Bang Ciprut merasa Arleta itu sangat bodoh dalam menilai orang. "Dasar bodoh di lihat dari penampilannya saja dia itu orang kaya!" gerutu Bang Ciprut dan diangguki oleh ke empat anak buahnya.
Bukk. Arleta melempar sandalnya tepat di punggung Bang Ciprut. "Jangan ngegosip kalau tidak aku akan!" ancaman Arleta pun terhenti karena Bang Ciprut langsung memotongnya. "Iya Let," mereka pun telah selesai memasang ban mobil itu.
"Sudah selesai," ujar Bang Ciprut. "Kamu mau di antar pulang gak, Let?" tanya bang Ciprut.
"Emm nanti kalian minta ongkos lagi!" ujar Arleta.
"Enggak Let paling aku minta makanan hihi," Bang Ciprut yang terlihat sangar itu malah menggemaskan jika sedang berbicara dengan Arleta.
"Biar saya saja yang mengantar Arleta," ucap Ken," Ahh iya, sama Om tampan saja," ujar Arleta.
"Jangan Let nanti kamu di apa-apain lagi sama dia!" Bang Ciprut terlihat khawatir saat Arleta bersama dengan orang yang baru dikenal.
"Jangan khawatir, saya jamin dia akan pulang dengan selamat, ini kartu nama saya kalau kalian tidak percaya," Ken memberikan kartu nama itu kepada Bang Ciprut.
"Oke,Hati-hati Let,"
"Iya Bang," Arleta dan Ken pun memasuki mobil sedangkan Bang Ciprut ia memperhatikan mobil itu sampai tidak terlihat, Kemudian mereka memasuki semak-semak lagi.
Di dalam mobil Arleta terus memperhatikan Ken dengan tersenyum dan membuat Ken salah tingkah karena Arleta tidak bergerak sedikit pun saat memperhatikannya.
"Arleta kamu kenapa?" tanya Ken.
"Ehehe tidak," jawab Arleta dengan cengengesan, padahal aslinya dia sedang mengagumi ketampanan pria di depannya.
"Rumah kamu di mana?" tanya Ken lagi supaya Arleta tidak memperhatikannya terus menerus.
"Di itu," ucap gadis itu dengan menunjuk jalan di depannya, saat mobil baru saja melaju beberapa meter.
"Di mana yang jelas dong!" ujar Ken dengan meninggikan suaranya membuat Arleta tersentak dan mengerjapkan matanya.
"Di...di...ja..jalan Jambu," Arleta berbicara dengan gelagapan.
Arleta hanya diam dan mengalihkan pandangannya ke jendela mobil sedangkan Ken ia melirik Arleta yang tidak memperhatikannya lagi. Ada rasa kasihan di hati Ken dan ia juga merasa bersalah telah membentak Arleta tapi mau gimana lagi itu adalah cara supaya Arleta tidak memperhatikannya terus menerus.
Ken memberhentikan mobilnya setelah mereka memasuki sebuah gang yang begitu sempit, Arleta pun turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih kepada Ken.
"Terimakasih Om sudah mengantarkan ku," ujar Arleta dengan tersenyum dan diangguki oleh Ken.
Ken memutar arah mobilnya pada sebuah halaman yang berada di sebrang rumah Arleta untuk keluar dari jalan itu, setalah mobil itu melaju cukup jauh, ia baru menyadari kalau tas Arleta tertinggal di mobilnya.
Tadinya Ken akan memutar kembali mobilnya untuk mengantarkan tas itu kepada Arleta, tetapi saat melihat waktu sudah menunjukan pukul setengah 12 malam ia pun mengurungkan niatnya itu dan berniat akan mengantarkannya besok pagi.
Sesampainya di apartemen Ken langsung berganti pakaian setelah itu ia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang, sebelum memejamkan matanya ia melihat tas Arleta yang ia simpan di nakas.
