Pesona Pembantu Kecil
Arleta melangkahkan kakinya memasuki sebuah rumah yang terbilang cukup sederhana, yang terletak di sebuah gang yang cukup sempit hanya bisa di masuki oleh satu mobil, saat memasuki rumah tersebut ia di sambut dengan pemandangan pecahan beling yang berserakan di mana-mana. "Kebiasaan pasti mereka berantem lagi kalau begini terus rasanya aku ingin minggat saja dari rumah," ujar Arleta dengan memasuki kamar nya.
Arleta baru saja selesai mandi dan berganti pakaian, kemudian ia keluar dari kamarnya dan berjalan memasuki sebuah dapur sempit untuk mencari makan siang. "Sudah ku duga," Arleta menghembuskan nafasnya kasar setelah melihat tidak ada makanan sedikitpun di meja makan, hingga ia pun hanya meneguk air mineral. Arleta mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kaca yang berserakan di seluruh ruang tengah.
"Sudah beres lempar melempar mereka langsung pergi, sebenarnya apaan sih yang mereka pikirkan!" gerutunya dengan memasukan beling-beling itu ketempat sampah. "Nasib menjadi anak tiri ya gini."
Setelah membersihkan Rumah Arleta langsung pergi untuk bekerja, Arleta bekerja di sebuah Cafe dan ia menjadi seorang pelayan di sana. Arleta menaiki angkutan umum untuk menuju Cafe tempat kerjanya itu, hingga dalam beberapa menit pun Arleta telah sampai di tempat kerjanya. "Hai Let, masih semangat saja?" sapa seorang pria yang sama seperti dirinya yaitu seorang pelayan.
"Hai juga Kak Bima, pasti dong aku kan selalu semangat," jawab Arleta. Sebelum mengambilnya ia memakai seragam terlebih dahulu.
Tidak terasa siang pun sudah berganti menjadi malam, Arleta pulang dengan berjalan kaki seorang diri, karena menurutnya dengan ia berjalan kaki ia bisa menghemat uang hasil kerjanya. Tetapi jika berangkat sekolah atau berangkat kerja ia selalu naik kendaraan umum supaya tidak terlambat. Arleta mengeluarkan ponselnya untuk melihat jam.
"Huh sudah pukul sepuluh." Arleta melanjutkan kembali langkahnya. Hingga saat ia sampai pada sebuah jalan yang cukup sepi dari arah yang tidak jauh dari sana Arleta melihat seorang pria yang sedang berjongkok di pinggir mobil. Arleta berjalan mendekati mobil itu tanpa rasa takut sedikit pun, ia sudah biasa dengan para preman di sana bahkan mereka berteman.
"Sudah Kak jongkoknya, penuh tuh hahah." Arleta terkikik sambil bergurau, Pria itu mendongakkan wajahnya melihat kearah Arleta seraya berdiri dari jongkoknya. "Kenapa dengan mobilnya?" tanya Arleta. "Bannya tiba-tiba meledak," jawab pria itu seraya memperhatikan ban mobilnya yang terlihat kempes.
"Oh meledak, ada yang bisa aku bantu ga?" tanya Arleta. "Kamu itu bocah mana bisa membantu!" ledek pria itu seraya menatap wajah Arleta.
"Wihh Kakak sembarangan banget, ehh bentar deh kayaknya kalau di panggil kakak tidak cocok, kayaknya cocokan juga di panggil Om ya," ujar Arleta dengan tersenyum yakin hingga membuat pria di depannya mengernyit dengan heran.
"Terserah,Sana pergi tidak baik anak kecil seperti kamu malam-malam di jalan sepi kayak gini," ujar pria itu.
"Aku pulang kerja," tanpa mendapatkan pertanyaan dari pria itu Arleta sudah mengajukan jawaban entah siapa yang menanyakan itu padanya yang jelas gadis itu berbicara sendiri tanpa diminta.
"Aku tidak bertanya padamu! Masih kecil juga, cari kerja itu yang halal jangan jual diri!" pria itu memperhatikan Arleta dari atas sampai bawah.
Plakk. Arleta memukul lengan Pria itu dengan kencang. "Dasar bocah berani kamu memukul saya!" pria itu merasa kesal karena Arleta begitu lancang kepadanya.
"Dengar ya Om, aku bukan kerja jual diri ingat itu! aku kerja halal super duper halal," jelas Arleta dengan menyimpan kedua tangannya di pinggang, bukannya membuat pria itu takut iya malah merasa gemas sendiri melihatnya, gemas dalam artian ingin menjitak gadis di depannya.
