Mobil yang dikendarai Eva mulai melambat saat memasuki sebuah tempat dengan halaman yang tidak terlalu luas. mobil terus melaju memasuki bagian basement gedung yang menjulang sangat tinggi. Alika belum pernah masuk ke tempat seperti ini sebelumnya.
"Ini dimana bu?" Tanya Alika sambil celingak-celinguk memperhatikan lorong menuju basement.
"Ini mall tempat ibu biasa belanja, kemarin kan ibu janji mau ajak kamu jalan-jalan. Tapi dari kemarin ibu sibuk banget karena harus menemani ayah tirimu bekerja keluar kota, jadi baru sekarang ibu bisa menepati janji ibu." Eva menjawab dengan panjang lebar.
Minggu lalu, Alika baru saja sampai di kota kelahirannya ini. Sebuah kota metropolitan dengan segudang ceritanya. Kota yang memeliliki gemerlap dan sebuah surga bagi mereka yang memiliki banyak uang. Namun neraka bagi mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Itulah masa kecil Alika, ia bahkan tak pernah membayangkan akan bisa masuk ke dalam gedung pencakar langit ini. Sekalipun tak pernah. Alika masih tak percaya ibunya kini bisa membawanya masuk ke sebuah tempat yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
Sejak kedatangannya kembali ke kota kelahiran, Alika hanya berdiam diri di rumah mewah milik ayah tirinya. Ya, ibunya itu sudah menikah lagi dengan seorang pria tua yang kaya raya. Karena itulah Alika kini juga bisa merasakan kehidupan dari kalangan elit. Masuk ke sekolah elit, naik mobil mewah, dan juga tinggal di rumah yang sangat megah.
Eva sudah memarkirkan mobilnya di tempat paling dekat dengan pintu lift.
"Ayo turun!" Ajak Eva.
Alika menurut, ia melepas seatbeltnya dan membuka pintu mobil. Alika berjalan membuntuti ibunya masuk ke dalam lift menuju lantai atas.
Ini pertama kalinya Alika masuk ke dalam sebuah lift, jantungnya berdebar kencang.
"Jadi ini yang namanya lift," batin Alika. Matanya memutar dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah. Alika memperhatikan dengan seksama ruangan kecil yang kini sedang membawanya menuju lantai-lantai di atasnya.
Alika yang berdiri di belakang ibunya dapat melihat dengan jelas, bahwa ibunya seperti sudah terbiasa menaiki benda besar ini. Jujur saja, Alika sebenarnya sangat ingin berpegangan pada ibunya. Namun ia langsung mengurungkan niatnya karena di dalam lift tak hanya ada mereka berdua, namun ada beberapa pengunjung lainnya.
Hingga beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka. Eva menggandeng tangan Alika dan mengajaknya masuk ke sebuah tempat baru bagi Alika. Begitu kaki Alika keluar dari dalam lift, sebuah pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya terpampang jelas di depan mata.
Seketika mata Alika membulat lebar, mulutnya hampir menganga karena kagum dengan desain interior bangunan mewah itu. Jika saja Eva tak menggandeng tangannya, Alika mungkin sudah tertinggal karena hanya berdiam diri mengagumi tempat itu.
Eva mengajak Alika masuk ke dalam sebuah toko ternama. Seorang pelayan menghampiri mereka dan menyapa dengan sangat ramah.
"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan toko seraya membungkukkan badannya.
"Mba, tolong carikan pakaian model terbaru untuk anak saya ya," ucap Eva.
"Baik, silahkan kemari," pelayan toko mengajak mereka masuk lebih dalam dan berhenti beberapa jajaran baju yang dari modelnya terlihat untuk anak-anak muda.
"Silahkan, bisa dipilih di jajaran ini dan ini. Ini semua model terbaru," pelayan toko menunjuk jajaran baju yang ada di kanan dan kirinya.
"Pilih saja beberapa yang kamu suka," ucap Eva pada Alika. Sedetik kemudian pandangan Eva beralih pada pelayan toko yang tadi. "Tolong bantu anak saya memilih beberapa pakaian ya."
"Baik nyonya," pelayan toko mengangguk, mengiyakan permintaan Eva.
"Ibu mau kemana?" Tanya Alika yang melihat Eva mulai berjalan menjauhinya.
"Ibu mau ke toko sebelah, mau cek apa pesanan ibu sudah datang atau belum. Nanti kalau sudah selesai tunggu saja, biar ibu jemput," jawab Eva.
