Guardian Devil
Alika berlari dengan terburu-buru menyusuri lorong sekolah, ia berlari sambil membawa beberapa buku dalam dekapannya. Saat ini pukul dua siang, waktunya pelajaran Biologi dan mereka harus berpindah ruangan dari ruang kelas mereka di lantai satu menuju lab Biologi di lantai dua.
Alika berusaha mengejar teman-temannya yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Ini adalah pelajaran Biologi pertamanya sejak masuk SMA. Alika belum tau apakah gurunya adalah guru yang baik atau tidak.
Minggu lalu, saat masa orientasi siswa, Alika tak bisa fokus karena terus saja dikerjai oleh para mentor. Ini semua karena Bella. Entah bagaimana ia bisa masuk ke sekolah yang sama dengan Bella lagi setelah berhasil melarikan diri saat kelas enam SD dulu.
"Takdir memang kejam," batin Alika kala itu, saat ia melihat wajah cantik Bella tepat di depan matanya. Sialnya lagi, Alika berada di kelas yang sama dengan Bella dan gerombolannya.
Dulu, saat Alika masih duduk di bangku sekolah dasar. Bella menghasut seorang anak perempuan yang paling tenar di sekolahnya. Hingga anak yang memiliki pengaruh besar di sekolah karena kecantikannya itu pun berhasil membuat satu sekolah membencinya.
Alika sempat selamat dari bulian teman-teman satu sekolahnya karena ayahnya membawa Alika pulang ke kampung halamannya dan tinggal bersama neneknya. Sejak saat itu, hidup Alika terasa jauh berbeda. Meski nenek Alika terlihat sangat galak, namun ia adalah orang yang paling menyayangi Alika.
Namun kehidupan damai Alika tidak berlangsung lama. Saat hendak masuk SMA, nenek Alika meninggal dan membuat Alika kembali hidup bersama dengan ibunya. Ibunya Alika jugalah yang membuat Alika masuk ke sekolah yang sama dengan Bella saat ini.
Sekolah ini sebenarnya bukan sekolah biasa, ibu Alika sengaja memasukkan anaknya ke sekolah elit agar Alika bisa memiliki teman dari kalangan atas. Dan masuk ke dalam circle orang-orang elit.
Namun keputusan ibunya itu malah menempatkan Alika ke dalam situasi yang semakin sulit.
"Hahhh... Hahhh..." Alika berhasil masuk kelas tepat waktu, sesaat sebelum guru biologi masuk ke dalam ruangan.
"Sini, mana buku gue?" Bella menyodorkan tangannya meminta buku miliknya yang dibawa oleh Alika.
Alika langsung memberikan buku milik Bella dan tiga temannya. Mereka berempat tersenyum menyeringai melihat tingkah Alika yang nampak sangat takut pada Bella.
"Hebat banget lo, baru masuk udah langsung dapet kacung," bisik Intan, gadis yang duduk tepat di sebelah Bella.
Bella tak menjawab, ia menatap sinis pada Alika dan berkata. "Mau masuk sekolah internasional sekalipun emang dasar jiwa babu, ya bakal jadi babu aja."
Teman-teman Bella sebenarnya tidak mengerti apa maksud Bella, karena mereka sendiri tidak mengenal siapa Alika. Mereka hanya mengikuti Bella membuli Alika. Alika sendiri juga tak mengerti bagaimana Bella bisa masuk sekolah ini, seingatnya dulu Bella bukan anak orang yang kaya raya. Memang kehidupannya jauh di atas Alika, tapi Bella dulu tidak sekaya itu.
Alika tertunduk, ia tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Kehidupan SMA yang ia bayangkan akan menjadi kehidupan yang indah, sirna sudah. Alika hanya berharap Bella tidak membeberkan kepada teman-temannya siapa Alika sebenarnya dan dari mana ia berasal.
Biarlah untuk saat ini ia akan menuruti semua mau Bella dan gengnya.
Dua jam berlalu, dan jam pelajaran pun berakhir. Mereka semua kembali ke kelas untuk mengambil tas mereka dan bersiap untuk pulang. Tidak banyak yang dipelajari hari itu karena masih dalam masa perkenalan.
"Heh, orang kaya baru. Pulang naik apa lo?" Tanya Bella pada Alika yang sedang merapihkan buku-bukunya.
"Dijemput ibu," jawabnya pelan.
"Naik apa? Becak? Gerobak?" Tanya Bella lagi dengan nada mengejek.
Alika diam saja tak menggubris ejekan Bella.
Brak!
Bella menendang kursi milik Alika hingga membuat Alika berdiri tegap.
"Kalau gue tanya ya dijawab!" Bella melotot ke arah Alika.
Semua orang di kelas memperhatikan mereka berdua, namun tak ada satu orang pun yang peduli atau berusaha mencari tau apa yang sedang terjadi. Mereka hanya melihat dari tempat mereka, bahkan teman sebangku Alika pun bergegas membereskan barang-barangnya dan keluar dari kelas.
Terlihat sekali bahwa mereka tak ingin ikut campur dengan apa yang sedang menimpa Alika.
Alika masih menunduk ketakutan. Seketika tubuhnya gemetar mengingat peristiwa saat ia duduk di bangku sekolah dasar dulu. Ada trauma tersendiri yang pernah ia rasakan dulu.