"Om asal Om tahu ya kalau berlama-lama di jalan sini ngeri tahu suka ada yang... Ihhhh," Arleta menakuti pria itu dengan tipu muslihatnya yang sama sekali tidak menggentarkan pria itu.
"Hey gadis aneh saya tidak takut." pria itu melirik gadis disampingnya dengan aneh karena ia baru kali ini menemukan gadis yang seperti itu.
"Masa?" tanya Arleta dengan wajah mengejek, Arleta mengelilingi tubuh pria yang tegap itu dengan mengetuk-ngetukan telunjuknya di dagu, "Om!" Panggilnya dengan mencolek dagu pria itu.
"Apaan sih!" pria itu terlihat risih dengan kelakuan Arleta yang begitu berani kepadanya.
"Om itu tampan," Arleta menggantung ucapannya dengan tersenyum memperhatikan ketampanan pria di depannya.
"Emang," ujar pria itu dengan percaya diri.
"Sepertinya aku suka deh sama Om." Canda Arleta.
"Kamu kira saya percaya!" ucapnya dengan menyentil dahi Arleta.
"Awwss, Om... jangan jahat-jahat dong kalau jadi orang!" Arleta memegang keningnya. "Mau di tolongin gak?" tawar Arleta lagi.
"Emang kamu bisa nolongin saya?" pria itu merasa ucapan Arleta hanya main-main hingga ia tidak mempercayainya. "Bisa dong sebentar." Arleta bersiul untuk memanggil sesuatu "Witwiww."
"Kamu manggil setan?" pria itu mengerutkan keningnya heran. "Iya setan tiga dimensi," jawabnya dengan santai.
Tiba-tiba dari arah semak-semak muncul lima orang berandalan atau lebih tepatnya preman yang dari tadi memperhatikan pria itu dan mobilnya.
"Jadi kamu gerombolan preman yang menyamar!" tuduh pria itu kepada Arleta dan Arleta hanya tersenyum unjuk gigi.
"Ngapain kamu panggil kita Let?" tanya salah satu preman itu.
"Haha Bang Ciprut aku tau kau pasti mau ngebegal kan?" tanya Arleta dengan wajah tidak bersahabat.
Preman yang di panggil Bang Ciprut itu hanya diam seraya menghunuskan tatapan tajam kepada Arleta. "Iya semuanya gagal gara-gara kamu!" kesal Bang Ciprut. "Loh kok aku!" sewot Arleta.
"Ya kalau kamu gak datang kita sudah selesai ngebegalnya dari tadi!" preman itu terlihat kesal karena Arleta sudah menggagalkan aksinya.
"Dasar gila! sudah aku bilang kalian jangan ngebegal lagi!" Arleta mencubit lengan kelima preman itu. "Ampun Let ih kamu mah jahat banget sama kita!"ujar preman yang lain. "Terserah kalian saja!"
"Ada apa Let?" tanya Bang Ciprut lagi. "Aku tahu ini pasti kerjaan kalian kan yang membuat ban mobilnya bocor!" Para preman itu menganggukkan kepalanya seraya mendikan mata.
"Karena kalian yang berbuat kalian juga yang harus bertanggung jawab, Cepat ganti ban nya!" titah Arleta dengan tegas. "Iya Let." Seperti kerbau yang di cocok hidungnya mereka langsung menurut.
"Cuma ada ban, alat-alat untuk memasangnya tidak ada," kata pria yang hampir dibegal itu.
"Om tampan tenang saja mereka itu punya alat-alatnya." Para preman pun mengganti ban mobilnya dengan yang baru meskipun mereka begitu kesal tetapi mereka juga menuruti apa yang Arleta minta. "Kamu tidak menjebak saya kan?" tanya pria itu dengan penuh curiga.
"aku berani bersumpah aku tidak menjebak mu Om tampan," ujar Arleta seraya tersenyum manis.
"Perkenalkan nama saya Kendrick Zarkey biasa dipanggil Ken," pria itu mengulurkan tangannya.
"Nama aku Arleta Anindya." Arleta menjabat tangan itu dengan tersipu malu, pipinya pun terlihat memerah bahkan ia tidak bisa diam.
"Let kamu cacingan?" tanya Bang Ciprut.
"Apaan sih cepat kerjain!" sewot Arleta.
"Aku tahu Om itu supir taksi online kan?" tanya Arleta dengan so tahunya. Ken hanya tersenyum dan itu membuat Arleta semakin yakin kalau Ken adalah supir taksi online.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments