Episode 3. Surat Perjanjian Kontrak

Matahari yang baru naik muncul di balik cakrawala, memancarkan sinarnya yang hangat menembus jendela kamar. Cahayanya mengalir masuk ke dalam ruangan, memenuhi setiap sudut dengan kehangatan dan kehidupan baru.

Di atas permadani lembut, Ashela terbangun dari tidurnya dengan gerakan yang lambat. Matanya terbuka perlahan, disambut oleh panorama luar biasa dari sinar pagi yang mengelilingi kamarnya. Udara terasa segar dan sejuk, memberikan nuansa kesegaran yang menyegarkan setelah malam yang tenang.

"Ugh.." Ashela memijit pelipisnya, terasa rasa sakit di bagian kepala yang membuat dirinya sulit untuk bangun, matanya berkedip dengan perlahan.

"Argh.. Kepalaku.." Ashela memejamkan matanya, "Sakit.." tak hanya di bagian kepala, seluruh tubuhnya merasakan nyeri yang tidak biasa. Rasanya ia tidak bisa bergerak sedikit pun, benda tak berwujud yang begitu berat seakan menimpa tubuhnya.

"Keburukan macam apa lagi ini?" Ashela menggerutu. Ia mencoba membuka matanya yang terasa berat dengan perlahan, merenggangkan kedua tangannya dan sedikit memutar kepala. Pandangannya kini mengarah pada sekeliling, furnitur dan panorama yang begitu asing baginya. Dimana ia sekarang?

"Eh?" ia terdiam dalam kesunyian. Menatap ke segala arah, dan berakhir pada benda yang menempel pada tubuhnya, "Sejak kapan aku memakai piyama? Lalu.. tempat apa ini?" serunya, bingung.

Ia berusaha memutar otak, mengingat kejadian yang telah lalu, sehingga dirinya bisa mendapati kondisi saat ini, kondisi yang sangat membingungkan baginya, serta segala aspek yang membuat dirinya hanya bisa terdiam tak berkutik.

Ashela, sadarlah, sekarang kau sudah menjadi istri orang. Sepertinya ini tempat dimana Bastian tinggal, bukan?

Setelah beberapa lama, Ashela akhirnya mulai tersadar, kala suatu bisikan menghampiri ingatannya. Dengan keyakinan yang teguh, ia menghela napas panjang, semua ini bukanlah mimpi semata, tapi kenyataan yang sulit ia terima.

Tapi, seingatku, aku masih tertidur di mobil. Apa aku jalan dan memakai piyama diluar kesadaran?

Ashela membatin, rasanya ada yang mengganjal di hatinya, apa ia sempat lupa ingatan? Atau memang ada sesuatu yang terjadi tadi malam?

Tok.. Tok.. Tok..

Ketukan pintu yang terdengar dari arah luar, berhasil menghancurkan lamunan nya. Ashela menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, buru-buru ia merapikan rambut takut ada seseorang yang datang menghampiri.

"Nyonya, bolehkah saya masuk?" benar saja dugaannya, kini seseorang memanggilnya dari luar. Suara wanita, yang terkesan sedikit lembut namun tegas.

"Manusia mana yang datang pagi-pagi seperti ini?" Ashela berpikir dalam hening. "Masuk saja," sahutnya pelan. Dengan telaten, Ashela merapikan tempat tidurnya, bersiap dalam posisi sigap untuk melihat siapa yang datang.

"Selamat pagi, Nyonya.." sosok gadis yang kini datang menghampiri Ashela dengan ekspresi cerianya membuat wanita itu mengernyitkan dahi.

"Kamu... siapa?" Ashela bertanya di tengah kebingungan yang melanda dirinya, entahlah, rasanya ia juga tidak melihat hawa buruk dari sekeliling gadis muda di hadapannya ini.

"Saya Anna, Nyonya. Ke depannya, saya yang akan melayani Nyonya di Mansion ini," ucap Anna sedikit membungkukkan badannya.

"Maaf, seharusnya saya memperkenalkan diri sedari kemarin, namun nyonya sepertinya begitu kelelahan jadi saya tidak enak untuk membangunkan anda," Anna tersenyum kikuk, berpandangan dengan Ashela membuat dirinya sedikit ragu untuk mengangkat suara.