"Tas murah," ucap Ken dengan sombongnya.
Ken pun memejamkan matanya setelah memaki dan meledek tas milik Arleta dengan gaya arogannya.
Pagi hari yang cerah sinar mentari menerangi bumi hingga menembus suatu celah jendela yang sudah bolong bolong bekas rayap, seorang gadis terbangun dari tidur nyenyak nya dan mengumpat kesal kepada cahaya yang membangunkannya.
Setelah selesai mengumpat ia berjalan menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur karena di rumah sederhana itu hanya memiliki dua kamar mandi.
Ya gadis itu adalah Arleta, setelah selesai mandi ia langsung memakai seragam sekolahnya dengan rapi, sebelum berangkat ia membereskan rumah dan memasak terlebih dahulu sedangkan penghuni rumah yang lain tidak akan bangun sepagi ini mereka akan bangun saat Arleta telah berangkat ke sekolah dan semua pekerjaan rumah sudah selesai, bukankah mereka sangat kejam?
Arleta sarapan dengan memakan masakannya sendiri setelah itu ia berangkat ke sekolah dengan menaiki angkutan umum.
Seperginya Arleta menaiki angkutan umum Ken datang kesana untuk mengantarkan tas Arleta yang tertinggal di mobilnya, ia menunggu di depan gang kecil itu cukup lama, pria itu sengaja menunggu di sana karena ia malas memarkirkan mobilnya di tempat ya g begitu sempit, hingga ia tersadar saat melihat jam yang sudah menunjukan pukul delapan.
Ken baru ingat kalau Arleta itu masih remaja mungkin pagi ini dia sekolah Ken pun membuka tas Arleta dan benar saja di sana terdapat kartu pelajarnya, Ken pun berniat akan menemui Arleta sepulang gadis itu sekolah.
Waktu sudah menunjukan pukul 2 siang Arleta sedang membereskan bukunya dan bergegas untuk pulang.
"Let pulang bareng yuk," ajak Naumi dengan membantu membereskan buku dan peralatan menulis Arleta yang berantakan. Naumi adalah satu satunya sahabat Arleta di sekolah, gadis berisi itu selalu setia menemaninya.
"Memangnya kamu tidak di jemput Kakak mu lagi?" tanya Arleta yang sedang memasangkan tas itu di punggungnya.
"Gak tahu aku, dia tidak pernah bilang kalau mau jemput," ujar Naumi dengan memakan cemilan yang baru saja ia ambil dari tasnya.
"Ya sudah ayo!" ajak Arleta.
Mereka pun berjalan beriringan menuju gerbang sekolah dan saat di gerbang sekolah Arleta tersenyum senang saat melihat Ken yang sedang duduk di kursi bawah pohon yang rimbun.
"Om Tampan!" teriak Arleta dengan girangnya.
"Emang kamu kenal dia Let?" tanya Naumi dengan penasaran. "Iya dong tampan kan?" Naumi hanya mengangguk tanpa bicara apapun karena yang Arleta ucapan memang benar.
Ken berdiri dari duduknya dan ia berjalan mendekati Arleta dengan membawa tas milik gadis itu di tangannya.
"Ini tas kamu," Ken memberikan tas itu kepada Arleta. "Ehh iya tas aku Om dapat dari mana?" tanya Arleta, karena Arleta mengira kalau tasnya itu terjatuh di jalan atau tertinggal di tempat kerjanya. "Tertinggal di mobil,"
"Terima kasih, Om Tampan." Arleta tersenyum unjuk Gigi menampilkan gigi-gigi putihnya yang rapi.
"Hmmm." Dehem Ken.
"Let aku pulang duluan ya sudah ada yang jemput nih," ujar Naumi dengan menunjuk sebuah motor yang dikendarai seorang pria di pinggir jalan.
"Yahh kamu gimana sih Nau tadi saja memaksaku untuk pulang bareng sekarang kamu ninggalin aku!" Arleta mengerucutkan bibirnya dan membuat Naumi bingung.
"Sudah, kamu biar saya antar saja," ujar Ken dan tentu saja itu membuat Arleta bahagia.
"Ahh benarkah?" tanyanya, Ken hanya berdehem mengiyakan.
"Yasudah Naumi kamu pulang sana!" usir Arleta dengan menggerakkan tangannya tanda mengusir.
Arleta masuk ke dalam mobil Ken, kali ini ia tidak memperhatikan Ken seperti tadi malam, saat ini ia lebih memilih memainkan ponselnya dengan asik tanpa menghiraukan Ken yang sedang menyetir.
Di tengah-tengah perjalanan ponsel Arleta berbunyi tanda ada yang menelpon ternyata itu adalah Naumi. "Halo Nau ada apa?" tanya Arleta.
"Let kata Bu Delis tugas matematika harus di kirim sekarang," ujar Naumi di balik telepon.
"Apa... Kenapa harus di kumpulkan sekarang?"
"Kan besok itu pelajarannya, tetapi besok kan sekolah libur karena tanggal merah," jelas Naumi.
"Hiss baiklah Terima kasih Nau." Arleta menutup telponnya seraya menyimpan ponsel tersebut kedalam saku bajunya.
"Om nganterin akunya jangan ke rumah ya ke danau saja," pinta Arleta.
"Mau ngapain kamu ke danau? Bukannya kamu mau mengerjakan tugas kenapa harus di Danau?" tanya Ken.
"Ya karena kalau di rumah gak konsen nanti nilai ku jebol lagi,"
Ken melajukan mobilnya menuju danau yang di sebutkan oleh Arleta, danau itu terletak di pinggiran kota danau yang masih asri belum terjamah oleh tangan-tangan jahil manusia airnya sangat jernih bahkan tumbuhan hidup subur di sana.
Disana juga terdapat bunga-bunga dengan berbagai jenis dan warna harumnya semerbak menggelitik hidung Arleta dan Ken yang baru saja menuruni mobil.
Arleta berlari menuju sebuah kursi yang berada di pinggir danau kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan ternyata itu adalah makanan ikan yang sengaja ia beli beberapa hari yang lalu.
Ken mengikuti Arleta ia mengernyitkan dahinya saat melihat Arleta berjongkok di pinggir danau dengan tertawa,ternyata saat ia dekati Arleta sedang memberi makan ikan mas.
Ikan-ikan itu saling berebut makanan yang di berikan oleh Arleta membuat Arleta gemas melihatnya apalagi saat salah satu dari ikan itu meloncat dengan menjulurkan siripnya terlihat sangat bahagia saat Arleta menaburkan kembali makanan ikan itu.
Ken tersenyum samar melihat itu ia berasa menjadi seorang ayah yang sedang mengasuh anaknya, Ken begitu pokus memperhatikan ikan-ikan itu dan Arleta, sampai ia lupa waktu hingga sebuah telepon membuyarkan pokusnya, kemudian Ken mengangkat telepon itu.
"Ya,Halo,"
"Mohon maaf Tuan, sekarang anda sedang di mana apa anda akan menghadiri rapat atau tidak?" tanya seseorang di sebrang telepon sana.
"Ahh iya hampir saja aku melupakannya, tunggulah dalam beberapa menit aku sampai di sana!"
"Baik Tuan." Setelah menelpon Ken pun berpamitan kepada Arleta karena ia ada urusan pekerjaan jadi tidak bisa menemani Arleta untuk mengerjakan tugasnya.
"Let saya pamit dulu ya karena ada urusan pekerjaan,"
"Iya Om gak papa, Terima kasih ya sudah mengantar Let ke sini,"
"Iya sama-sama Let,"
Seperginya Ken, Arleta langsung membuka bukunya untuk mencoba mengerjakan latihan yang di berikan oleh gurunya tetapi semua cara telah ia coba tetap saja ia tidak bisa mengerjakan latihan itu, bahkan ia menggerutu kesal karena soal yang di berikan guru tidak sesuai dengan yang ada di contoh.
"Nah ini yang bikin aku sebal, kenapa harus beda coba kan pusing jadinya!"
Kemudian ia mencoba mencari cara atau jawaban di internet tetapi tetap saja tidak ada yang cocok dengan latihan soal yang ia punya dan pada akhirnya Arleta pun menyerah ia akan bersikap bodo amat jika mendapatkan nilai jebol lagi.
"Oke ibu guru tercinta yang membuat kepalaku pusing aku akan mengerjakan soal ini semampuku dan sebisaku dengan caraku sendiri, aku tidak perduli jika kau akan memberikanku nilai yang bisa menggelinding," gerutunya.
Akhirnya Arleta mengerjakan soal itu dengan caranya sendiri entah benar atau tidak hanya gurunya lah yang tahu. Arleta berniat akan membuat Rumus Matematika sendiri tetapi setelah ia pikir-pikir kembali itu akan membuatnya tambah stres.
"Oke tugasnya sudah aku kirim, selamat menilai Bu," Arleta memasukan buku-bukunya kedalam tas.
Arleta membaringkan tubuhnya di kursi panjang itu dengan menatap matahari sore dan tiba-tiba ia teringat akan Ibu kandungnya sehingga membuat ia tersenyum samar dengan semua yang Ibunya itu lakukan.
Yang Arleta tahu dulu ia adalah anak yang sangat bahagia karena keluarganya selalu mendukung dan memanjakannya tetapi setelah terjadinya perceraian kedua orang tuanya karena sebuah perselingkuhan, saat itu mereka hidup berkecukupan sebelum Ayahnya selingkuh dengan wanita yang sekarang menjadi ibu tirinya entah bagaimana caranya membuat hak asuh Arleta di berikan kepada sang Ayah. Ya sebenarnya ia tidak tahu apa penyebab ibunya pergi tetapi dari penjelasan sang Ayah kalau wanita itu pergi karena selingkuh.
Ibu tirinya itu dulu sangat baik tetapi setelah ayahnya bangkrut membuat mereka selalu bertengkar setiap hari dan itu sukses membuat Arleta tidak betah di rumah. Hingga semua kejadian itu membuat ia menjadi gadis yang harus membanting tulang di usianya yang masih remaja, saat ini Arleta berusi 18 tahun ia masih duduk di bangku sekolah kelas 12 SMK. Bahkan Arleta menghidupi keluarga itu dengan hasil bekerjanya menjadi seorang pelayan Cafe, Ayahnya sekarang tidak bekerja pria itu hanya menghabiskan waktunya dengan berjudi, mabuk-mabukan dan setiap pulang kerumah Ayah dan Ibu tirinya itu akan bertengkar habis-habisan tetapi anehnya setelah pertengkaran itu mereka hanya akan menghabiskan waktunya seharian di kamar entah apa yang mereka lakukan hanya mereka dan tuhan yang tahu.
Ibu kandungnya pergi entah kemana bahkan sampai sekarang Arleta tidak pernah bertemu dengan wanita itu.
Arleta tersadar dari lamunannya tanpa terasa ia sudah di Danau beberapa jam, Arleta bergegas pulang untuk berganti pakaian karena setelah ini ia akan berangkat kerja.
Sesampainya di rumah Arleta tidak melihat satu pun orang di sana terkadang ia bingung mereka itu tinggal satu rumah atau tidak bahkan mereka pernah tidak bertatap muka selama berhari-hari padahal mereka berada dalam satu atap yang sama, tetapi Arleta tidak memusingkan itu ia bersikap bodo amat dengan semua ini malah ia sangat lega jika tidak bertemu dengan Ayah dan ibu Tiri nya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments