Hari-hari berlalu, dan hari-hari Alika masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Ia selalu menjadi bahan ejeken Bella dan teman-temannya. Bahkan Alika lebih terlihat seperti kacung karena terus menerus diperintah oleh sekelompok gadis-gadis itu.
Entah itu membawa barang-barang mereka, membeli sesuatu di kantin untuk mereka, memberikan contekan PR untuk mereka, memberikan contekan saat ulangan harian dan perintah-perintah lainnya yang bahkan tidak masuk akal. Seperti menukar lembar jawaban ulangan harian hanya karena Bella sedang malas menulis, akibatnya saat Alika harus mengisi lembar jawaban untuk dirinya sendiri, waktunya tidak cukup dan ia hanya bisa menjawab beberapa saja.
Tak hanya memberi perintah pada Alika, Bella juga seringkali membongkar-bongkar tas Alika. Bella sangat penasaran sudah seberapa kaya Alika saat ini. Kejadian membongkar tas ini tak hanya terjadi sekali dua kali, melainkan berkali-kali. Bisa dibilang hal ini terjadi dua atau tiga hari sekali. Karena itulah Alika tak pernah berani membawa barang-barang yang mungkin hanya akan memicu Bella untuk bersikap semakin semena-mena padanya.
Pernah suatu ketika Alika tanpa sengaja membawa lipstik keluaran terbaru. Lipstik itu ada di dalam tasnya karena tadi saat berangkat sekolah ibunya salah memasukkan lisptik ke dalam tas sekolahnya. Lipstik yang seharusnya masuk ke dalam tas milik Eva malah masuk ke dalam tas milik Alika. Jadilah hari itu seharian Bella terus menerus memoleskan lipstik mahal itu tebal-tebal ke bibir Alika.
"Udah siap tebar-tebar pesona nih, siapa tau ada kakek-kakek yang mau sama lo! Hahaha..." Ejek Bella diikuti suara tawa terbahak-bahak oleh teman-temannya.
Seperti hari ini, Alika yang saat ini sedang datang bulan, tentu saja ia membawa pembalut untuk ganti di sekolah. Namun Bella malah mengambil pembalut itu dan meletakkannya di atas lemari yang berada di depan kelas. Tentu saja hal itu membuat beberapa murid laki-laki tertawa mengejek.
Tapi untung saja akhirnya ada seseorang yang membela Alika, dia adalah ketua kelas bernama Vino.
"Kamu sudah keterlaluan Bella, apa pantas seperti ini dijadikan bahan ejekan?" Ucap Vino sambil mengambil pembalut di atas lemari.
Vino berjalan ke arah Alika dan memberikan pembalut itu padanya.
"Waduh, ada kesatria hitam sekarang di kelas ini." Bella malah menertawakan tindakan Vino yang seolah membela Alika.
"Kamu itu kan juga perempuan, seharusnya kamu malu jika benda pribadi seperti itu dijadikan bahan ejekan. Memangnya kamu tidak datang bulan? Atau kamu masih belum datang bulan? Pantas saja sifatnya masih ke kanak-kanakkan." Ucap Vino sambil berlalu kembali duduk ke tempatnya.
Setelah mendengar ucapan Vino, kelas menjadi hening. Murid laki-laki yang tadi tertawa terbahak-bahak langsung berpura-pura sibuk dengan aktivitas mereka sendiri seolah tidak terjadi apa-apa. Sedangkan murid-murid perempuan lainnya menatap sinis ke arah Bella.
Memang benar apa yang Vino katakan, tentu saja sikap Bella barusan bukan hanya untuk mengejek Alika. Tetapi juga semua anak perempuan termasuk dirinya sendiri.
Bella yang menyadari bahwa dirinya kini tengah dipojokkan langsung naik pitam.
"Apa sih? Lebay banget kalian, gitu doank aja dipermasalahin. Kalian itu memang ga asik!" Ucap Bella sambil bangun dari duduknya, ia berdiri seolah sedang menantang orang-orang di kelasnya.
"Udah Bel, kita ke kantin yuk!" Ajak Putri salah seorang teman Bella.
Bella yang masih kesal mengikuti ajakan Putri dan teman lainnya. Tak lupa ia juga ikut menyeret Alika untuk ikut bersamanya.
Namun entah mendapat keberanian dari mana, untuk pertama kalinya Alika menolak. Alika menepis tangan Bella yang mencengkram bajunya. Tentu saja hal itu membuat Bella semakin marah.
Untung saja situasi saat ini sedang berpihak pada Alika, Vino yang sudah duduk di tempatnya nampak bersiap untuk kembali ke tempat Alika. Begitu juga dengan beberapa orang di sekitar Alika, mereka seolah siap untuk membela Alika. Karena menurut mereka Bella sudah sangat keterlaluan.
Putri dan teman Bella lainnya yang sudah paham akan situasinya langsung menarik tangan Bella keluar dari kelas. Mereka mengajak Bella untuk masuk ke dalam toilet untuk menenangkan hati Bella.
"Apa sih? Kenapa sih lo tarik-tarik gue? Gak liat apa itu anak udah berani kurang ajar sama gue? Belum aja gue sebarin ke orang-orang di sini siapa dia sebenarnya? Bisa mati kutu dia! terus itu apalagi si Vino pake sok-sok belain anak kampung itu? Kan yang lain jadi ikut-ikutan! Kenapa sih jadi mendadak pada nyerang gue? Mau sok-sok belain, padahal biasanya juga pada diem aja. Pada ga berani kan sama gue!" Bella meluapkan kekesalannya di dalam toilet.
Beberapa orang yang ada di dalam toilet pun merasa tidak nyaman dengan kehadiran Bella dan gengnya. Mereka bergegas keluar dari toilet meski urusannya belum selesai. Mereka lebih memilih memakai toilet di tempat lain dibanding harus berurusan dengan Bella.
Bella memang bukan siapa-siapa di sekolah itu, namun apa yang sering Bella lakukan pada Alika sedikit banyak sudah diketahui oleh beberapa murid di sekolah. Itulah mengapa mereka lebih memilih pergi dan tak mau ikut campur atau menantang Bella yang tiba-tiba masuk ke dalam toilet sambil marah-marah.
Namun seperti halnya teman-teman di kelas Bella, murid-murid di sana juga tidak ada yang perduli pada Alika saat Alika tengah dibuli oleh Bella dan kawan-kawannya. Bahkan untuk sekedar melapor ke pihak sekolah pun mereka enggan. Mereka lebih memilih pergi dan tak ingin ikut campur dengan apa yang dilakukan oleh Bella dan teman-temannya.
"Sabar Bel, mendingan elu tenangin diri lu dulu sekarang. Jangan kepancing emosi." Ucap Putri.
"Iya Bel, saran gue sih elu cooling down dulu untuk beberapa saat ini. Elu ga liat reaksi anak-anak di kelas? Bisa bahaya kalau sampai elu nurutin emosi lu," saran Dita salah satu anggota geng Bella.
"Emang kenapa kalau gue nurutin emosi gue?" Bella seakan tidak terima dengan saran dari Dita.
"Ya bisa bahaya lah, gue khawatir bakal ada yang lapor ke pihak sekolah," Dita menjelaskan.
"Siapa yang berani? Selama ini juga aman-aman aja! Ga ada tuh yang berani sama gue!" Bella menantang.
"Tapi kan ga selamanya aman Bel, nanti kalau sampai pihak sekolah tau terus elu dipanggil dan ortu elu..." belum selesai Dita bicara, Bella sudah memotongnya.
"Halah... Bilang aja elu takut kan? Ga usah sok khawatir sama gue deh, elu tuh sebenernya ngekhawatirin diri sendiri kan? Pake sok-sok khawatir sama gue segala. Sekarang mana orangnya yang berani sama gue?" Bella membusungkan dadanya seraya mendongakkan sedikit kepalanya. Saat itu ia benar-benar angkuh.
Teman-temannya sudah tak adalagi yang mau bicara, mereka semua terdiam. Mereka paham bagaimana sifat Bella. Percuma saja memberi saran disaat Bella tengah emosi begini.
"Liat kan, ga ada! udahlah, kalau kalian ga berani ga usah ikutin gue lagi!" Bella pun pergi meninggalkan pintu toilet, ia keluar sambil membanting pintu keras-keras.
Putri sebenarnya hendak mengejar Bella, namun Dita menahannya.
"Sudahlah, biar dia tenang dulu," ucap Dita. Putri pun menuruti kata-kata Dita.
Sejak hari itu, Bella terlihat sendirian kemana-mana. Ia tak lagi ditemani oleh gerombolannya. Meski Bella sudah tak lagi membuli Alika, namun wajahnya masih nampak ketus.
Tapi wajah ketus itu tak hanya ditujukan kepada Alika, tetapi juga teman-teman sekelasnya terlebih kepada dua sahabatnya, Putri dan Dita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Muhayat Nur
jangan suka marah2 Bella. nanti cepet tua
2024-09-01
0