Pagi-pagi sekali Alea sudah sampai di sekolah. Dia menolak perintah kedua kakaknya untuk bolos karena masih ada Yudha dan keluarganya menginap di rumah. Bahkan Alea sengaja berangkat sebelum Yudha keluar dari kamar mandi dengan niat ingin mengantarnya.
Kelas masih sepi. Alea duduk di kursi paling belakang lalu merebahkan kepalanya di atas meja berbantalkan lengan.
Suasana sedikit berbeda sejak tidak ada Prita karena di antara mereka berlima, Prita yang paling bawel dan berani. Prita juga lebih perhatian dan bisa diajak tukar pikiran, tidak pernah ragu memberikan masukan dan nasehat bahkan mencela Alea saat bekeluh kesah soal ketiga kakaknya.
Alea sudah bersahabat dengan Prita sejak kelas 8 dan kedua orangtua mereka juga saling kenal, itu sebabnya ketiga kakak Alea sangat mempercayai Prita.
Tiba-tiba Alea teringat dengan kejadian hampir 4 bulan yang lalu saat Prita tanpa pemberitahuan mengajaknya pergi ke pesta ulangtahun ke-17 teman dari sekolah lain. Soal ijin, Prita memang jagonya dan sangat dipercaya ketiga kakak Alea terutama Barry.
Alea tidak menduga kalau Prita malah membawanya ke sebuah club. Rasanya tidak nyaman untuk Alea karena ia tidak suka dengan suara musik yang hingar bingar dan berada di dalam ruangan yang cenderung remang-remang didominasi lampu warna warni yang berkedip-kedip.
“Mau ngapain kita di sini ? Katanya pesta tujuhbelasan tapi yang datang kayak om-om dan tante-tante ? Memangnya kita bisa masuk kalau belum punya KTP ?”
Prita tertawa mendengar celotehan Alea.
“Elo lupa siapa gue ? Elo pikir gimana caranya kita bisa naik kemari kalau nggak dikasih ? Jangan norak gitu dong ! Sekali-sekali elo boleh jadi anak nakal juga, buat pengetahuan aja biar nggak dibilang kampungan. Lagian nggak kita doang yang begini, banyak teman kita di sekolah juga pernah nyobain yang namanya clubbing.”
“Tapi gue nggak suka dengan musik beginian, Ta. Berisik ! Gue mau balik aja, sendiri nggak apa-apa. Gue naik taksi biru biar lebih aman.”
“Eh nggak bisa !” Prita menahan lengan Alea yang ingin kembali ke lift. “Bisa-bisa elo nggak dikasih keluar lagi gara-gara nggak pulang sama gue.”
“Gue bisa cari alasan.”
“Jangan gitu dong ! Lagian tujuan gue ngajak elo kemari karena ada Dion.”
“Dion ?” Prita mengangguk.
“Gue berhasil ditemui sama Dion terus gue bilang ke dia kalau elo mau kenalan. Gue udah kasih foto elo juga dan ternyata respon Dion sangat positif, dia pingin kenalan juga sama elo..”
“Di sini ? Kenapa nggak di cafe dekat sekolah aja ? Gue mabok, Ta. Mau ngomong aja musti teriak-teriak terus lampunya merah kuning biru gitu kayak lampu lalu lintas korslet, bikin pusing.”
Prita tertawa melihat Alea merenggut dan tetap ingin pergi meskipun ia sudah menyebut nama Dion.
“Ayolah Al, sebentar aja. Dion sengaja nyuruh gue ajak elo kemari, mungkin sekalian dia mau nembak elo di depan teman-temannya.”
“Jangan ngaco deh ! Lebay banget sih ! Kenalan aja belum udah mau nembak. Biar gue suka sama dia, gue nggak bakalan mau terima kalau dia sampai nembak sekarang meskipun di depan teman-temannya.”
“Ya udah nanti gue bilangin Dion supaya kenalan dulu aja sama elo. Sebentat laja Al, please.”
Alea tidak tega saat Prita memohon sambil menangkup kedua tangannya. Alea tidak mau mengecewakan sahabatnya yang sudah bersusah payah minta ijin dan membawanya kemari plus membuat Dion bersedia berkenalan dengannya.
“Janji sebentar aja ya ! Kepala gue beneran pusing gara-gara lampu sama berisik.”
“Promise dear.” Prita membentuk jarinya seperti huruf V.
Apa yang dikatakan sahabatnya memang betul. Ternyata Dion sudah duduk di salah satu meja dengan 5 orang temannya, 3 laki-laki dan 2 perempuan.
Penampilan mereka nggak seperti anak 18 tahun, dan soal bagaimana caranya mereka ada di sini, Alea juga tidak paham dan tidak mau tahu.
Prita menyapa Dion dan teman-temannya seperti sudah lama kenal.
“Di, kenalin ini yang namanya Alea.”
Dion beranjak dan mengulurkan tangannya mengajak Alea bersalaman.
“”Hai, aku Dion. Senang akhirnya bisa ketemu langsung sama kamu dan ternyata beneran imut sesuai yang Prita omongin.”
Alea tersenyum canggung sambil menyalami tangan Dion. Pria itu mulai mengeluarkan jurus tebar pesonanya apalagi saat merasakan telapak tangan Alea mulai dingin.
Dion yang awalnya hanya berniat iseng dan ingin tahu seperti apa sosok Alea yang menurut Prita seorang gadis yang polos dan penurut, mulai menunjukkan rasa tertariknya.
Wajah Alea yang manis tanpa polesan make up terlihat menarik apalagi saat malu-malu dan canggung seperti sekarang.
“Duduk yuk !”
Alea mengangguk dan duduk persis di sebelah Dion sedangkan Prita duduk di antara teman Dion yang bernama Rudi dan Angel.
Obrolan mulai mengalir tapi Alea hanya menjadi peserta pasif, ia menjawab saat ditanya, tidak bawel seperti saat bersama teman-temannya.
Gadis itu terlihat ragu-ragu saat Dion menyodorkan gelas minuman meski sudah dipastikan kalau isinya tidak mengandung alkohol. Alea ingat pesan ketiga kakaknya untuk tidak sembarangan minum pemberian orang.
Dion hanya tersenyum saat Alea masih belum mau meneguk minumannya tapi tidak menolak saat disodorkan potongan kentang goreng yang dipesan untuk dinikmati bersama.
Sekitar satu jam kemudian, Prita meninggalkan meja entah mau kemana dan tidak mengijinkan Alea ikut meski sahabatnya terlihat tidak nyaman ditinggal karena merasa belum nyambung ngobrol dengan Dion dan teman-temannya.
Sudah limabelas menit berlalu tapi Prita belum kembali dan Alea tambah gelisah karena waktu sudah mendekati jam 9 malam. Sejujurnya Alea mulai kelaparan karena sejak tadi hanya berani makan kentang goreng tanpa menyentuh minuman.
“Mau kemana ?” tanya Dion saat Alea beranjak dari tempat duduknya.
“Mau cari Prita, gue harus pulang sekarang.”
“Kalau begitu gue yang antar aja. Tadi Prita bilang dia lagi ketemu sama temannya dan agak lama jadi dia titip pesan supaya gue yang mengantar elo pulang.”
“Kapan Prita bilang ke elo ?” Dahi Alea langsung berkerut-kerut dan ia pun memeriksa handphonenya, tidak ada pesan masuk dari Prita.
“Dia kirim wa ke nomor gue.”
“Coba lihat !”
“Nggak percayaan banget sih ! Udah gue antar pulang aja, aman langsung sampai tujuan.”
“Sorry nggak bisa. Kakak gue tahunya pergi sama Prita dan sudah keharusan dia yang musti antar gue pulang juga.”
“Bilang aja elo pulang naik taksi online dan Prita ketiduran jadi elo nggak tega bangunin dia.”
Deg !
Hati Alea langsung tidak enak saat mendengar Dion mudahnya menyusun cerita bohong dengan lancar. Kalau begini ada kemungkinan Dion biasa berbohong dan Alea mendadak ragu-ragu meneruskan rasa sukanya pada cowok ini.
“Ayo katanya nggak mau malam-malam !”
“Gue ke toilet dulu.”
Alea bekelit sebelum tangan Dion memegangnya dan bergegas menuju lorong yang bertuliskan toilet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ternyata Prita bukan lah cewek baik2,Malah dia ngejebak Alea sama Dion..Pasti Peita menghilang karna lagi wik wik sama pacarnya,Wah parah Prita..
2024-09-16
0
Devi Nurdianti
💪💪💪
2024-06-13
3