Alika nampak bingung, selama ini ia belum pernah membeli baju sendirian. Terlebih di dalam toko mewah seperti ini.
"Tapi..." Satu kata dari Alika menghentikan langkah kaki Eva.
"Oh iya, kalau sudah selesai memilih bayar pakai ini ya," Eva memberikan sebuah kartu pada Alika.
Dengan ragu-ragu Alika menerimanya.
"Belilah beberapa baju, tidak usah khawatir dengan harganya. Pilih saja semua yang kamu suka." Eva hampir saja kembali berjalan pergi, namun sepertinya ada sesuatu yang lupa ia sampaikan. "Oh iya, jangan lupa beli sepatu dan tas juga ya."
Setelah berkata demikian, Eva pun pergi meninggalkan Alika di dalam toko bersama seorang pelayan. Alika masih mematung sepeninggalan sang ibu. Hingga pelayan di sampingnya mengejutkannya.
"Bagaimana kak, mau saya bantu pilihkan?" Tanya si pelayan dengan ramah.
"Eh... Eh... Mmm... Iya boleh," Alika tergagap. Ia sebenarnya merasa sangat canggung dan bingung di tempat itu. Namun ia juga tak mungkin berdiam diri saja. Alika takut ibunya akan marah jika ia belum membeli apapun saat ibuya kembali nanti.
Alika mulai memilih beberapa baju, namun tak ada satupun pakaian yang sesuai dengan seleranya. Mungkin karena sebelumnya Alika tinggal di desa dan hanya memakai pakaian sederhana, sehingga baju-baju dengan model terkini nampak sangat asing baginya.
Ada beberapa pakaian yang Alika suka namun ia kembalikan pada tempatnya karena Alika merasa pakaian itu tidak cocok dengannya.
"Bagaimana kak? Apa ada yang kakak suka?" Tanya pelayan yang sejak tadi mengikutinya.
"Mmm... Saya bingung mba," Alika nampak ragu-ragu.
"Bisa saya bantu pilih?" Pelayan itu menawarkan diri.
"Boleh deh mba, pilih aja yang kira-kira cocok dengan saya".
"Baik kak," pelayan itu lalu memilih beberapa baju yang kira-kira ukurannya sesuai dengan Alika. "Kalau yang ini bagaimana kak?" Pelayan itu memperlihatkan satu set baju berwarna biru muda, dengan atasan kaos crop top dan bawahan short pants kepada Alika.
Entah apa yang ada dalam pikiran Alika, saat itu Alika hanya mengangguk saja tanda setuju pada pilihan si pelayan toko. Setelah beberapa saat, Alika akhirnya berhasil mendapatkan beberapa set baju dengan berbagai model yang berbeda-beda, sepasang sepatu dan sebuah tas dengan bantuan pelayan toko.
Setelah membayar menggunakan kartu kredit pemberian Eva, Alika berjalan perlahan keluar dari toko sambil mengamati struk bill yang baru saja ia terima.
Melihat nominal yang tidak sedikit itu membuat jantung Alika berdegup kencang, ada rasa khawatir di dalam hatinya. Alika takut ibunya akan marah jika ia menghabiskan uang sebanyak itu.
"Aduh, bagaimana ini?" Batin Alika. "Harusnya tadi aku beli satu saja," Alika menyesali keputusannya yang membeli banyak barang tanpa melihat lagi harganya.
Sebelumnya Alika berpikir jika harga baju-baju itu mungkin tidak jauh beda dengan harga di pasar tradisional yang pernah ia datangi saat tinggal bersama dengan neneknya dulu. Namun ternyata ia salah, baju-baju itu ternyata memiliki harga yang jauh dari harga di pasar tradisional.
Saat Alika tengah bingung dengan nominal yang tertera di struk, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Sudah selesai?" Tanya Eva.
"Eh, iya bu..." Alika terkejut melihat kehadiran Eva di sampingnya.
Eva melihat ke arah struk belanja yang kini tengah di pegang Alika. Namun setelahnya, Eva nampak diam saja. Tidak marah seperti yang Alika bayangkan.
"Sebelum pulang kita makan dulu ya," ucap Eva sambil berlalu. Alika pun bergegas mengikuti kemana ibunya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Muhayat Nur
kasihan Alika, takut sama ibunya
2024-09-01
0