Semenjak peristiwa pembalut itu, Bella sudah tak lagi membuli Alika. Bukan karena Bella takut nanti akan dilaporkan, tapi karena Bella tak mau bertengkar dengan sahabat-sahabatnya itu.
Selama beberapa hari hubungan Bella dan teman-temannya sempat merenggang, namun setelah memikirkan perkataan Dita kala itu, Bella akhirnya menurunkan egonya dan menuruti saran dari Dita.
Kini pertemanan mereka sudah kembali seperti sedia kala, namun Bella tetap menuruti saran dari Dita dan Putri untuk tidak membuli Alika untuk sementara waktu.
Tentu saja hal ini adalah hal baik bagi Alika, ia jadi merasa lebih baik saat di sekolah. Meski tetap saja ia tidak memiliki teman seperti sebelumnya. Entah apa yang ada dalam pikiran teman-teman sekelasnya, nyatanya Alika masih tetap seorang diri tak ada yang menemani.
Saat jam istirahat siang itu, Bella dan teman-temannya sedang menikmati makan siang di kantin sekolah. Saat sedang asik bercanda ria, tiba-tiba Alika melintas di depan mereka.
"Eh, eh... lihat tuh, si orang kaya baru. Udah berapa hari ini kita diemin tapi ga ada yang berani ngedeketin," bisik Putri di telinga Bella.
Bella yang sebenarnya masih kesal pada Alika menatap sinis ke arah Alika.
"Iyalah, siapa juga yang mau temenan sama anak cupu kaya gitu?" Tambah Dita.
"Seharusnya dia tuh beruntung ya selama ini selalu gue samperin dia, kurang baik apa gue? Kalau ga ada gue kan dia jadi sendirian, lihat tuh malah mojok di sana emang dasar cupu. Dia tuh sadar gak sih sebenernya kalau kehadiran gue di hidupnya dia itu adalah sebuah anugerah, ya wajar aja kan sebagai gantinya gue jadi nyuruh dia ini itu?"
"Bener Bel, emang dasar gak tau diri tuh anak." Kali ini Intan yang sebenarnya jarang bergabung di gengnya Bella pun ikut bersuara.
"Kayanya perlu kita kasih pelajaran tuh anak," ucap Bella tiba-tiba.
"Setuju Bel, biar itu anak tau diri. Dia tuh bukan apa-apa kalau ga ada kita. Dia ga bakal dianggep. Cuma kita doank yang mau berteman sama dia, tapi dia malah ga tau terima kasih," sambung Putri.
"Kita bawa aja dia ke tempat sepi, biar ga ada yang bisa nolongin dia," usul Dita.
"Bawa dia ke belakang sekolah aja, di sana kan sepi tuh," Intan memberi ide.
"Jangan, di sana kadang suka ada guru yang keliling karena suka banyak anak cowok yang ngerokok," Dita langsung mencegahnya.
"Jadi menurut lo dimana tempat yang aman?" Tanya Intan.
"Atap sekolah aja gimana? Gue denger di sana tempat yang cocok buat ngasih pelajaran buat seseorang," jawab Dita.
"Dapet info dari mana lu?" Tanya Putri.
"Ada... Gue denger selentingan dari kakak kelas," jawab Dita.
"Oke, gue sama Putri bakal nunggu di atap, kalian berdua bawa itu anak cupu ke sana," perintah Bella.
"Siap!!" Jawab Dita dan Intan kompak.
"Tapi inget, kalian ga boleh kasar ke dia. Bawa dia pelan-pelan seolah gue mau minta maaf ke dia," bisik Bella di antara telinga Dita dan Intan.
Dita dan Intan tersenyum sambil mengangguk paham mendengar bisikan dari Bella.
Bella dan Putri pun berjalan santai menuju atap sekolah, sedangkan Dita dan Intan bergegas menghampiri Alika yang duduk seorang diri di sudut kantin.
"Hai Alika," sapa Dita dengan ramah.
Alika menatap Dita dan Intan yang tiba-tiba muncul dengan wajah yang ramah.
"Sendirian aja di sini, mana temen-temen lo?" Tanya Intan seraya duduk di samping Alika sambil merangkul pundak Alika.
Alika merasa canggung dengan sikap ramah Intan dan Dita, ia ingin menepis tangan Intan yang bertengger di bahunya, namun Alika takut Intan akan marah.
"Mmm... Aku..." Alika tak tau harus menjawab apa.
"Ikut kita aja yuk, dari pada sendirian di sini kan ga asik," ucap Dita.
"Kemana?" Tanya Alika.
"Iya yuk, oh iy, si Bella pengen ketemu tuh sama lo. Katanya ada yang mau diomongin, mungkin dia mau minta maaf karena kejadian kemaren," tambah Intan.
"Mmm... Aku di sini aja deh," jawab Alika. Entah mengapa firasatnya tidak enak saat itu.
Dita dan Intan saling tatap-tatapan.
"Kok lo gitu sih, orang mau minta maaf kok malah ditolak. Ga mau terima permintaan maaf Bella?" Tanya Intan dengan nada sedikit sinis.
"Eng... Enggak... Bukan gitu..." Alika terbata-bata menjawab pertanyaan Intan.
"Ya kalau engga kenapa ga mau ikut?" Pertanyaan Intan semakin menyudutkan.
Alika menghela nafas panjang, akhirnya dengan berat hati ia memutuskan untuk ikut dengan Intan dan Dita.
"Nah gitu donk, Bella pasti seneng ngeliat lu mau maafin dia," ucap Intan sambil terus merangkul pundak Alika.
Mereka bertiga berjalan menuju atap, sesekali Intan sengaja bicara santai dengan Alika dan Dita agar orang-orang yang melihat tidak curiga.
Saat tiba di atap, Alika melihat ada Bella dan Putri yang menyambutnya dengan ramah.
"Haiii teman SD ku, bagaimana kabarmu? Pasti akhir-akhir ini kamu kesepian ya karena gak ada kita di samping kamu," ucap Bella sambil memeluk lengan Alika. Bella dan gengnya membawa Alika menuju belakang gudang yang berada di atap sekolah.
Alika yang merasa tidak asing dengan situasi itu memilih untuk diam saja.
"Kenapa? Kamu sedih ya karena gak bisa gabung sama kita kemaren-kemaren?" Bella menghentikan langkah kakinya saat mereka tiba di belakang gudang. Ia lalu berdiri di hadapan Alika.
"Atau jangan-jangan lo seneng ya karena ga ada kita?" Wajah Bella perlahan berubah menjadi sinis. Wajah yang selama ini Alika kenal, wajah yang selalu Alika lihat saat Bella tengah menatapnya.
"Seneng lo?" Bella kembali bertanya, namun kali ini ia juga mendorong tubuh Alika ke sudut tembok sehingga membuat Alika tak bisa berkutik.
Sama seperti sebelum-sebelumnya, Alika hanya bisa diam sambil menundukkan kepalanya saat berada disituasi seperti itu.
"Jawab!!" Bentak Bella sambil menjambak rambut Alika hingga kepalanya mendongak ke atas.
"A... Ah, i... Iya..." jawab Alika terbata-bata seraya menahan sakit di kepalanya.
"Apa? Iya?" Nada bicara Bella sedikit menurun, namun dari matanya Alika dapat melihat dengan jelas bahwa Bella sedang marah saat itu.
Alika tak berani menjawab, sementara rambut Alika masih ditarik dengan kencang oleh Bella. Yang bisa Alika lakukan saat ini hanyalah menangis menahan sakit di kepalanya.
Sedetik kemudian Bella menarik rambut Alika ke arah bawah dengan kencang sehingga Alika tertarik ke arah belakang dan terjatuh. Saat Alika terjatuh, entah apa yang merasuki Bella sehingga membuatnya tega menendang dan menginjak-injak tubuh Alika yang terjatuh dengan membabi buta.
Melihat Bella yang seperti kerasukan, teman-teman Bella langsung menarik Bella dan memegangi Bella yang berontak seolah tak ingin menyudahi aktivitasnya.
"Bel, Bel... Udah Bel..." Teman-teman Bella berusaha menenangkan Bella.
"Arrgghhh..." Bella berontak ingin melepaskan cengkraman tangan teman-temannya.
"Cukup Bel," ucap Dita.
Bella menghela nafas kasar, dan menatap sinis ke arah Alika. Melihat Bella yang sudah sedikit tenang, teman-temannya pun melepaskan tangan mereka.
Sementara itu Alika masih terbaring di lantai sambil terus memegangi kepalanya sejak diserang oleh Bella tadi. Alika menangis sesenggukan, perlakuan Bella padanya itu membawa ingatan Alika saat kecil dulu saat ayahnya sering memukulinya. Alika menangis ketakutan, sejatinya meski selama ini Bella sering membulinya, namun belum pernah sekalipun Bella bermain fisik sekasar itu.
Selama ini Bella hanya membuli dengan mengejek, menghina dan menyuruh-nyuruh Alika saja, tanpa pernah bermain kasar. Alika juga tak menyangka jika Bella juga bisa memperlakukan dirinya seperti ayahnya dulu.
Bella terus menatap Alika dengan penuh amarah. Berulang kali ia mencoba mengatur nafasnya agar emosinya bisa sedikit mereda.
Baru saja emosi Bella mulai mereda, tiba-tiba datang segerombolan anak laki-laki ke tempat itu. Mereka adalah murid-murid kelas 2 yang memang terbiasa nongkrong di tempat itu. Tentu saja kedatangan gerombolan laki-laki itu membuat Bella dan teman-temannya terkejut.
"Siapa kalian?" Tanya salah seorang dari mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Muhayat Nur
hayoo loh Bella
2024-09-01
0