Wedding With My Lecturer
Seorang gadis berlari dengan wajah terburu-buru sembari membawa tas selempang miliknya. Hari ini dia bangun terlambat karena dengan perilaku bodoh, dia malah menonton drama thailand yang dimainkan oleh Thor, aktor kesayangannya. Dia sampai melupakan jika ada jadwal pagi yang sudah melambai.
Eiren, gadis yang sudah berada di tingkat akhir masih melangkah menaiki tangga dengan setengah berlari. Dia tidak sabar jika harus menunggu lift terbuka. Dalam hati dia masih menggerutu. Di kampus se-elit ini harusnya juga menggunakan eskalator.
Eiren masih melaju tanpa menghiraukan beberapa sapaan dari teman satu jurusan. Dia tidak peduli apayang dipikirkan teman-temannya karena sekarang tugasnya adalah sampai di kelas dengan segera. Tidak ada waktu untuk menyahuti basa-basi dari mereka semua.
Eiren berhenti tepat di ruang C dan melihat dari kaca bening yang terletak di pintu. Matanya menangkap tak ada pergerakan apa pun di dalam kelas. Matanya juga tak melihat pria yang seharusnya sudah mengajar. Dalam kondisi seperti ini, dia benar-benar bernapas lega dan berterima kasih sebanyak mungkin kepada Tuhan.
Eiren membuka pelan pintu tersebut dan menutupnya kembali. Langkahnya terdengar pelan, tetapi buru-buru. Dia takut jika nanti dosen mata kuliah kali ini mengetahui bahwa dia terlambat. Setelah sampai di bangku, dia langsung duduk dan menghela napas lega.
“Eiren Azura, anda terlambat lima belas menit tiga puluh detik,” ucap seseorang membuat Eiren membelalakan mata.
Eiren langsung bungkam dan menatap pria yang sejak tadi bersembunyi di balik pintu dengan mata membelalak. Dia tidak menyangka ternyata dosennya bersembunyi hanya untuk menangkapnya.
“Apa yang anda lakukan semalam sampai bisa terlambat dalam mata kuliah saya?” tanyanya dengan nada dingin.
“Maaf, Pak. Semalam saya sakit perut. Jadi, susa tidur,” ucap Eiren asal. Padahal semalam dia hanya menonton drama thailand di salah satu aplikasi hingga selesai.
“Baik, setelah pelajaran selesai, temui saya di ruangan.”
Eiren hanya mengangguk dan tak ada niat untuk menjawab sama sekali. Dia kembali fokus memperhatikan mata kuliah yang tengah di bahas, mengenai inflasi dan sebagainya. Dia bahkan masih mangantuk dan tak berniat masuk kampus hari ini.
“Eiren, kamu sakit?” tanya pria di sebelahnya dengan nada pelan, takut jika dosen galak di depan mendengarnya.
Eiren menggeleng dan mendekatkan tubuh. “Aku nonton drama thailan dan lupa waktu,” jawab Eiren tak kalah pelan, “lagian kamu ngapa gak jemput tadi?”
Alex, pria di sebelahnya hanya tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Aku juga terlambat berangkat. Keasikan main game. Tapi masin untung karena jam pelajaran kurang tiga puluh detik.”
Eiren hanya mendengus kesal dan kembali melanjutkan pelajaran. Dia tidak mau jika nantinya mendapatkan hukuman lagi karena mengobrol ketika jam pelajaran berlangsung. Seisi kelas juga memilih bungkam dan mendengarkan dengan seksama hingga selesai.
🍁🍁🍁🍁🍁
Eiren mengetuk pelan pintu ruangan bertuliskan ‘Adelio Cetta’. Setelah sang pemilik mengizinkannya masuk, dia langsung membuka pintu dan menatap pria dengan pakaian rapi tengah duduk di singgahsananya dan memandang dengan mata berkilat dingin. Langkahnya mulai meninggalkan koridor kampus dan masuk ke dalam ruang dosen galak tersebut.
“Anda akan berdiri di sana sampai kapan, Eiren?” tanya Adelio dengan suara tegas.
Eiren yang ditegur langsung melangkah dan duduk di kursi tepat di depan Adelio saat ini duduk. Matanya menunduk tak kuat menahan godaan pria tampan tanpa cela yang sudah tersaji di hadapannya. Jujur, meski Adelio gala, Eiren sempat mengaguminya karena tubuh dan wajah yang benar-benar membuatnya meleleh.
“Eiren Azura, anda terlambat dalam pelajaran saya sudah hampir lima kali. Apa sebegitu tidak senangnya anda dengan mata kuliah yang saya ajarkan?” tanya Adelio dengan suara tegas dan mata menatap tajam.
Eiren menggeleng dan tak mau menatap Adelio sama sekali. Dia pernah mendengar rumor bahwa pria di hadapannya ini bukan hanya kejam, tetapi juga lumayan mesum. Namun, sejauh dia melihat, tak pernah sekali pun dia melihat pria tersebut berbuat aneh-aneh.
