Adelio tahu jika kali ini hukuamannya kali ini memang sedikit keterlaluan. Menyuruh seseorang menyalin dalam satu malam degan ketebalan tiap halaman minmal empat puluh halaman. Sedang keseluruhannya mencapai empat ratus halaman. Namun, dia hanya ingin memberi pelajaran dan teguran keras kepada gadis yang selalu terlambat datang ke kelasnya dan ternyata itu dilakukan dengan sengaja. Dia pernah mendengar bahwa Eiren mengelabuhinya dan semua alasan yang sama di bulan yang sama semakin memperkuat seluruh pendapatnya.
Kesal. Itulah kata yang menggambarkan perasaannya. Dia kesal karena Eiren, seorang gadis yang tidak memiliki keunggulan dan hal spesial apa pun membohonginya, mempermainkan kepercayaan yang sudah diberikannya selama ini. Itulah sebabnya dia menyuruh Eiren merangkum seisi buku. Sebenarnya dia hanya mengatakan menyalin dan bukan menulis tangan, tetapi entah pikiran dari mana Eiren malah menulisnya dengan tangan. Namun, dia tetap membiarkannya begitu saja.
“Pak Adelio,” sapa seorang wanita dengan pakaian rapi di hadapannya.
Adelio yang tengah berjalan di lorong kampus hanya diam dan menghentikan langkah. Dia menatap wanita tersebut dengan senyum tipis yang terasa enggan dikeluarkan.
“Kamu mau ke mana?” tanya wanita tersebut dengan senyum termanisnya.
Adelio hanya merutuki dalam hati, kenapa dia malah bertemu dengan wanita di hadapannya saat ini? Dia benar-benar ingin pergi sekarang juga dan kabur sejauh mungkin.
“Kamu lagi sakit? Kok diam aja?” tanyanya lagi dan semakin mendekat. Dia bahkan sudah mencondongkan tubuhnya dan mencoba menempalkan tangannya di kening Adelio, tetapi langsung dicegah.
“Maaf, Bu Siska. Saya harus segera pergi,” ucap Adelio datar sembari melepaskan genggaman tangannya.
“Ke mana? Bukannhya hari ini kamu tidak ada jadwal mengajar di jam pagi?” celetuk Siska dengan wajah sumringah. Dia bahkan sudah menghapal seluruh kegiatan Adelio di kampus. Dia tahu kapan pria tersebut memiliki jam mengajar pagi, sore bahkan sampai malam. Dan jangan lupakan, dia juga menghapal di mana letak ruangan mengajarnya.
“Ah, saya ada urusan di luar kampus,” jawab Adelio dengan senyum sumringah.
“Boleh aku ikut? Aku juga ada urusan di luar,” sahut Siska tidak mau mengalah. Dia masih terus berusaha mendekati Adelio meski sudah ratusan kali dia ditolak dan diacuhkan. Dia tidak peduli sama sekali.
Adelio menatap dengan kening berkerut. Dia ingin menolak, tetapi bingung harus mengatakan apa. Padahal dia sudah sering sekali menolak ajakan Siska dan ternyata itu tidak membuatnya kapok dan sadar.
Adelio masih akan membuka mulut dan menolak ajakan Siska, tetapi nasib baik karena Eiren dengan wajah kesal baru keluar dari ruangannya dan melangkah mendekat ke arah dirinya tengah bersama dengan Siska. Tanpa diduga, pikirannya melaju dengan cepat dan segera tersenyum manis, membuat Siska merasa terpesona. Matanya tidak beralih menatap pria di hadpaannya saat ini.
“Maaf, tetapi saya ada urusan dengan Eiren. Jadi, maaf Bu Siska tidak bisa ikut dengan saya,” ucapnya dan langsung mendekati Eiren.
Eiren yang masih menggerutu tentangnya langsung diam membeku. Dia takut jika pria tersebut marah karena perkataannya yang terus menjelekannya. Namun, ternyata yang terjadi adalah hal berbeda. Adelio malah menarik tangannya dan membuat Eiren menganga tidak percaya.
“Pak, apa-apaan ini?” tanya Eiren dengan wajah yang siap beradu argumen.
“Diamlah atau kamu akan mendapatkan masalah,” desis Adelio membuat Eiren diam seketika.
Eiren hanya dia menuruti kemana dosennya akan membawa dia pergi. Adelio melangkah melewati Siska yang membelakan mata dengan rahang yang sudah mengeras. Dia tidak terima dengan apa yang dilakukan Adelio sekarang. Pergi dengan mahasiswi? Dia tidak akan membiarkannya.
Siska mengikuti Adelio sampai di parkiran kampus. Dia mengira Adelio hanya main-main dan membohonginya, tetapi nyatanya tidak. Eiren masuk ke dalam mobil Adelio dan segera pergi bersama.
“Nyebelin,” geram Siska dengan gaya genitnya.
_____
“Maaf, Pak. Kita mau ke mana, ya?” tanya Eiren dengan pandangan penuh tanya. Ia masih bingung karena Adleio tiba-tiba menarik tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam mobil. Setelahnya, dia malah pergi entah ke mana. Apalagi Siska yang sejak tadi mengikutinya dengan mulut yang terus saja berkata tidak enak di dengar.