"Ah, begitu ya?" Ashela tersenyum canggung. Jika kemarin Anna melihatnya, pasti Ashela juga melihat sosok di hadapannya ini bukan? Kenapa rasanya ada ingatan yang terlupakan dari otaknya ini?

"Tolong kerja sama untuk ke depannya ya, Anna." ucap Ashela menjawab, ia akan bersikap ramah kepada orang yang ramah padanya, begitupun sebaliknya.

Di tengah keheningan, Ashela justru malah mengingat sesuatu. Kenapa di kamarnya hanya ada dia seorang? Dimana Bastian? Kalau boleh terus terang, Bastian sudah menyandang status sebagai suami sah nya sejak kemarin, seharusnya, pria itu juga ada disini sekarang.

Sepertinya aku yang terlalu berlebihan. Aku pikir, setelah menikah kita akan tinggal berdua saja. Untunglah..

Ashela menghela nafas panjang. Ia tidak mau berpikir panjang, wajar saja kalau Bastian menolak untuk satu kamar dengannya. Apa yang harus diharapkan dari perjodohan terpaksa ini?

"Nyonya, apa anda butuh sesuatu? Ah, bagaimana dengan pemandiannya? Nyonya ingin saya siapkan air hangat? Saya sudah menyiapkan banyak esensi untuk anda sejak lama," tanya Anna antusias.

"Terima kasih," Ashela tersenyum tipis, mengangguk kecil sebagai jawaban. "Tolong siapkan aku air hangat untuk mandi nanti, Anna. Dan satu lagi, untuk pewanginya, tolong jangan campurkan dengan aroma buah ataupun yang harumnya manis. Tolong siapkan saja aroma dedaunan atau semacamnya," jelas Ashela pada pelayan barunya itu.

"Rasa-rasanya tubuhku sakit, akan lebih baik mencium aroma dedaunan untuk menambah kebugaran," gumam Ashela.

"Baik, Nyonya. Silakan tunggu sebentar, saya akan kembali beberapa saat lagi," ucap Anna yang lalu disahut anggukan kepala oleh Ashela.

Ashela melangkah dengan langkah ringan menuju kaca rias di sudut kamar. Cahaya pagi menyoroti wajahnya dengan lembut saat ia berhenti di depan cermin. Dia memandang dirinya dengan tatapan penuh refleksi, netra matanya menangkap setiap detail yang tercermin di permukaan kaca. Wanita itu memerhatikan wajahnya dan mengusapnya pelan.

"Huft, wajahku kusut sekali." ucap Ashela, terlihat jelas seberapa lelahnya dirinya. Ia menyisir rambut hitamnya yang tergerai begitu saja, masih dengan ekspresi tidak senang karena wajahnya benar-benar kusut.

"Nyonya.." Anna tiba-tiba saja datang dari belakang dan memanggil Ashela. Wanita itu tersadar, berbalik dan mengikuti langkah Anna yang membawanya ke kamar mandi.

Setelah mandi dan sarapan, Ashela lalu mulai merapikan barang bawaannya yang menumpuk di koper biru tosca kesayangannya. Awalnya, Anna sudah menawarkan diri untuk membantu, tapi Ashela berpikir bahwa lebih baik untuk nya yang merapikan barang bawaannya sendiri.

"Nyonya," Anna memanggil Ashela pelan, membuat fokus nya buyar dan menoleh ke belakang.

"Ya? Apa ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?" tanya Ashela.

"Nyonya, Tuan Bastian berkata ingin berbincang dengan anda setelah anda sudah selesai merapikan barang bawaan." jelas Anna ragu.

"Hmm?" Ashela berdeham untuk beberapa saat. "Baiklah, sampaikan saja padanya aku akan segera kesana setelah— oh, tidak, sekarang saja." Ashela melipat sehelai kain berukuran sedang yang ada di tangannya. Ia menutup kopernya dan beranjak bangun.

"Ayo, dia ingin bertemu denganku sekarang, kan? Antar aku kesana, Anna," Ashela tersenyum tipis, membenarkan pakaiannya dan menguncir rambutnya yang tergerai. Walau ada perasaan tak nyaman di hatinya, tapi mau tak mau ia harus menurut.

"Anda serius? Tuan bilang, selesaikan saja dulu urusan anda, baru—"

"Tidak perlu, merapikan barang-barang ku hanyalah tugas mudah, lagipula, tinggal sedikit lagi yang perlu aku masukkan ke dalam lemari," jawab Ashela meyakinkan Anna.

