Malam hari, di dalam kamar Alika melihat beberapa tas belanja yang ia bawa tadi. Ia tak menyangka akan menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk membeli pakaian. Padahal dulu saat kecil, jangankan untuk membeli pakaian, untuk makan saja mereka kesulitan.
Alika masih tak menyangka kehidupan ibunya yang kini telah berubah karena menikahi pria kaya.
Alika membuka lagi pakaian-pakaian yang tadi ia beli, dan Alika baru menyadari bahwa beberapa pakaian itu adalah pakaian yang sangat minim. Saat sedang melihat baju-baju barunya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
Alika bergegas membuka pintu dan menemukan ibunya ada di sana.
"Belum tidur kamu?" Tanya Eva sambil nyelonong masuk ke dalam kamar Alika.
"Belum bu," jawab Alika membuntuti Eva di belakangnya.
"Ini baju-baju yang tadi kamu beli?"
"Iya bu."
Eva memperhatikan dengan seksama baju-baju pilihan Alika sambil menganggukkan kepalanya.
"Boleh juga pilihan kamu," Eva tersenyum sambil menatap Alika.
Alika yang sebenarnya merasa menyesal dengan pakaian pilihannya, jadi sedikit merasa terhibur karena Eva menyukai pilihan pakaiannya itu.
"Lain kali kita belanja lagi ya, nanti biar ibu yang pilihkan."
"Iya bu," Alika hanya mengangguk.
"Gimana sekolahmu? Kamu sudah dapat teman di sana?"
Alika terkejut dengan pertanyaan dadakan dari ibunya.
"Kamu suka kan sekolah di sana?"
"Mmm... Iya bu," Alika tak tau harus mejawab apa saat itu. Ia tak ingin ibunya tau apa yang terjadi pada dirinya di sekolah.
"Kalau boleh tau, kenapa ibu memasukkan aku ke sekolah itu?" Alika malah balik bertanya demi menghindari pertanyaan ibunya.
"Tentu saja agar kamu bisa menemukan pria yang kaya raya seperti ibu," jawab Eva dengan entengnya.
Alika terdiam mendengar jawaban ibunya. Ia tak tau harus bereaksi apa.
"Memangnya kamu mau hidup susah lagi seperti dulu?" Tanya Eva dengan nada yang sedikit tinggi ketika melihat reaksi Alika yang sangat datar.
Alika menggelengkan kepalanya perlahan. Ia masih ingat bagaimana rasanya hidup susah dan hanya tinggal di rumah sepetak bersama ibu dan ayahnya yang pemabuk dan juga pemarah. Alika seringkali dikucilkan karena hidupnya yang miskin. Belum lagi profesi sang ibu yang bekerja sebagai kupu-kupu malam, seringkali menjadi bahan ejekan teman-teman Alika kala itu.
Ibunya kini sudah tak lagi bekerja, ia hanya menikmati kehidupan sebagai nyonya rumah. Meski statusnya hanya sebagai istri simpanan. Namun, Alika merasa itu sudah jauh lebih baik dari pada ibunya harus menjajakan tubuhnya ke banyak pria.
"Kamu tau, ibu sudah tua sekarang. Badan ibu sudah tak sebagus dulu. Sekarang sudah banyak gadis-gadis yang jauh lebih muda dan lebih cantik dari pada ibu, sebenarnya ibu sudah tidak lagi laku dikalangan pria hidung belang. Karena itulah ibu memutuskan untuk memikat pria tua kaya dan memintanya menikahi ibu. Untungnya pria tua itu bersedia," Eva bercerita sambil tersenyum geli mengingat bagaimana suaminya kini akhirnya bersedia menikahinya.
Alika sendiri tidak tau pasti sejak kapan ibunya ini menikah lagi, ia bahkan tak tau jika ayah dan ibunya sudah bercerai. Yang Alika ingat, saat itu ibunya pergi meninggalkan dirinya begitu saja dengan segepok uang. Kala itu, Alika masih duduk di bangku kelas lima SD. Alika merasa sangat kebingungan saat tau ibunya pergi meninggalkan ia seorang diri.
Walau dirinya sudah terbiasa ditinggal sendiri di rumah, namun ibunya tidak pernah meninggalkannya lebih dari satu hari. Dengan uang yang sangat banyak itu, Alika sendiri tak tau harus bagaimana. Alika takut jika harus berhadapan dengan ayahnya seorang diri, terlebih saat ayahnya mabuk dan kalah judi.
Hingga akhirnya suatu hari ayahnya datang menjemputnya dan mengirim Alika ke rumah nenek dari pihak ayah. Nenek yang belum pernah ia temui sebelumnya. Meski awalnya Alika nampak sangat takut melihat neneknya yang berwajah tidak ramah, namun pada akhirnya Alika menyadari bahwa neneknya amat sangat menyayangi dirinya.
Sejak Alika diantar ke rumah neneknya itulah hari terakhir ia bertemu dengan ayahnya. Karena sampai saat ini Alika tak pernah bertemu lagi dengannya, bahkan keberadaannya pun Alika tidak tau. Neneknya bilang, ayahnya hanya mengirim uang padanya satu bulan sekali. Hingga pada akhirnya Alika menyadari bahwa kala itu neneknya berbohong.
