Sebelum jam 5 pagi Alea sudah mulai sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk Benni dan Bara serta ketiga tamu yang ternyata menginap di rumahnya sampai hari Selasa.
Mama Kinasih dan Yunita tidur di bekas kamar orangtua Alea sedangkan Yudha memilih tidur di kamar Benni menggunakan kasur lipat meski sudah ditawarkan tidur di kamar Barry yang sudah lama tidak digunakan pemiliknya.
“Selamat pagi Alea.”
“Aduh !”
Saking kagetnya karena sedang asyik memotong daging ayam, tidak sengaja Alea malah melukai jari telunjuknya.
Dengan sigap Yudha langsung meraih jemari Alea dan menyalakan keran air untuk membersihkan luka.
“Maaf aku membuatmu kaget,” ujar Yudha dengan wajah bersalah sambil memperhatikan Alea yang sesekali meringis menahan perih saat pria itu mengobati lukanya.
“Nggak apa-apa, aku juga yang ceroboh.”
Wajah Alea sedikit merona karena perlakuan manis Yudha tapi jantungnya baik-baik saja, tidak ada debaran yang membuat Alea jadi salah tingkah.
“Tidak usah repot-repot masak, kami bertiga tidak terlalu pilih-pilih soal makanan. Rencananya pagi ini aku mau beli bubur dekat taman, sudah lama nggak makan di sana. Semoga tukang buburnya masih jualan.”
“Masih kok.”
“Mau temani aku ke sana sekalian kita jalan pagi ?”
Alea tampak ragu dan melirik bahan makanan yang sudah dikeluarkan dari kulkas.
“Nanti kita lanjut masak untuk makan siang,” ujar Yudha yang langsung menangkap keraguan Alea.
“Kita ?”
“Iya, kita. Aku juga bisa masak.”
“Yakin ?” Yudha tertawa melihat ekspresi wajah Alea.
“Buktikan sendiri nanti, sekarang temani aku olahraga pagi. Kamu ganti baju, aku bereskan dapur.”
Yudha mendorong kedua bahu Alea supaya menjauh dari dapur dan entah kenapa gadis itu langsung menurut.
Yudha tersenyum menatap calon istrinya sedang setengah berlari menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2.
Yudha berdoa semoga perbedaan usia yang cukup jauh tidak menjadi kendala pernikahan mereka bahkan ia berharap Alea bisa cepat menerimanya sebagai suami dan mencintai Yudha sebagai pria dewasa, bukan sekedar pengganti ketiga kakak laki-lakinya.
**
“Kok tahu ada tukang bubur di sini ?”
Alea menoleh karena Yudha tidak langsung menjawab. Sejak keluar rumah sampai tiba di taman, pria itu tidak banyak bicara membuat suasana sedikit canggung karena Alea tidak tahu mencari topik pembicaraan apa.
“Mas Yudha !” Alea menepuk bahu calon suaminya yang terkejut karena ternyata sedang melamun.
“Eh iya. Ada apa ?”
“Mas Yudha kenapa ?”
Yudha menggeleng sambil tersenyum, tidak mungkin ia bicara jujur pada Alea kalau mendadak ia kehilangan rasa percaya diri begitu melihat penampilan Alea dalam balutan celana training selutut dan kaos oblong warna pink bergambar ala remaja.
Alea kelihatan masih sangat belia bahkan cenderung seperti anak-anak apalagi tinggi badannya tidak sampai 160 cm. Gadis itu tampil sederhana, tanpa polesan make up bahkan rambutnya hanya dikuncir ekor kuda dengan karet berbahan katun biasa namun itulah yang menjadi daya tariknya.
Tidak aneh kalau semakin dewasa, banyak pria yang mencoba mendekati Alea dan menginginkannya lebih dari sekedar teman.
“Mas Yudha kenapa ?” Alea kembali mengulangi pertanyaannya karena Yudha masih diam sambil menatapnya.
“Nggak apa-apa, hanya berpikir sudah lama juga aku nggak kemari. Kalau nggak salah terakhir masih kuliah, pas liburan semester 4.”
“Aku kira bengong karena kesambet penunggu rumah,” ledek Alea sambil tertawa.
Jantung Yudha langsung berdebar karena Alea semakin mempesona saat tertawa lepas, tidak kaku dan canggung seperti kemarin saat mereka baru saja bertemu.
“Tuh tukang buburnya. Mas Yudha mau makan atau olahraga dulu ? Enaknya sih olahraga dulu, kan habis makan nggak boleh melakukan aktivitas berat.”
Yudha masih saja tersenyum dengan raut wajah bahagia apalagi mendengar celoteh Alea yang bertanya sekaligus menjawab.
“Kita pesan saja dulu biar nggak kehabisan.”
Tanpa permisi, Yudha menggandeng jemari Alea membuat gadis itu terkejut sampai matanya membola tapi Alea diam saja karena tidak ingin membuat Yudha dan dirinya malah jadi tontonan orang-orang yang mulai berdatangan.
Ternyata Yudha memang kenal baik dengan tukang bubur yang sudah lama berjualan di taman. Bapak yang sudah beruban itu langsung menyapa Yudha dan keduanya berbincang seperti teman lama.
Diam-diam Alea berusaha melepaskan tangannya tapi pria itu malah semakin kuat menggenggamnya.
“Bukannya ini Neng Alea adiknya Mas Benni ?” sapa istri tukang bubur.
“Betul banget Bu,” Yudha langsung menjawab. “Dan Alea ini…”
“Yudha ?”
Belum sempat Yudha menyelesaikan kalimatnya, seorang perempuan memanggil namanya.
“Apa kabarnya ? Sudah lama nggak main kemari.”
Perempuan itu menghampiri Yudha dan Alea. Wajahnya cantik dan pakaiannya cukup seksi meski masih normal untuk olahraga.
Yudha sempat melirik Alea yang masih berdiri di sampingnya. Kelihatannya Ales tidak menunjukkan rasa cemburu sedikit pun malah terlihat biasa-biasa saja membuat Yudha tersenyum kecut.
“Baik. Hilda ya ?” Perempuan itu mengangguk dengan senyuman merekah.
Mata Hikda sempat melirik tangan Yudha yang masih menggandeng Alea tapi bukannya sungkan, Hilda malah semakin tertantang untuk membuat Alea kesal kalau perlu meninggalkan Yudha sekalian.
“Kamu adiknya Benni ya ?”
“Iya, dia adiknya Benni.”
Alea menghela nafas karena lagi-lagi Yudha yang menjadi juru bicaranya. Alea menyipitkan mata, mencoba mengingat wanita yang dipanggil Hilda itu. Seingat Alea, perempuan ini pernah satu sekolah dengan Bara, tapi berapa usianya, Alea tidak paham.
“Kamu lagi nginap di rumah Benni ?” tanya Hilda tanpa peduli dengan Alea.
“Iya.”
“Kalau begitu nanti sore aku mampir ke rumah Benni biar bisa ngobrol-ngobrol sama kalian bertiga kayak dulu.”
Yudha langsung menoleh ke arah Alea yang terlihat masih tetap biasa-biasa saja meski gadis itu enggan bertatapan dengan Hilda.
Yudha sedikit kecewa dan ingin memanfaatkan Hilda untuk menguji perasaan Alea tapi perempuan di depannya ini termasuk mahluk berbahaya yang agresif.
Sudah lama Hilda mengejar Yudha bahkan tidak peduli saat Yudha menolaknya dengan alasan sudah memiliki kekasih waktu kuliah.
“Maaf aku tidak bisa. Kedatanganku ke Jakarta bukan liburan tapi melamar calon istri, sebentar lagi aku akan menikah.”
Hilda menyipitkan matanya, mencoba menelisik ekspresi Yudha apakah sedang berbohong atau serius dengan ucapannya.
“Beneran atau cuma alasan untuk menghindariku seperti yang lalu ? Dengan kekasihmu itu ?”
“Aku serius, Hil. Calon istriku….”
“Alea !”
Lagi-lagi niat Yudha ingin memberitahu soal siapa Alea tertunda.
“Dion,” desis Alea.
Wajah Yudha langsung berubah kesal saat mendengar mulut Alea menyebutkan nama cowok itu sampai menghela nafas panjang untuk meredam emosinya. Kehadiran Hilda dan Dion merusak rencana Yudha yang ingin pendekatan dengan Alea pagi ini.
Tidak akan kubiarkan kamu mendekati calon istriku apalagi merebutnya ! Ya Tuhan, berikan aku sedikit keberuntungan pagi ini. Kenapa semuanya jadi kacau begini ? doa Yudha dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Yeezzz akhirnya..Kita liat siapa yg kebakaran jenggot...😂😂😂
2024-09-16
0
Qaisaa Nazarudin
BODOH..Keputusan yg salah,Alea aja merasa terpaksa nikah sama kamu,Jangan sampai Alea menjadikan ini alasannya mengagalkan pernikahan kalian..
2024-09-16
0
Qaisaa Nazarudin
Kan ku bilang juga apa,Belom juga nikah udah mulai nongol aja si ulet...🤣🤣🤣
2024-09-16
0