“Apartemen saya,” jawab Adelio santai.
“Apa?!” teriak Eiren dengan mata membelalak, “kamu pikir saya gadis apaan sampai membawa ke apartemen segala. Turunin di sini,” bentak Eiren dengan tatapan menunjuukan semua maraahnya. Jadi, apa yang dipikrikan dosennya kali ini. Mengajak ke apartemen dan melakukan hal konyol bersamanya? Mimpi.
Adelio melirik ke arah Eiren dengan perasaan dongkol. Sejak pagi dia hanya berurusan dengan gadis yang sat ini sudah ada di sebelahnya dan berniat kabur. Padahal sudah jelas pintu dalam keadaan tertutup. Namun, Eiren tetap saja kekeh ingin keluar.
“Diamlah. Aku tidak akan berbuat macam-macam denganmu,” ucap Adelio dengan pandangan yang masih lurus menatap jalanan.
“Terus ngapain Bapak mau bawa aku ke apartemen?” tanya Eiren dengan wajah was-was, “jangan-jangan Bapak mau hukum aku lagi, ya? Aku disuruh bersihin apartemen Bapak, ya?” tebaknya semakin liar.
Adelio berdecak kesal dan menatap Eiren dengan pandangan menajam. “Aku tidak seburuk itu sampai menjadikan mahasiswiku sebagai asisten rumah tangga, Eiren. Aku akan menjelaskannya nanti setelah sampai di apartemen. Jadi, bisa kamu diam?”
“Kenaapa gak sekarang aja?” ujar Eiren kekeh dengan keinginanya
“Aku harus fokus menyetir. Jadi tenanglah. Kalau sampai kamu tidak bisa tenang, aku akan melakukan apa yang sudah da di kepalamu itu,” ancam Adelio sukses membuat Eiren diam.
Eiren memilih untuk diam dan duduk dengan tubuh yang di pepetkan ke pintu mobil dan menatap pria di sebelahnya dengan padangan penuh waspada. Dia takut jika nantinya Adelio akan melakukan hal macam-macam dan merugikannya. Seluruh pikiran negatifnya membuat Adelio merasa tidak nyaman karena ditatap terus-menerus
Adelio menghela napas panjang dan mengehntikan mobilnya, membuat Eiren langsung semakin waspada.
“Kenapa berhenti?” tanya Eiren dengan kening berkerut.
Adelio memiringkan tubuhnya dan menatap Eiren tajam. “Bagaimana aku bisa fokus kalau kamu lihat aku tanpa berpaling? Apa sebegitu tampannya aku sampai aku tidak mau melepaskan pandangan?”
Eiren yang mendengar langsung berdecih dan membuang pandangan menghadap ke depan. “Aku hanya berjaga, takut-takut kalau kamu nanti macam-macam sama aku. Bagaimana pun sebagai seorang wanita, aku harus bisa menjaga diri sendiri, kan? Apalagi belum lama aku melihat adegan mejijikan yang dilakukan olehmu tadi pagi.”
“Oh, jadi kamu melihatnya?” tanya Adelio dengan tatapa menggoda, “apa kamu juga ingin merasakannya?”
Eiren langsung menatap Adelio dengan pandangan yang menajam dan menandakan ketidaksukaannya dengan ucapan Adelio. “Jangan bermimpi, Pak.”
“Aku hanya menawarkan. Mungkin kamu juga mau duduk di pangkuanku. Atau kamu mau merasakan sentuhan tanganku?” sahut Adelio menggoda Eiren yang sudah semakin kesal kepadanya.
“Tidak akan pernah,” desis Eiren dengan mata membelalak dan tangan mengepal, siap melayangkan tinjuunya.
Adelio yang melhat reaksi Eiren hanya tertawa kecil dan segera menatap ke jalan. Menjalankan mobilnya dengan tawa yang masih dirasakan. Sedangkan Eiren, dia hanya diam dengan mulut yang sudah dikunci rapat. Sesekali Matanya melirik Adelio yang masih menertawakannya.
Dasar dosen nyebelin, gerutu Eiren mengabaikan tingkah Adelio yang jauh dari kata galak dan mendekati kata kekanak-kanakan. Ya, Adelio berbeda dengan yang tadi pagi memarahi Eiren karena telah membohonginya.
Aneh, pikir Eiren karena Adelio cepat sekali berubah. Bahkan tidak membutuhkan hari lain untuk membuatnya menghilangkan kekesalannya.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
dosen cabul itu mah si adelio😤😤😤😤
2021-08-17
0
Hilda 77
aneh aja..kok gitu......
minimal jaim dikit lah sbg dosen...
secara Lo gambaran nya seperti sempurna, modal wajah, materi plus dosen juga.yah agak kecewa sih...tapi tetap semangat berkarya author 👍👍👍 moga makin sukses...
2021-05-09
0
Cahya Aini
dosen tengil
2021-04-06
0