Ayahnya tak pernah mengiriminya uang semenjak ia tinggal bersama dengan nenek. Alika baru mengetahui semua itu setelah nenek meninggal. Ada perasaan kecewa yang Alika rasakan, namun Alika tau semua itu neneknya lakukan karena tak ingin Alika kecewa kepada sang ayah.
"Apa ibu tau dimana ayah berada saat ini?" Tanya Alika.
"Tidak, kabar terakhir yang ibu dengar ayahmu menjadi buronan karena menipu banyak orang. Dia masih hidup atau tidak, ibu pun tak tau dan tak mau tau," jawab Eva.
Alika terdiam mendengar jawaban ibunya, seketika ada perasaan mengganjal di hatinya. Jika memang ayahnya menjadi buronan, bukankah ia dan ibunya berada dalam bahaya? Apa mereka akan baik-baik saja?
Melihat raut wajah Alika yang nampak khawatir, Eva pun paham yang kini tengah dipikirkan oleh gadis semata wayangnya itu.
"Kamu tidak usah khawatir, kita akan baik-baik saja. Mereka tidak akan bisa menemukan kita," Eva membelai rambut Alika. Lalu sesaat kemudian Eva seolah menyadari sesuatu.
"Tunggu, kamu ga pernah pakai skincare ya?" Eva memandangi wajah Alika dengan teliti. Menaikkan dagu Alika, memutarnya perlahan ke kanan dan ke kiri, ingin memastikan kulit wajah anaknya yang memang nampak kusam.
"Ga bisa kaya begini, besok pulang sekolah kita ke klinik ya," ucap Eva.
"Klinik bu? Tapi aku sehat-sehat aja," Alika tak mengerti maksud ibunya.
"Badan kamu memang sehat, tapi kulitmu yang tak sehat. Sudahlah, sebaiknya kamu segera tidur, tidak baik untuk kesehatan kulit jika kamu tidur terlalu malam." Setelah berkata demikian, Eva pergi meninggalkan Alika sendirian di kamarnya.
Alika menatap kepergian ibunya. Sebenarnya, ada perasaan lega yang Alika rasakan saat ini. Meskipun Alika masih merasa canggung dengan ibunya karena sudah lama terpisah, namun Alika tak pernah sekalipun merasa membenci ibunya, terlebih karena profesi ibunya dulu, dan juga saat ibunya pergi meninggalkannya. Saat ditinggal oleh ibunya dulu, hampir setiap malam Alika menangis karena merindukan ibunya.
"Aku masih belum tau, bagaimana ibu bisa menemukanku," Gumam Alika, ia ingin sekali bertanya namun entah mengapa niat itu selalu ia urungkan.
Alika bangun dari duduknya dan menutup pintu kamar, tak lupa ia juga menguncinya. Alika masih merasa asing di tempat itu, ia sengaja mengunci pintunya agar merasa lebih tenang.
Alika kembali duduk di tepi ranjang, tangannya mengusap-usap sprei kasur yang terasa sangat lembut di tangannya.
"Apa aku bisa memikat hati seorang pria kaya seperti ibu ya?" Alika memandang wajahnya yang terpantul dalam cermin yang terletak di seberang tempat tidurnya. Menurutnya, wajahnya itu sama sekali tidak cantik. Alika memiliki wajah kecil seperti ibunya, pipinya tirus dengan hidung kecil yang sedikit mancung, matanya tidak besar dan juga tidak kecil, bibinya juga biasa saja, tidak tebal dan juga tidak tipis.
"Apa mungkin dengan wajah seperti ini akan bisa memikat hati seorang pria?"
Alika menggelengkan kepalanya, menepis semua pikirannya dan kata-kata ibunya tentang memikat hati seorang pria kaya.
"Aku tidak ada waktu untuk itu, bagaimana aku bisa memikirkan itu? Besok bisa selamat dari Bela saja sudah syukur," Alika menghela nafas panjang. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk itu.
Alika menatap langit-langit kamarnya, ada sosok yang kini sedang ia rindukan.
"Aku merindukanmu nek," bisik Alika. Entah mengapa suasana malam selalu membuatnya merindukan seseorang. Dulu ia selalu menangis karena merindukan ibunya, kini Alika begitu merindukan neneknya. Air matanya hampir jatuh, Alika buru-buru mengusapnya.
Alika sangat merindukan masakan nenek, harum tubuh nenek, suasana sepi di dalam rumah nenek, Alika bahkan merindukan omelan nenek padanya. Setiap hari, tidak ada hari tanpa omelan dari sang nenek.
Meski awalnya Alika takut, tapi omelan itulah yang menyadarkan Alika bahwa ia amat sangat disayangi oleh sang nenek.
Kini semua tak lagi bisa ia rasakan, meski Alika sudah tinggal di tempat yang lebih nyaman. Berbanding terbalik dengan rumah nenek yang hanya beralaskan tanah dan beratapkan jerami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Muhayat Nur
kehidupan Alika sudah berubah sekarang
2024-09-01
0