Tiga hari kemudian, tiba dimana waktunya Zahra mengambil keputusan untuk memberikan jawaban atas pengajuan ta'aruf dari keluarga sahabat Abinya.
Pagi itu di Zahra terlihat mondar mandir di dalam kamarnya seraya memikirkan keputusan yang telah di ambilnya sekali lagi. Yah, Zahra telah memutuskan untuk menjalani ta'aruf dengan anak dari sahabat Abinya tersebut tapi keraguan selalu menghampiri dirinya dikala ia yakin ingin memantapkan keputusannya
"Apa keputusan ku ini hal yang benar?" batinnya bertanya-tanya sembari terus berjalan kesana kemari di dalam kamarnya
Tidak lama kemudian, panggilan Uminya dari bawa yang memanggilnya untuk sarapan pagi membuatnya langsung membubarkan pikirannya itu dan segera beranjak dari kamarnya
***
Kini Zahra sudah bergabung bersama Abi dan Uminya di meja makan untuk memulai sarapan pagi mereka, Uminya membantu Zahra dan Abinya untuk menyajikan makanan untuk mereka berdua hingga akhirnya mereka memakan makanan mereka dengan lahap
"Zahra, bagaimana nak?" tanya Abinya di tengah sarapan pagi mereka
"Apanya yang bagaimana Abi?" ucap Zahra bertanya kembali pada Abinya karena tidak mengerti apa yang di pertanyaankan oleh Abinya
"Maksud Abi, apa kau sudah memutuskan mengenai niat baik dari keluarga sababat Abi?" jelas Abinya yang membut Zahra kehilangan nafsu makannya, Zahra menatap kedua orang tuanya secara bergantian mengamati raut wajah mereka yang menatapnya dengan penuh harap. Sejenak gadis itu menghela nafasnya dengan berat sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Abinya
"Iya Abi, insya Allah Zahra akan mencoba untuk berta'aruf dengan kak Daffa" jawabnya kemudian dengan begitu berat hati tetapi tidak memperlihatkan hal itu pada kedua orangtuanya yang menampakkan wajah penuh kebahagiaan
"Kau serius sayang?" tanya Uminya begitu senang dan ingin memastikan jawaban putrinya sekali lagi
"Iya Umi, Zahra akan mencoba melakukan ta'aruf dengan kak Daffa" ucapnya memantapkan keputusannya
"Alhamdulillah" ucap Abi dan Uminya secara bersamaan di ikuti dengan senyum begitu bahagia yang terpancar di wajah mereka
"Nanti Abi akan menghubungi Syabani dan memberitahukan kabar bahagia ini, mereka pasti akan sangat senang mendengar keputusanmu ini nak" kata Abinya yang tidak berniat melepaskan senyuman itu dari wajahnya
"Iya Abi, terserah Abi saja" jawab Zahra memaksakan senyumnya
Setelah selesai sarapan, Zahra kembali naik ke kamarnya dan kembali memikirkan keputusan yang sudah keluar dari mulutnya
"Apa aku tidak terlalu tergesa-gesa mengambil keputusan ini?, apa aku tidak salah memilihnya?" gumamnya mempertanyakan hal yang sudah ia putuskan
Zahra lalu duduk di kursi depan meja riasnya dan memperhatikan baik-baik pantulan dirinya dari cermin, ia kembali meyakinkan dirinya bahwa ia akan mencoba ta'aruf dengan Daffa
"Hanya mencoba saja Zahra, jika tidak cocokkan kau bisa membatalkannya. Lagipula apa kau mau terus terpuruk pada kenyataan bahwa Alwi melepasmu dengan mudahnya. Kau harus ingat Zahra, jangan pernah memberikan hati mu lagi pada lelaki yang belum tentu jodohmu, belajarlah pada kejadian ikhtiar mu dengan Alwi" ucapnya pada pantulan dirinya sendiri di cermin, berusaha meyakinkan dirinya untuk bisa menerima kenyataan ini
Setelah pengalamannya dengan Alwi, Zahra menjadi lebih tegas lagi pada hatinya. Ia tidak mau jika kejadian pada ikhtiarnya dengan Alwi dulu terulang dan hanya akan menyakitinya lagi
***
Sementara itu di kediaman keluarga Syabani, sepasang suami istri itu terlihat begitu bahagia setelah menerima telpon dari sahabatnya dan mendengar kabar bahwa Zahra sudah bersedia melakukan ta'aruf dengan anak sulung mereka.
