“Dion !” desis Alea.
Raut wajah Yudha langsung berubah. Kehadiran Hilda dan Dion merusak rencananya yang ingin melakukan pendekatan dengan Alea. Rasa percaya dirinya semakin drop begitu melihat penampilan Dion yang mempesona hingga membuat wajah Alea langsung sumringah.
“Tumben kamu kemari juga. Bukannya kamu bilang hari Minggu adalah waktunya bangun siang ?” ujar Dion begitu berdiri di depan Alea.
Matanya sempat melirik aksi tarik menarik tangan yang dilakukan diam-diam antara Alea dan Yudha.
“Lagi temani saudara yang kebetulan berkunjung.”
Mata Yudha membola mendengar pengakuan Alea. Ia tidak peduli dengan Hilda yang tersenyum karena tahu kalau Yudha tidak ada hubungan keluarga dengan gadis yang sejak tadi digandengnya.
“Selamat pagi, Om, perkenalkan saya Dion, temannya Alea.”
What ? Om ? Apa beneran aku terlalu tua sampai cowok ini dengan sotoynya memanggil aku om ?
Hilda sudah tidak bisa menahan tawanya melihat wajah Yudha yang langsung kelihatan sangat kesal, Alea pun ikutan senyum-senyum mendengar Dion dengan seenaknya memanggil Yudha dengan sebutan om, padahal dari segi penampilan dan wajah, Yudha terlihat lebih muda dari Bara yang dipanggil kakak oleh Dion.
“Dia bukan om-ku, tapi….”
“Ayo kita jalan sekarang ! Kebanyakan ngobrol akhirnya nggak jadi olahraga,” ketus Yudha.
Pria langsung menarik tangan Alea yang sudah terlepas dan menjauhi 2 pengganggu yang merusak suasana hatinya. Yudha mulai berjalan di lintasan pejalan kaki atau joging sambil menggandeng Alea kuat-kuat.
“Mas Yudha pelanan dikit, dong !” gerutu Alea dengan langkah terseok.
Perbedaan tinggi badan keduanya cukup jauh hingga Alea kesulitan mengimbangi langkah Yudha yang lebih panjang apalagi tangannya berada dalam genggaman pria itu.
“Mas Yudha pelanan dong !” suara Alea mulai meninggi.
Yudha berhenti mendadak dan langsung berbalik hingga wajah Alea menabrak dada bidang pria itu.
“Mas Yudha apa-apaan sih !” omel Alea sambil mengusap keningnya.
“Kalau dia termasuk teman yang kamu maksud kemarin, aku ralat ijinku. Kamu boleh bergaul dengan pria yang tidak berusaha menjadikanmu kekasih mereka, terutama dia !” tegas Yudha dengan tatapan galak.
Alea menghela nafas sambl membuang muka ke samping. Ada perasaan kecewa di wajah Alea.
“Memangnya Mas Yudha tahu siapa Dion ? Apa Mas Yudha mengenalnya dengan baik ?”
“Aku tahu kalau dia adalah cowok yang naksir kamu kan ? Dia lebih tua satu tingkat dan tidak satu sekolah denganmu dan kalian….” Yudha tidak meneruskan kalimatnya bahkan ia membuang muka ke lain arah.
“Ralat ! Bukan dia yang duluan naksir tapi akulah yang pertama suka sama Dion saat melihatnya bermain di pertandingan basket antar sekolah kami. Benar dia lebih tua satu tingkat dariku dan kami hampir jadian kalau bukan karena keputusan ketiga kakakku !” ujar Alea dengan pelan namun penuh emosi dan tegas.
“Pokoknya aku tidak mengijinkan dia mendekatimu dan jangan coba-coba mengharapkannya lagi ! Kalau kamu masih bandel, aku akan mempercepat pernikahan kita dan tidak peduli dengan usiamu yang masih di bawah umur !” tegas Yudha dengan tatapan yang tidak bisa dibantah.
Alea menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar, menunjukkan rasa tidak sukanya dengan sikap Yudha.
“Aku benar-benar kecewa dengan sikap Mas Yudha ! Aku pikir Mas Yudha berbeda dengan kak Barry, kak Benni dan kak Bara. Ternyata kalian sama saja, suka memaksakan kehendak dengan alasan demi kebaikan tanpa memikirkan perasaanku.”
Alea langsung berbalik badan dan berlari meninggalkan Yudha yang hanya bisa menghela nafas dengan perasaan kacau.
Ia sempat menoleh ke arah Dion yang tengah menatap ke arah mereka dan langsung membuang muka sambil menjauh saat Yudha menatap tajam kepadanya, sementara Hilda yang sejak tadi memperhatikan interaksi Yudha dan Alea menarik satu sudut bibirnya.
Kamu memang selalu menarik dan menantang untuk didekati Yudha, batin Hilda dengan senyuman smirk.
***
“Ada masalah apa ?”
Benni menghampiri Yudha yang memilih duduk sendiri di teras luar usai makan malam. Semua penghuni rumah tahu kalau pasangan calon pengantin sedang perang dingin usai kembali dari olahraga pagi tapi masalahnya apa belum ada yang berani bertanya. Wajah keduanya kelihatan sama-sama sedang dalam emosi tingkat tinggi.
“Tadi ketemu Dion di taman.”
“Kok bisa ? Alea sudah janjian sama dia ?” Benni tampak terkejut.
“Kayaknya nggak. Tadi pagi gue yang ngajak dia jalan-jalan ke taman dan kelihatannya Alea nggak nyangka bakal ketemu tuh cowok di sana.”
“Jadi ceritanya ada yang cemburu nih ?” ledek Benni sambil terkekeh.
“Kenapa ? Nggak boleh ? Elo mau gue biasa-biasa aja sama Alea melihat dia dideketin sama cowok brengsek itu ?”
Benni tertawa sambil menggelengkan kepala.
“Nggak apa-apa, cuma berasa aneh aja melihat elo bisa jutek juga kalau lagi cemburu begini.”
Yudha menghela nafas lalu mengambil botol air mineral dan meneguk isinya sampai separuh.
“Rasanya memang sedikit aneh karena gue mendadak emosi banget begitu melihat tuh cowok sok manis sama Alea. Kayaknya gue nggak begini-begini amat pas pacaran sama Karina.”
“Jangan lebay deh hanya karena Alea adik gue. Kalau memang udah bawaan mana mungkin bisa milih-milih orang apalagi gue tahu banget kalau elo cinta mati sama Karina.” cemooh Benni sambil mencibir.
“Mungkin karena waktu itu gue baru ngerasain yang namanya pacaran jadi kelihatan bucin banget sama Karina tapi beneran yang gue rasain tadi pagi sama Alea memang beda.”
“Jangan-jangan karena elo ketularan kita bertiga jadi posesif dan protektif banget sama Alea. Elo yakin perasaan lo ke Alea bukan sekedar kakak ke adiknya kan ?”
“Masih berpikir begitu ?” tanya Yudha dengan nada kesal dan mata melotot.
“Siapa yang tahu hati orang ?” ledek Benni sambil tertawa.
“Sebetulnya gue mulai kurang percaya diri saat jalan sama Alea, mungkin karena perbedaan usia yang lumayan jauh. Waktu melihat tuh cowok apalagi saat dia panggil gue om, rasanya kekhawatiran gue berubah jadi emosi yang meledak kayak bom atom.”
“Eh beneran elo dipanggil om sama pacarnya Alea ?”
“Siapa yang pacarnya Alea ?” Yudha langsung menyahut dengan mata melotot. “Mereka baru usaha ya, belum pacaran ! Gue nggak bakal kasih celah buat tuh cowok ngedeketin Alea. Apa elo lupa alasan kalian bertiga khawatir soal dia ?”
Benni kembali tergelak. Sahabatnya yang satu ini biasanya tenang dan tidak mudah terpancing emosi tapi malam ini kelihatan sangat berbeda, seperti bukan Yudha yang dikenalnya.
“Iya gue nggak lupa kalau cowok itu brengsek, makanya kita bertiga setuju waktu elo bersedia menikah sama Alea biar kata udah om-om.”
Yudha melengos kesal mendengar candaan Benni. Habis memuji, Yudha langsung dijatuhkan dengan menyebutnya om-om.
“Kalian bertiga beneran nggak menyesal memberikan gue restu untuk menikahi Alea, kan ?”
“Belum mulai elo udah gampang dijatuhkan. Jangan nggak pe-de begitu karena kita bertiga percaya kalau elo sangat cocok untuk Alea. Dion hanya salah satunya, ke depannya mungkin akan banyak yang mencoba mendekati Alea karena nggak bakalan menyangka kalau adik gue itu udah punya suami. Elo harus percaya diri dan tetap dengan keyakinan elo kalau Alea adalah cewek yang setia dan nggak mudah tergoda. Bukannya kemarin pagi, elo sendiri yang bilang begitu ?”
“Iya, gue memang sangat percaya diri pada awalnya tapi saat melihat bagaimana adik elo sekarang, gue mendadak goyah. Alea kelihatan masih sangat belia, cantik dan membuat banyak cowok susah untuk tidak meliriknya.”
“Jangan gentar dong, Bro. Masa sudah begini jauh elo mendadak mau mundur ?”
Yudha langsung menoleh dan tatapannya terlihat tegas.
“Siapa yang mau mundur ? Gue nggak percaya diri tapi bukan berarti menyerah !”
Benni kembali tergelak bahkan sampai menahan perutnya melihat kelakuan Yudha tidak jauh berbeda dengan Alea, labil dan emosinya pasang surut seperti air laut.
Jangan menyerah, Yud, semua hanya masalah waktu. Gue yakin elo bisa membuat adik gue jatuh cinta dan bucin sama elo.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
ficano
ceritanya bagus, bikin penasaran. ditunggu kelanjutannya kak
2024-06-13
4