Ta'Aruf Pembawa Cinta
Pagi itu Zahra terlihat tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kampusnya. Ia mengenakan hijabnya dengan terburu-buru karena dirinya yakin saat ini sudah terlambat berangkat ke kampus, setelah selesai Zahra langsung turun ke bawa untuk berpamitan pada Umi dan Abinya
Pada saat turun, Zahra di kejutkan dengan kehadiran tamu yang nampaknya sebuah keluarga. mereka terdiri dari dua orang lelaki yang tampak mirip satu sama lain, kemungkinan mereka berdua adalah dua orang saudara dan juga sepasang wanita dan pria paruh baya yang saat ini duduk di ruang keluarga mereka
"Abi, Umi. Zahra mau berangkat ke kampus" pamitnya pada kedua orangtuanya saat menghampiri mereka beserta para tamu tersebut
"Duduk dulu nak" perintah Abinya yang tidak langsung di indahkan oleh Zahra
"Maaf kalau Zahra tidak sopan, tapi Zahra sudah hampir terlambat Abi" tolaknya tetap dengan sopan
"Duduklah sebentar saja Zahra, Abimu ingin berbicara padamu" ucap Uminya kemudian yang membuat Zahra mau tidak mau menurutinya
Zahra duduk di samping Uminya dengan memangku buku yang di bawanya, pandangannya teralihkan pada keluarga yang saat ini duduk berhadapan dengannya dan sepasang suami istri yang ada di depannya melemparkan senyum pada Zahra membuatnya membalas senyuman mereka
"Zahra perkenalkan nak, ini sahabat Abi. Paman Syabani dan istrinya Aidah" kata Abi Zahra memperkenalkan sabahatnya "Lalu ini kedua anak laki-laki mereka Daffa dan Rafif" lanjut Abinya sembari memperkenalkan kedua pemuda itu pada Zahra yang hanya di tanggapi dengan senyuman oleh Zahra walau hatinya saat ini sangat was was karena takut terlambat
"Kenapa Abi lama sekali, aku bisa terlambat jika seperti ini" batinnya mengeluh
"Zahra sudah besar yah sekarang, seingat tante dulu Zahra masih sangat kecil dan lucu. Tapi sekarang dia sudah menjadi seorang gadis cantik dan dewasa" puji Aidah, istri dari sahabat Abinya Zahra
"Jadi langsung Abi jelaskan saja karena sepertinya kau sudah terburu-buru" ucap Abinya yang langsung di sambut anggukan kepala antusias oleh Zahra mengingat ia harus segera berangkat ke kampus, melihat tingkah Zahra ternyata bisa membuat Rafif, salah satu pemuda yang duduk di hadapannya tersenyum "Begini Zahra, keluarga Pak Syabani ini baru saja pulang dari Arab dan mereka akan menetap di Indonesia. Pak Syabani dan istrinya sedang mencarikan seorang gadis untuk anak sulung mereka Daffa dan keluarga mereka memilih mu nak. Mereka ingin melakukan proses Ta'aruf antara kau dan Daffa, apa kau bersedia?" tanya Abinya yang langsung membuat Zahra bungkam karena terkejut
"Ta'aruf Abi?" tanya Zahra setelah diam beberapa saat tidak mempercayai pendengarannya
"Iya Zahra, Abi pun sudah setuju jika Daffa menjadi Imammu nak" Zahra sangat terkejut dengan pernyataan Abinya yang sepertinya sudah memberi lampu hijau pada keluarga om Syabani
"Tapi Zahra masih kuliah Abi, Zahra juga belum memikirkan masalah pernikahan. Umur Zahra masih sangat muda" ucap Zahra mencari alasan pada Abinya
"Umurmu saat ini sudah pantas untuk menikah nak, Umi merasa tenang jika kau sudah menikah. Setidaknya ada yang bisa menjaga mu, lagipula kau masih bisa melanjutkan kuliahmu setelah menikah nanti" kali ini Uminya yang terlihat penuh harap agar Zahra menerima Ta'aruf ini
"Abi, Umi. Zahra.. " ucapan Zahra terhenti tidak tau harus mengatakan apalagi, ia menundukkan pandangannya berusaha mencari alasan tapi tidak menemukan satupun. Zahra merasa begitu terkejut hingga tidak bisa berkata-kata lagi, melihat Zahra yang kebingungan tante Aida pun segera membuka suara untuk menenangkan Zahra. Setidaknya ia harus memberikan Zahra waktu untuk memikirkan ini semua, pikirnya
"Kau pikirkan saja dulu nak, Om dan tante akan menunggu jawabanmu. Iyakan Daffa?" tanyanya pada anak sulungnya yang terlihat berusaha menganggukkan kepalanya
Zahra memberanikan diri menatap Daffa yang duduk berhadapan dengannya. Ia melihat reaksi Daffa seperti terpaksa menganggukkan kepalanya, Zahra yakin Daffa pun melakukan ini karena paksaan dari orangtuanya
"Kau dengarkan Zahra? mereka memberi waktu untukmu memikirkan ini semua" ucap Uminya dengan sangat senang
"Biar Zahra pikirkan Umi. Apa Zahra boleh berangkat sekarang?" tanyanya pada kedua orangtuanya yang terlihat senang ketika Zahra memutuskan untuk memikirkannya karena menganggap masih ada peluang untuk menikahkan anak mereka satu-satunya dengan anak sahabatnya
"Iya sayang, berangkatlah. Apa perlu Abi mengantarmu?"
"Tidak usah Abi, kan Abi sedang ada tamu"
"Biar Zahra saya yang antarkan Abi, Umi. Kebetulan saya juga sudah harus berangkat kerja" ucap Rafif menawarkan tumpangan pada Zahra tetapi tetap meminta izin dari orangtuanya
"Kebetulan sekali kalau begitu, kau bisa ikut dengan Rafif sayang. Kampusmu dan kantornya Rafif kebetulan satu arah" kata tante Aidah dengan begitu antusiasnya, mau tidak mau Zahra menuruti perkataan mereka karena ia berpikir dengan menolak tawarannya hanya akan menahannya disana dan pada akhirnya ia pun tetap menerima tawaran tersebut
Dengan langkah berat dan pikiran yang penuh sepagi ini, ia pun beranjak meninggalkan pertemuan keluarga itu setelah menyalami Abi dan Uminya juga kedua orangtua Daffa dan Rafif.
***
Saat ini Rafif sedang fokus mengemudikan mobilnya, sesekali ia melirik ke arah Zahra yang duduk di sampingnya yang kini sedang melamun dengan berbagai macam pikiran di kepalanya. Rafif yakin saat ini Zahra sedang memikirkan masalah tadi di rumahnya
"Kenapa melamun Zahra?" tanya Rafif membuyarkan lamunannya
"Tidak kak, aku hanya sedang memikirkan bahan presentasiku nanti" jawabnya menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya
"Ohiya Zahra, namaku Rafif. Tadi aku tidak memperkenalkan diriku dengan baik padamu karena Abimu sudah lebih dulu memperkenalkan keluragaku padamu" ucapnya dengan penuh keramahan
"Iya kak, tidak apa-apa" jawabnya dengan begitu datar, rasanya sangat susah untuk tersenyum saat ini. Tapi setidaknya ia masih tetap sopan pada orang di sebelahnya yang asing baginya
"Kau sudah semester berapa?" tanyanya pada Zahra
"Aku sudah semester tujuh Kak, rencananya aku masih ingin melanjutkan S2 ku" jawab Zahra, inilah alasan sebenarnya kenapa Zahra belum ingin menikah
"Wah kau hebat sekali Zahra, sangat jarang ada gadis seperti mu yang semangat dalam pendidikan" ucapnya memuji Zahra merasa benar-benar kagum pada gadis itu
Zahra hanya tersenyum menanggapi pujian dari Rafif, senyum yang sangat kecil dan terkesan sangat di paksakan lalu wajahnya kembali menjadi datar. Bagaimana tidak, ia bahkan sudah mulai ragu akan niatnya untuk melanjutkan pendidikannya karena Abi dan Uminya sepertinya sudah sangat berharap agar ia mau menerima lamaran dari keluarga om Syabani
Suasana dalam mobil kembali hening setelah percakapan mereka berdua selesai. Tidak ada satupun dari keduanya yang mengeluarkan suara, mereka kini sedang sibuk pada pikirannya masing-masing hingga tidak lama kemudian Zahra tiba di tujuannya. Mobil Rafif berhenti tepat di depan gerbang kampus Zahra. Gadis itu kemudian turun dari mobil Rafif setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas tumpangan yang di berikan olehnya
Setelah mobil Rafif sudah hilang dari jangkauan matanya, Zahra pun berbalik dan kemudian masuk ke dalam gedung kampusnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Hiatus
salam kenal Thor, mampir ya Thor ke novelku hehe
2023-11-02
0
Hiatus
keren Thor lanjut
2023-11-02
0
Nur fadillah
Salam kenal ya Thor...🙏🙏
2023-07-11
0