"Ya sudah, ayo nyonya, ikuti saya!" Anna tidak menyanggah walau ekspresi wajahnya menunjukkan keraguan, dan langsung mengajak Ashela menemui Bastian.

Keduanya berjalan selaras keluar kamar menuju ruang pribadi Bastian, di tengah perjalanan, Anna menceritakan beberapa hal mengenai struktur dan bagian-bagian di sekitar Mansion. Ia juga memberi tahu Ashela bahwa tidak sedikit yang bekerja di dalam Mansion ini, dan mereka semua berada disini tak terkecuali karena telah lulus kualifikasi dan menjadi kepercayaan Bastian.

"Ini ruangannya, nyonya," Anna menghentikan langkahnya begitu pandangannya beradu dengan sosok pria di hadapan mereka, pintu yang menjulang tinggi bernuansa modern, kini terlihat jelas persis di depannya.

Ruangan bertema modern dengan nilai estetika yang klasik dan elegan, dikelilingi oleh dominasi warna hitam dan putih yang menciptakan kontras yang tajam namun harmonis. Dinding-dindingnya dilapisi dengan panel kayu hitam yang halus, memberikan sentuhan kemewahan.

Kini berdiri tegap sosok pria yang tidak asing, tepat di dekat jendela yang sedikit terbuka. Ekspresi wajahnya tampak serius dan tegang, cahaya matahari yang mengintip masuk ke dalam celah-celah jendela, tak mampu mengusir bayang-bayang keraguan dalam dirinya.

Di sebelahnya, terdapat kursi kerja ergonomis yang dilapisi kulit hitam berhadapan dengan meja, menawarkan kenyamanan optimal untuk Bastian saat ia bekerja. Di sekitar meja, terdapat rak-rak terbuka dengan koleksi buku-buku klasik dan patung-patung kecil yang memberikan nuansa intelektual.

"Tuan, Nyonya sudah menunggu di depan." ucap Leo pada Bastian yang kini tengah merapikan dasinya, sama seperti hal yang dialami Bastian, keraguan Leo justru lebih tiada tara dibanding tuannya itu.

Sekilas matanya melirik ke arah pintu yang masih tertutup, dan jika pintu itu dibuka, maka akan langsung terlihat sosok wanita yang kini telah resmi menjadi penghuni Mansion dan bersanding dengan Bastian.

"Suruh dia masuk." Bastian menoleh, menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Baik," Leo mengangguk pelan sebagai jawaban, segera ia berbalik badan dan menyambut kedatangan Ashela untuk pertama kalinya di ruangan Bastian.

Tak perlu menunggu waktu yang lama, ketika suara pintu terbuka, Bastian mengalihkan pandangan. Kedatangan Ashela yang dilandasi sebagai suatu hal penting yang dibutuhkannya, sama sekali tidak mengambil ketertarikannya. Memang, keduanya menikah juga karena urusan politik, tanpa ada cinta yang mengikat hubungan. Jadi, Bastian akan bersikap selayaknya kepada orang lain biarpun Ashela sudah menyandang gelar istrinya.

"Berapa lama kamu ingin berdiri disana? Duduklah." ucapnya, menatap tajam Ashela yang kini terdiam tanpa suara.

Ashela tersenyum kikuk lalu mengangguk, menghela napas sesaat dan berjalan mendekat untuk duduk berhadapan dengan Bastian, walau diantara mereka, ada sebuah meja yang menjadi penghalang.

"Leo.." Bastian melirik ke arah asisten pribadi nya seakan memberi isyarat, pria yang berusia tak jauh dari tuannya itupun mengangguk paham.

"Baik,"

Leo, dengan sigap menyiapkan tumpukan kertas dan pena di atas meja Ashela, mengaduk perasaannya seperti layangan yang bergerak di angin. Ashela menatap dengan heran saat selembar kertas melayang di hadapannya.

"Apa ini?" tanyanya, mengernyitkan dahinya dengan kebingungan yang jelas terpancar dari wajahnya.

Bastian menjelaskan tanpa berbelit-belit, "Baca saja. Jika ada yang tidak sesuai dengan pendapatmu, katakan."

