"loh Sef, ini bukannya kotak sepatu kemarin itu ya?" tanya Nana pasalnya Sefia ke kantor membawa kembali kotak hadiah berisi sepatu cantik yang sempat Ia kenakan.
"iya Na, sepertinya ini bukan buatku"
"bukan buatmu gimana? jelas jelas tertera namamu kok 'SEFIA ANDINI' bukan namaku atau yang lain" tanya Nana tak mengerti
"bukan seperti itu Na, tapi aku gak bisa nerima pemberian dari orang yang gak aku kenal", sahut Sefia sembari merapikan meja kerjanya, "aku udah tanya mas Angga dan dia bilang bukan dia yang membelikannya untukku"
"lalu? kan yang penting ini memang benar benar buatmu Sef" Nana semakin tak mengerti jalan pikiran rekan satu timnya
"iya sih, tapi aku gak bisa nerima barang dari orang yang gak aku kenal"
"ah terserah kamu dah Sef. coba aja buat aku, udah aku embat nih sepatu, cantik bener gini, sayang kalo gak ada yang punya"
Sefia hanya tersenyum masam menanggapinya.
"ikut aku yuk, Na?"
"kemana?"
"keruang monitor CCTV biar ketahuan siapa yang menaruh kotak ini diam diam dimejaku"
"wah, pinter" Nana memuji
****
"kejadiannya kemarin pagi pak, coba bapak cek deh!"
"oke sebentar saya stel dulu"
kemudian mereka bisa menyaksikan dengan jelas bagaimana seorang perempuan berpenampilan rapi berkelas berjalan diam diam membawa sebuah kotak dan diletakkan di meja milik Sefia.
"lah, bukannya ini Bu Nadin sekretaris direktur?" tanya Nana bingung
Sefia hanya bisa mengerut kening tak mengerti, entah dia harus marah atau apa. yang pasti dia sudah bisa menebak siapa yang memberinya sepatu.
"ayo Na kita kembali bekerja!" ucap Sefia kemudian berlalu pergi
"eh tapi kan..."
Nana menggaruk kepalanya bingung dan akhirnya mengikuti Sefia keluar dan kembali bekerja.
perasaan Sefia semakin terguncang, merasa begitu sakit dan sesak. Merasa dirinya sendiri begitu sangat menyedihkan.
Mengapa mas Angga tidak pernah peduli padaku, seperti saat baru pertama kali kita menikah?
Kenapa tahun demi tahun yang aku rasakan hanya kehampaan, dan suamiku semakin menjauh?
Entah, sudah berapa lama ku rasakan seperti ini. aku ingin sekali bermanja, disayang, disanjung serta dikasihi tapi Mengapa hal mudah begitu saja terasa begitu sulit ku dapatkan?
dan lebih mengecewakannya lagi, Mengapa harus oranglain yang peduli padaku? Mengapa?
****
Sefia memberanikan diri datang untuk menemui mantan kekasihnya, Dedi.
"Bu Nadin, apakah pak direktur ada didalam?" tanya Sefia
"hm, apa kamu sudah bikin janji?" Nadin balik bertanya sambil melirik kotak yang tak asing baginya
Sefia menggelengkan kepala, "belum Bu"
"ya udah bentar, aku coba bicara dulu sama direktur"
Nadin langsung menelfon direkturnya dan mendapatkan ijin ketika tahu bahwa Sefia lah yang ingin menemuinya.
tok tok tok
"iya, masuk" sahut Dedi gugup
Sefia berjalan mendekati Dedi lalu meletakkan kotak cantik berisi sepatu diatas mejanya.
"maaf saya tidak bisa menerima kebaikan bapak, saya undur diri dulu" ucap Sefia memberi hormat lalu beranjak pergi
"tunggu Fia!"
Dedi beranjak dari duduknya dan menggapai lengan Sefia yang berbalik ingin meninggalkannya.
"kenapa kamu bersikap seperti ini sih, Fi?" tanya Dedi pada Sefia yang memunggunginya, "aku hanya peduli padamu, apa itu salah?"
"salah, Ded, salah", sahut Sefia serak dengan tangisnya, "aku itu gak pantes dapet perlakuan baik dari kamu"
"Fia", Dedi membalikkan tubuh Sefia untuk menghadapnya, "kamu nangis? apa aku bersikap keterlaluan padamu?"
Sefia hanya bisa menundukkan kepalanya tidak berani menatap pria yang berdiri dihadapannya saat ini, "tidak, kamu tidak melakukan kesalahan apapun hanya saja aku tidak pantas menerima kebaikan mu"
Dedi mengusap air mata yang membasahi pipinya, lalu mendongakkan dagunya untuk menatap dirinya dan tersenyum.
