunggu Nyonya nya bangun.
"Sepertinya Nyonya begitu kelelahan." gumam Anna. "Tapi melihat Tuan Bastian menggendongnya tadi, hatiku jadi merasa tenang. Entah kenapa, saat melihat mereka datang, aku merasa tatapan Tuan Bastian yang tak pernah sekalipun berubah, kini berubah. Tak biasanya juga ia berdekatan dengan seorang wanita, menyentuh, atau bahkan menggendongnya seperti tadi. Syukurlah beliau masih normal." Anna tersenyum tipis dan menghela nafas berat.
"Oke, Anna. Mulai sekarang hidupmu ada di tangan Nyonya, kau harus bekerja lebih baik dari sebelumnya." Anna mengepal tangannya kuat dan menyemangati dirinya.
"Bagaimana pun caranya, aku harus melakukan yang terbaik sehingga mendapat kepercayaan Nyonya!" lanjutnya dengan senyum yang masih terukir jelas di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
👁Zigur👁
aku like n subskreo
2024-07-19
1
Geran
bisa-bisanya aku senyum pas suaminya ngegendong ala bridal style wuhhhhh swit banget /Silent/
2024-07-05
1
Aerik_chan
1 bunga dan 1 iklan buatmu kak...semangat!!/Rose//Plusone/
2024-07-04
1