Ashela meraih kertas itu, matanya mengikuti setiap kata di atasnya dengan hati yang berdebar-debar. Judulnya menangkap perhatiannya dengan tajam, memunculkan gelombang pertanyaan di dalam benaknya. "Perjanjian... apa ini?" ucapnya pelan, suaranya terengah-engah saat mencerna isi yang tercantum di halaman pertama.

Mata Ashela membesar ketika dia menyadari isinya seolah mengingatkan pada sebuah perjanjian pra nikah. Dia menelan ludahnya, berusaha memahami inti dari apa yang baru saja ditemukannya di depannya. Namun, kebingungan dan ketakutan mulai merasuki pikirannya.

"Kenapa ini?" desisnya, suaranya bergetar sedikit. Dia menatap Bastian, berharap mendapat jawaban atas pertanyaan yang menyerang hatinya.

"Ini perjanjian pra nikah? Tapi.. untuk apa?" setelah menahan dalam waktu yang cukup lama, Ashela akhirnya mengeluarkan semua pertanyaan yang menempel di otaknya.

"Aku tidak peduli kau ingin menyebut nya sebagai perjanjian pra nikah atau surat kontrak. Tapi tolong dibaca poin-poin yang tertera disana." jelas Bastian dengan wajah datarnya. Kedua tangannya menyilang di depan dada.

"Tenang saja, semua yang ditulis di lembar itu sama sekali tidak mengarah pada hal negatif untuk anda, nyonya," ucap Leo melanjutkan balasan Bastian.

Nama: Bastian Collin Ixhander

Nama: Ashela Luvenna Zevandra

Dengan ini menyatakan bahwa:

Bastian Collin Ixhander, yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA (A), dengan Ashela Luvenna Zevandra, yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA (B).

Kedua belah pihak, dengan maksud yang baik, sepakat untuk menyetujui hal-hal dibawah ini:

Poin 1. Pihak pertama dan pihak kedua dengan ini sepakat untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing selama terjalinnya hubungan antara suami istri.

Poin 2. Pihak pertama dan pihak kedua harus bersandiwara sebagai pasangan sungguhan, terutama di hadapan dua keluarga (Ixhander dan Zevandra).

Poin 3. Pihak pertama maupun kedua tidak berhak untuk saling berhubungan sungguhan tanpa persetujuan.

Poin 4. Pihak pertama dan kedua harus saling menghormati dan menghargai atas keputusan dan hak yang mereka miliki.

Poin 5. Fasilitas yang tersedia di Mansion adalah milik bersama (pihak pertama dan kedua), namun tidak boleh mencampuri fasilitas pribadi masing-masing.

- Perjanjian ini berlaku sampai tujuan tercapai.

Dengan ini, tertanda:

Bastian Collin Ixhander

Ashela Luvenna Zevandra

"Sudah kubuat sesederhana mungkin agar mudah untuk kau pahami." Bastian menatap lekat wajah wanita yang kini telah resmi menyandang status istrinya itu.

Ashela mengangguk perlahan, masih mencerna kata-kata dalam perjanjian itu. Dia merasa sedikit terjebak dalam situasi ini, tetapi pada saat yang sama, ada bagian dari dirinya yang menginginkan kejelasan dan batasan yang ditetapkan. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri di tengah rasa campur aduk yang melanda hatinya.

Dengan tinta hitam yang tajam, nama-nama mereka terpatri dengan jelas di bagian bawah perjanjian itu, menandakan kesediaan dan komitmen mereka terhadap poin-poin yang harus disepakati keduanya.

"Tenang saja, saya akan menjaga poin-poin ini dengan baik," ucap Ashela yang lalu ikut bertanda tangan di bagian bawah, walaupun berat, tapi mau tidak mau ia harus merelakannya demi keberlangsungan hidup dirinya di masa mendatang.

"Ada lagi?" tanya Bastian yang lalu membuat Ashela mendongak dan menatap ke arah suaminya.

"Maksud nya?" Ashela tampak tidak mengerti, harusnya ia yang menanyakan hal yang barusan Bastian utarakan, bukan? Tapi kenapa malah Bastian yang balik bertanya?

"Jika ada hal yang ingin kau tambahkan, tulis saja di lembar itu." Bastian melirik ke arah Leo, Leo dengan tanggapnya menyediakan pulpen yang lebih jelas untuk digunakan Ashela.

Apa lagi yang harus ditambahkan? Toh, aku juga tidak menyangka pria ini sampai membuat perjanjian seperti ini.

Ashela menghela nafas panjang. Lagi-lagi, Bastian membuat dirinya bingung. Biasanya, yang tidak bisa ditebak itu wanita, tapi sekarang ia malah mendapati fakta bahwa suaminya memiliki kemampuan yang jauh dari perkiraannya.

Ohh... Suatu ingatan yang terlintas beberapa saat dalam benak Ashela, memberikan secuil ide yang membuatnya mengulas senyum di wajah manisnya itu.

Ashela menulis beberapa kata diatas kertas perjanjian, membacanya ulang untuk memastikan, dan dengan segera menyerahkannya pada Bastian.

"Pihak pertama maupun pihak kedua harus berjanji untuk tidak membawa pasangan ke dalam Mansion?" Bastian mengernyitkan dahinya setelah membaca poin yang Ashela tuliskan.

"Kamu punya seorang kekasih?" Bastian mendongak heran, entah kenapa setelah Ashela memerhatikan wajahnya, tampak wajah Bastian yang seakan menatapnya tidak suka.

"Tidak." tegas Ashela.

Justru aku buat poin ini untukmu, tahu! Setelah mendengar gosip yang beredar, bisa saja kau benar-benar punya kekasih pria, aku tidak mau mata suci ku ini ternodai, apalagi hubungan antara dua pria.. batin Ashela kesal.

"Lalu, untuk apa kau menulis ini?" tanya Bastian.

"Untuk anda." tegas Ashela penuh penekanan.

Bastian mengarahkan jari telunjuk nya pada dirinya sendiri. "Untukku?"

Ashela mengangguk, "Saya kurang bisa melihat adegan tak senonoh langsung di depan mata, jadi.. Kalau anda memang ingin berkencan dengan kekasih anda, tolong jangan di dalam Mansion, karena bagaimana pun sekarang saya juga sudah menetap di dalam sini," jelas Ashela ragu.

"Pfuttt.."

"Seorang pria yang anti romantis seperti Tuan Bastian, punya kekasih?" Leo tak bisa menahan tawanya begitu mendengar penjelasan Ashela. Sementara Ashela memasang wajah bingung begitu melihat reaksi Leo. Apa yang dikatakannya tidak salah tuh, mengapa Leo menganggap nya sebagai candaan?

Ashela mengernyitkan dahi, "Bukannya.."

"Jangan bilang, Nyonya berpikir bahwa Tuan mempunyai kekasih, dan..." Leo memotong kalimatnya, melihat Bastian sekilas lalu berbisik, "Jangan-jangan Nyonya berpikir juga bahwa Tuan adalah seorang gay?"

Leo tersenyum tipis setelah mengucapkan beberapa kata pada Ashela, lalu dengan pertanyaan Leo barusan, Ashela menyetujui nya dengan anggukan.

"Puftt.. Buahhahaha..." Leo akhirnya mengeluarkan gelak tawanya yang sudah ia tahan sedari tadi, apalagi dengan jawaban Ashela barusan, benar-benar membuat perutnya seperti di kelilingi kupu-kupu.

"Sepertinya aku harus mencari sekertaris dan asisten baru," dengan suara dingin dan tatapan menikam, Bastian mengancam Leo yang bersikap kurang ajar padanya. Ah,.. Jika saja Bastian tahu apa yang dipikirkan kedua manusia di hadapannya ini, apa dia tidak ikut tertawa? Begitu pikir Leo.

"Tu.. Tuan.. Saya tidak bermaksud... " Leo menutup mulutnya rapat dengan kedua tangannya. "Tapi, pernyataan Nyonya Ashela benar-benar membuat saya tak tahan untuk tertawa,"

Bastian memijit pelipisnya sendiri, ia melirik pelan ke arah Ashela, tampaknya wanita itu juga terlihat sedikit bingung dengan ekspresi dua pria di dekatnya ini.

"Darimana kau tahu aku mempunyai seorang kekasih, hmm?" tanya Bastian menginginkan penjelasan.

"Jadi, mengenai gosip itu.." Ashela mencoba membuka suara di tengah kebingungan diantara mereka.

"Puftt... Tuan, saya benar-benar tidak bisa menahannya,"

Terpopuler

Comments

Geran

Geran

arghhhhh tulung ini terlalu lucu😭😭😂😂

2024-07-05

0

Geran

Geran

thor kmu keren loh, surat nya aesthetic 😌😘

2024-07-05

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Pernikahan?
2 Episode 2. Mansion IXH
3 Episode 3. Surat Perjanjian Kontrak
4 Episode 4. Penggila kerja
5 Episode 5. Makan malam
6 Episode 6. Mencoba menenangkan pikiran
7 Episode 7. Tidak sadarkan diri
8 Episode 8. Zevandra Agency
9 Episode 9. Makan malam bersama
10 Episode 10. Menginap bersama
11 Episode 11. Perdebatan di pagi hari
12 Episode 12. Rapat Agency
13 Episode 13. Terjebak
14 Episode 14. Peluru yang melesat
15 Episode 15. "Orang jahat, terlahir dari orang baik yang tersakiti"
16 Episode 16. Ini bukan kesalahanmu
17 Episode 17. Care
18 Episode 18. Ashela ceroboh
19 Episode 19. Kalung yang hilang
20 Episode 20. Dia istriku
21 Episode 21. Satu tamparan
22 Episode 22. Kau baik-baik saja?
23 Episode 23. Kembali bekerja
24 Episode 24. Darahmu mengalir darah Zevandra
25 Episode 25. Salahkah jika aku berharap?
26 VISUAL TOKOH
27 Episode 26. Sarapan bersama
28 Episode 27. Mengunjungi pesta
29 Episode 28. Perasaan campur aduk
30 Episode 29. Sebuah ajakan
31 Episode 30. Galeri seni
32 Episode 31. Hadiah dari Anna
33 Episode 32. Kau terluka!
34 Episode 33. Tekanan
35 Episode 34. Tuhan, izinkan aku bahagia
36 Episode 35. Ada apa?
37 Episode 36. Perasaan mengganjal
38 Episode 37. Kesibukan
39 Episode 38. Kejutan untukmu
40 Episode 39. Terima kasih, semuanya
41 Episode 40. Perpustakaan Bougenville
42 Episode 41. Menyerah, atau bertahan?
43 Episode 42. Kekacauan yang terjadi
44 Episode 43. Pengakuan Yang Menyakitkan
45 Episode 44. Gadis kuat
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Episode 1. Pernikahan?
2
Episode 2. Mansion IXH
3
Episode 3. Surat Perjanjian Kontrak
4
Episode 4. Penggila kerja
5
Episode 5. Makan malam
6
Episode 6. Mencoba menenangkan pikiran
7
Episode 7. Tidak sadarkan diri
8
Episode 8. Zevandra Agency
9
Episode 9. Makan malam bersama
10
Episode 10. Menginap bersama
11
Episode 11. Perdebatan di pagi hari
12
Episode 12. Rapat Agency
13
Episode 13. Terjebak
14
Episode 14. Peluru yang melesat
15
Episode 15. "Orang jahat, terlahir dari orang baik yang tersakiti"
16
Episode 16. Ini bukan kesalahanmu
17
Episode 17. Care
18
Episode 18. Ashela ceroboh
19
Episode 19. Kalung yang hilang
20
Episode 20. Dia istriku
21
Episode 21. Satu tamparan
22
Episode 22. Kau baik-baik saja?
23
Episode 23. Kembali bekerja
24
Episode 24. Darahmu mengalir darah Zevandra
25
Episode 25. Salahkah jika aku berharap?
26
VISUAL TOKOH
27
Episode 26. Sarapan bersama
28
Episode 27. Mengunjungi pesta
29
Episode 28. Perasaan campur aduk
30
Episode 29. Sebuah ajakan
31
Episode 30. Galeri seni
32
Episode 31. Hadiah dari Anna
33
Episode 32. Kau terluka!
34
Episode 33. Tekanan
35
Episode 34. Tuhan, izinkan aku bahagia
36
Episode 35. Ada apa?
37
Episode 36. Perasaan mengganjal
38
Episode 37. Kesibukan
39
Episode 38. Kejutan untukmu
40
Episode 39. Terima kasih, semuanya
41
Episode 40. Perpustakaan Bougenville
42
Episode 41. Menyerah, atau bertahan?
43
Episode 42. Kekacauan yang terjadi
44
Episode 43. Pengakuan Yang Menyakitkan
45
Episode 44. Gadis kuat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!