Bella menarik kerah baju Alika, lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Alika.
"Elo jangan macem-macem, atau gue bakal bocorin semua rahasia tentang lo," ancam Bella.
Mendengar ancaman dari Bella, Alika semakin ketakutan. Ia langsung memegang tangan Bella dan memohon padanya.
"Jangan Bel, aku mohon!" Alika berusaha mengiba.
Bella buru-buru menepis tangan Alika dan mengusapkan tangan ke bajunya.
"Menjijikan!" Bella mendorong Alika hingga membuat Alika jatuh tersungkur.
Setelah mendorong Alika, Bella bergegas pergi meninggalkan kelas. Teman-teman Bella mengikuti Bella di belakangnya. Mereka juga sebenarnya tak mengerti mengapa Bella segitu bencinya pada Alika. Mereka hanya mengikuti apa yang Bella lakukan pada Alika agar mereka terlihat hebat dan tak ada yang berani melawan mereka.
Alika berusaha keras menahan tangisnya, kedua tangannya mengepal erat.
Semua orang di ruangan itu sama sekali tak ada yang memperdulikan Alika. Satu per satu mereka keluar kelas, pergi meninggalkan Alika seorang diri.
Kelas menjadi hening, sudah tak ada siapapun lagi di sana kecuali Alika yang masih dalam posisi terjatuhnya pasca didorong oleh Bella tadi.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Alika mengambil ponsel di dalam tasnya. Ternyata ibunya yang menelpon.
"Ya bu?" Alika bergegas menjawabnya.
"Kamu dimana? Kenapa belum keluar?" Tanya ibunya di seberang sana.
"Iya bu, tunggu sebentar," Alika menutup panggilan dan bergegas merapihkan barang-barang miliknya yang berserakan di lantai saat Bella mendorongnya tadi.
Alika mempercepat langkah kakinya, bergegas meninggalkan ruang kelas menuju ke gerbang utama.
Di sana, sudah ada ibunya yang berdiri di luar gerbang sambil menatapnya dan melambai-lambaikan tangannya. Alika semakin mempercepat langkah kakinya.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Ibu Alika.
"Maaf bu," Alika bingung harus memberi alasan apa pada ibunya. Ia hanya bisa meminta maaf.
"Sudahlah, ayo ikut ibu!"
"Kemana?"
"Sudah, jangan banyak tanya. Kamu ikut saja," Ucap Eva seraya masuk ke dalam mobil sedan merah miliknya.
Alika hanya bisa menuruti perkataan ibunya. Sepanjang perjalanan, Alika hanya terdiam tanpa tau kemana ibunya pergi membawanya.
Hubungan Alika dengan ibunya juga tidak terlalu dekat. Sejak lahir, Alika selalu ditelantarkan oleh sang ibu karena sibuk mencari uang demi menafkahi dirinya. Ayahnya yang seorang penjudi dan pemabuk berat tak bisa diandalkan. Jika sedang menang judi, barulah ayahnya akan memberikan uang pada ibunya. Namun jika sedang kalah judi, Alika dan ibunya sering kali dijadikan pelampiasan kekesalannya.
Meski Eva terkesan cuek kepada Alika, namun ia sebenarnya sangat menyayangi Alika. Hanya saja, ia sendiri tak tau bagaimana cara mengekspresikan rasa sayang pada putri semata wayangnya itu.
Meski Eva sering meninggalkan Alika seorang diri di rumah sejak kecil, tapi Alika tau bahwa ibunya itu amat sangat menyayanginya.
Alika sangat ingat kala itu, ayahnya yang baru saja berhasil menang judi pulang dengan membawa banyak uang. Tak hanya uang yang ayahnya bawa, tapi juga banyak minuman keras untuk merayakan kemenangannya.
Karena mabuk berat, ayahnya hampir saja memperkaos Alika. Untung saja saat itu ibunya sedang tidak pergi bekerja sehingga Alika selamat dari terkaman ayahnya sendiri.
Sebenaranya Doni, ayah Alika pun bukan sosok yang jahat. Hanya saja pengaruh alkohol membuatnya sering kali kehilangan akal sehat. Doni sering memukuli istri dan anaknya.
Namun setelah sadar dari mabuknya, Doni langsung menangis di hadapan keduanya. Meminta maaf atas kekhilafan yang telah ia lakukan.
Saat Alika tinggal dengan neneknya dulu pun, ayahnya tak pernah absen memberinya uang setiap bulan. Meski ia sendiri tak yakin apa uang yang dihasilkan ayahnya itu halal atau bukan.
Alika memang tumbuh dari dua orang tua yang jauh dari kata layak, Alika kekurangan kasih sayang. Tumbuh seorang diri, berjuang bersama kerasnya kehidupan dan cacian orang-orang disekitarnya. Diantara orang-orang dewasa yang ada disekitarnya. Hanya neneknyalah satu-satunya orang yang benar-benar terasa hangat bagi Alika.
Namun sayang, kini neneknya sudah tak lagi bisa ia temui. Wajah ketus sang nenek terus terngiang dalam ingatan Alika. Wajah yang terlihat tidak ramah namun ternyata hatinya memiliki kehangatan yang belum pernah Alika rasakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Muhayat Nur
semangat Thor
2024-09-01
0