“Apa selain hobi datang terlambat, anda juga mulai kehilangan pita suara sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan saya, Eiren?” sindirnya dengan wajah datar.
Eiren yang mendengar langsung mendongak dan menarik napas dalam, menghembuskannya pelan. “Maaf, Pak. Bukannya saya sudah menjelaskan alasan saya terlambat?”
“Tentu,” sahut Adelio cepat, “anda sudah mengatakannya. Tetapi, apa anda pikir saya cukup percaya dengan semua ucapan anda? Saya meragukannya. Setiap mata kuliah saya anda selalu saja terlambat dengan alasan yang sama. Apa itu lazim?”
Eiren yang mendengar merutiki dirinya sendiri. Kenapa dia selalu menggunakan alasan yang sama? Sekarang dia mulai menyesal karena sejak kecil tidak pernah berbohong sama sekali.
“Maaf, Pak. Soal itu saya....”
Adelio meletakan buku tebal dan membuat Eiren menghentikan ucapannya. Matanya menatap bingung kepada buku tebal yang sudah terhidang di depannya. Keningnya mengerut bingung. Apa yang akan dilakukan dosennya kali ini? Perasaannya mulai tak enak melihat ekpresi Adelio yang masih tetap tenang. Apalagi buku akutansi dan bank yang ada di hadapannya, membuatnya semakin merasa tak enak.
“Bawa buku ini, Nona Eiren. Salin setiap babnya hingga selesai. Setiap pukul delapan pagi anda harus sudah mengumpulkannya di ruangan saya,” ucap Adelio masih dengan tatapan datar.
Eiren yang melihat langsung manganga tak percaya. Apa yang dikatakan pria di hadapannya ini? Menyalin buku dengan ratusan bab? Apa dia mulia gila? Eiren menatap horor pria di hadapannya saat ini.
“Jika anda tidak bisa menyetorkan setiap babnya tepat pada pukul delapan, saya akan memberikan nilai E pada mata kuliah saya,” tambah Adelio datar.
Eiren menarik napas dalam dan menghembuskannya keras. Matanya menatap Adelio dengan tatapan menantang. Dengan perasaan kesal, dia segera menarik buku tersebut dan bangkit.
“Dengar, Pak Adelio. Saya tidak akan membiarkan anda tidak meluluskan saya dalam mata kuliah anda,” kata Eiren dan langsung keluar dari ruangan.
Adelio yang melihat hanya memasang wajah datar dan kembali larut dalam tumpukan bukunya. Dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan Eiren karena baginya, tidak ada yang penting dalam kehidupannya. Selain dirinya sendiri.
🍁🍁🍁🍁🍁
Eiren membanting buku tebal yang baru saja dibawanya dari ruangan Adelio keras, membuat dua anak manusia yang tengah asik menikmati makanannya terlonjak kaget. Tanpa izin terlebih dahulu, Eiren langsung duduk dan menyeruput es jeruk milik pria di sebelahnya. Keduanya langsung menghentikan kunyahan dan menatap Eiren bingung.
“Hei, apa yang dibicarakan sama dosen ganteng dan sexy?” tanya Jessica yang sejak tadi menatapnya penuh harap.
“Dosen ganteng dan sexy? Dosen gila baru iya,” jawab Eiren ketus. Apa yang bisa dikatakannya selain itu? Dia bahkan sudah menyesal pernah mengaguminya.
“Sayang, apa yang Pak Adelio katakan?” tanya Alex, kekasih Eiren yang masih menatap kekasihnya dengan lekat.
Eiren mendengus kesal dengan wajah yang menunjukan bahwa mood-nya benar-benar sedang hancur. “Aku disuruh menyalih buku setebal ini dan menyetorkannya setiap jam delapan pagi. Apa gak gila, hah? Bahkan jam segitu belum ada dosen yang berangkat ke kampus.”
“Hah?” Alex dan Jessica yang mendengar langsung membelalakan mata tak percaya dan mulut melongo lebar.
“Kamu gak minta keringanan? Kamu, kan, baru beberapa kali aja terlambatnya,” celetuk Jessica.
“Kalau aku melakukan hal seperti itu, yang ada malah hukumannya semakin berat,” jawab Eiren masih menahan kesal.
Jessica yang mendengar hanya bisa bersimpati. Dia juga tidak bisa melakukan apa pun karena jika dia membela Eiren, nilainya juga dipertanyakan.
“Sabar ya, beb. Kita akan semangatin kamu terus,” ucap Jessica memberi semangat. Eiren yang mendengar hanya mengangguk mengiyakan.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
awal yg menarik
2021-08-17
0
Mom Dee 🥰
apakah cuma aku aja ya yg sampai saat ini blm tertarik dengan namanya drakor²an 🙈
2021-07-07
1
Cahya Aini
aq mampir thor
2021-04-06
0