Kabar tersebut di sambut dengan gembira oleh Pak Syabani, Ibu Aidah dan juga Rafif yang kebetulan ada di rumah orangtuanya karena hari ini merupakan akhir pekan jadi ia tidak bekerja dan menyempatkan waktunya untuk berkumpul bersama dengan keluarganya. Mereka bertiga terlihat begitu bahagia, tapi tidak dengan Daffa. Lelaki yang akan menjalani proses ta'aruf dengan Zahra itu terlihat begitu frustasi akan keputusan Zahra yang menerima niatan dari keluraga mereka
"Apa yang harus ku lakukan sekarang? Zeline juga sudah ada di Indonesia, bagaimana ini?" batinnya frustasi dengan situasi yang ia hadapi saat ini
"Daffa, Mama sangat senang karena Zahra menerima niatan baik keluarga kita sayang. Sekarang tugasmu adalah mengenal dia secara baik, datanglah ke rumahnya dan ajaklah ia berkenalan secara resmi agar kalian bisa lebih akrab nak" perintah sang Mama di ikuti dengan senyum yang tidak ingin menghilang dari wajahnya
"Tapi Ma, Daffa juga baru mengenal keluarganya Zahra. Apa tidak bisa memberikan waktu untuk Daffa agar bisa mempersiapkan diri?" pinta Daffa berusaha menolak
"Tidak ada waktu untuk itu, setelah sama-sama setuju untuk melakukan ta'aruf yah harus di segerakan agar tidak timbul fitnah dan dosa. Sekarang tugasmu hanya perlu mengenalnya lebih dalam lagi" perintah Mamanya dengan tegas tak ingin di bantah "Oh iya, bawa adikmu Rafif untuk menemanimu berkujung ke rumah mereka. Tidak baik jika hanya berduaan saja"
"Baiklah Ma" Daffa mengiyakan perintah Mamanya dengan begitu terpaksa karena ia tau betul bagaimana tegasnya Mamanya itu, sekali mengeluarkan perintah harus di turuti
Pada akhirnya Daffa dan Rafif pun berangkat ke rumah Zahra walaupun sempat menolak perintah Mamanya, tapi karena Mamanya orang yang tegas membuat Daffa tidak bisa melawan keinginan dari orang yang melahirkannya itu
"Sepertinya aku sudah harus bersiap menerima adik iparku" goda Rafif pada kakaknya yang tengah sibuk menyetir di perjalanan menuju ke rumah Zahra
"Kau ini bicara apa, aku kan baru mencobanya. Siapa tau Zahra tidak cocok denganku dan malah menikah denganmu bagaimana? takdir tidak ada yang tau Rafif" ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya, ia pun masih berharap agar ia bisa membatalkan ta'aruf tersebut
"Mana mungkin aku menikah dengan Zahra, walaupun kakak tidak cocok dengannya kan tinggal membatalkan ta'arufnya saja. Untuk apa aku menikah dengannya, aku masih ingin fokus pada perusahaanku kak"
"Kan aku bilang bisa saja"
Tidak lama kemudian mobil yang di tumpangi oleh kakak beradik itu berhenti di halaman rumah Zahra, mereka berdua turun dari mobil dan berjalan menuju ke pintu masuk rumah itu lalu memencet belnya dua kali sebelum pintu tersebut di bukakan untuk mereka
***
Daffa dan Rafif di sambut dengan hangat oleh Abi dan Umi dari Zahra begitu juga dengan gadis yang akan menjalani proses ta'aruf dengan Daffa, ia turut duduk di sana dan menyambut kedatangan mereka
"Jadi kedatangan nak Daffa kesini atas perintah orangtuanya nak Daffa?" tanya Umi Zahra membelah kesenyapan di pertemuan tidak resmi tersebut
"Iya Umi" jawab Daffa seadanya
"Iya Umi, jadi Kak Daffa kesini berniat ingin mengenal Zahra lebih jauh sebagai proses dari ta'arufnya" jelas Rafif lebih mendetail tentang kunjungan mereka yang di sambut dengan senyuman oleh kedua orangtua Zahra
"Kalau begitu kau bisa saling berkenalan dengan Zahra, Abi memberimu izin untuk berbicara dengan putri Abi tapi tetap harus di temani oleh Rafif yah, kalian tidak boleh berduaan"
"Apa boleh saya mengajak Zahra keluar Abi, supaya perkenalannya bisa lebih nyaman"
"Silahkan saja, tapi harus tetap bersama Rafif yah, kalian tidak boleh berduaan"
"Baik Abi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Amanah Amanah
aws ntar Zahra mlh suka SMA yg ke 3😁😁
2022-06-27
0
Noer Anisa Noerma
Kaka ipar apa adik ipar sih
2022-06-18
0
iie
sabar ya babang Rafif 😀
2021-11-06
0