"kamu pantas Fia", ucapnya lembut, "bagiku kamu masihlah sama dengan Fia yang ku kenal sepuluh tahun yang lalu"
Sefia memalingkan muka tak berani lagi melihat mata Dedi lebih, "tidak lagi, aku bahkan sudah tidak berhak mendapat perhatianmu", Sefia kemudian mendongak menatap Dedi, "kenapa kamu tidak membenciku saja? aku sudah jahat sama kamu, aku udah ninggalin kamu tanpa kabar dan memutus janji kita berdua, seharusnya kamu membenciku saja karena itu lebih pantas"
"gak Fi", peluk Dedi tiba tiba, "aku masih mencintaimu"
Sefia membelalak kaget mendengar pernyataan mantan pacarnya, Sontak Ia mendorong Dedi agar melepas pelukannya. "tidak boleh Ded, aku ini sudah menjadi milik orang"
"tapi Fi...."
"maaf pak, saya undur diri dulu"
Sefia langsung membalikkan badannya dan buru buru keluar dari ruangan atasannya, Dedi.
Ia lalu berlari masuk kedalam toilet dan membasuh wajahnya yang kusut karena menangis.
tapi walau wajahnya diterpa air dingin dari pancuran wastafel, perasaan sesaknya juga belum reda sehingga Ia menangis se jadi jadinya memandangi wajahnya yang menyedihkan dari cermin didepannya.
Hiiikssss
****
Entah kenapa hari ini hujan juga turun begitu deras, seakan juga ikut menangis sama seperti perasaan Sefia saat ini.
Sefia menatap pemandangan luar jendela Busway sambil menyandarkan kepalanya yang masih terasa berat.
Kemudian bunyi telfon menyadarkan pandangan gelap Sefia.
"hallo" jawab Sefia lemas
"kamu udah pulang Dek?" tanya seseorang diseberang
Sontak Sefia kaget tak percaya siapa yang telah menelfonnya kemudian Ia membaca nama di layar ponselnya untuk memastikan.
"iya mas, aku udah pulang. ini aku di Bus sekarang" jawabnya senang
"oh yaudah mas tunggu dirumah"
hendak Angga ingin mematikan sambungan telfonnya.
"tunggu mas, tunggu jangan dimatikan!" pinta Sefia
"ada apa, Sef?"
"mas, bisa gak jemput Sefi di halte? soalnya sekarang lagi hujan deres banget mas"
"emangnya kamu gak bawak payung?"
"enggak mas, Sefi gak tahu kalo hari ini bakal hujan"
"hm nyusahin sih kamu Sef, yaudah mas jemput dihalte"
Sefia sangat senang mendengar suaminya mau menjemputnya ketika hujan lebat menerpa.
dan tibalah Busway berhenti tepat di Halte. lalu Sefia langsung disuguhi pemandangan dua sejoli yang saling berada dibawah satu payung, sang pria merangkul kekasihnya dan rela sebelah bahunya terkena tetesan hujan demi melindungi kekasihnya agar tetap hangat.
"wah romantis sekali" kagum Sefia
Ia sudah membayangkan bahwa suaminya akan memperlakukannya sama seperti dua sejoli tadi.
Ketika Angga sampai di halte Bus untuk menjemput istrinya, Ia kemudian langsung berbalik tubuh melangkah pergi.
"ngapain bengong, ayo pulang!" ucap Angga lagi ketika melangkah pergi
Kemudian Sefia berlari menembus hujan untuk masuk kedalam payung payung suaminya.
"he he mas gak sabaran sih"
"ya lagian kamu bengong, sudah tahu mau musim hujan begini bukannya sedia payung malah nyusahin" sahut Angga ketus
"maaf mas, Sefi lainkali akan bawa payung kok"
"baguslah!"
Mereka berjalan dibawah payung bersama tapi Angga tidak memperhatikan istrinya yang kesusahan menyesuaikan langkahnya yang begitu cepat, belum lagi Istrinya memakai sepatu hak tinggi yang menyakiti tumitnya.
"mas, aku kena hujan nih, basah" ucap Sefia berharap suaminya lebih dominan memberi payungnya
"ya makanya jalan cepet, terus ga usah jauh jauh"
"yaudah, peluk aku gitu biar gak kena hujan dan anget mas!" ucap Sefia tersenyum malu
"Sef", Angga menghentikan langkahnya manatap istrinya, "kita ini udah lama nikah, dan kita ini udah bukan remaja lagi. malu kalo rangkul rangkulan atau pelukan didepan umum"
"ah begitu, iya mas"
Kemudian mereka melanjutkan jalannya melewati hujan, tapi Sefia sudah tidak lagi peduli jika dirinya diterpa hujan bahkan kedinginan karena sungguh, hatinya kali ini terbakar.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Hela Srimula
wah,,, bacanya sampek nyesek thor,
2021-06-17
0
Haisa Kasim
😅
2021-03-13
0
IKA 🌹SSC🌷💋plf
bisa bertahan mpek 10thn itu Sefi bener2 sabar menghadapi suami model gitu
2021-03-02
2