Permainan Takdir
**"Aku tidak butuh anak perempuan! Yang aku inginkan seorang putra. Apa kamu mengerti?"
Kalimat yang menggelegar di kesunyian malam itu mampu menciutkan hati siapa saja yang mendengarnya. Tidak terkecuali hati seorang anak yang sedang berdiri dalam balutan selimut tebalnya.**
Drtt... Drtt.... Drtt....
Getaran dari ponsel itu mampu menghenyakkan tidur sekaligus memotong mimpi buruk si empunya.
Sambil mengusap keringat dingin di dahinya akibat mimpinya tadi, diraihnya ponsel yang tak jauh dari bantalnya.
"Hmm.. Hallo!" Dengan enggan dijawabnya panggilan yang entah keberapa kalinya itu.
"Mey, jangan bilang loe belum bangun!" Teriakan seseorang yang dikenalnya itu cukup untuk membuat seorang Meydina terlonjak dari kantuknya.
Tut, tut... Ponselpun ditutupnya sepihak.
"Aarrrghh!" Dengan kesal kedua tangannya mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan itu. Menyadari sudah hampir terlambat, setengah berlari ia menuju kamar mandi dan akan bersiap di hari pertamanya bekerja.
"Mey, cepetan dong! Bisa telat nih," masih setia dengan teriakannya, Rendy yang semula berniat menunggu didalam mobilpun akhirnya bergegas masuk juga kedalam rumah sahabatnya itu.
"Dasar tarzan. Loe pikir ini di hutan? dari tadi teriak-teriak. Lagian yaa yang mau kerja itu gue, kok jadi loe yang heboh." Meydina yang sedang berjalan sambil kedua tangan mengikat rambutnya kebelakang itupun menghampiri Rendy.
"Ye, khusus hari ini kan gue jadi supir loe, kalo loe terlambat gue nggak mau tanggung jawab," ucap Rendy dengan nada kesal.
"Idih, siapa juga yang mau minta tanggung jawab dari loe?" dijawabnya ketus ucapan Rendy sambil mengerutkan dahinya.
"Udah, udah, nggak boleh gitu Mey. Terima kasih lho nak Rendy sudah mau ngantar Mey." Seorang wanita yang masih terlihat cantik diusianya yang sudah tak muda lagi datang menghampiri dengan segelas susu hangat di tangannya.
Rendy hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Cantiknya anak ibu." Ucapnya lagi sambil menatap anak gadisnya dengan senyuman tersungging di bibirnya.
Senyuman manis yang mungkin melebihi manisnya susu hangat yang sudah berpindah tangan bahkan sudah habis di minum Meydina.
"Terima kasih, Bu. Muach." Di kecupnya pipi sang ibu sambil mengembalikan gelas yang sudah kosong. Setelah berpamitan, mereka pun berangkat.
Di perjalanan...
Sambil memegang kemudinya, sesekali sudut mata Rendy mengarah pada seseorang di sampingnya.
Ya, seorang gadis yang telah dikenalnya sejak di sekolah menengah itu tampak berbeda hari ini. Dia yang biasanya terlihat cuek bahkan terkesan asal-asalan dengan penampilannya, hari ini terlihat sangat anggun.
Dengan polesan make-up yang natural, lipstik pink muda yang tipis, berpadu dengan setelan kemeja putih dan rok hitam selutut terlihat sangat pas dikenakan nya, walaupun memang sangat sederhana.
Mengingat jeda waktu dari dia bangun tidur sampai sudah bersiap itu tidak lebih dari 15 menit, entah tadi dia mandi atau tidak, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Di sisi lain, Meydina terlihat gelisah. Sesekali ia menarik-menarik kecil ujung rok nya, atau sekedar memukul-mukul pelan lututnya dengan tangan yang terkepal.
"Kenapa, loe? Grogi?" tanya Rendy yang sedari tadi menahan senyum melihat tingkah sahabatnya itu.
"He..he.. Kok tumben ya, gue grogi." Meydina tersenyum kecut.
"Biasa aja kalee," dengan senyuman mengembang Rendy kembali fokus pada kemudinya.
Meydina mengalihkan perasaannya dengan melihat kesekitar di luar mobil yang mereka tumpangi.
Ya, memang hal yang biasa bila kemacetan terjadi di jam-jam keberangkatan kerja seperti saat ini. Dan itu sukses menambah grogi perasaannya.
"Masa iya gue telat di hari pertama kerja?" gumaman lirihnya seolah ditujukan untuk dirinya sendiri.
Diliriknya Rendy yang masih dengan senyumnya sedang menatap kedepan kemudi, entah apa yang membuatnya terlihat bahagia hari ini.
Andai tujuan mereka hari ini sama, sama-sama berangkat ke kampus, mungkin ia pun akan sangat bahagia.
Rendy memang beruntung, terlahir dalam keluarga berkecukupan membuatnya tak perlu khawatir tentang biaya kuliah. Sedangkan ia yang hanya lulusan SMU, harus mengubur dalam-dalam keinginan serta cita-citanya selama ini.
Bagaimana mungkin ia memaksakan untuk kuliah, sedangkan gaji yang diterima dari pekerjaannya beberapa tahun belakangan ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan juga ibunya.
Hatinya sudah bersyukur bisa menyelesaikan sekolah sampai akhir. Karena sepeninggal ayahnya, ia dan juga Anita ibunya harus bertahan dengan uang simpanan yang ada. Bahkan tak jarang ibunya menjual barang-barang berharga yang dimilikinya bila keadaan terdesak.
"Hai, Nona! Kita sudah sampai," goda Rendy yang sedari tadi sudah memperhatikannya yang sedang melamun. Berdiri di sampingnya sambil mengulurkan tangannya.
"Oke. Makasih ya udah mau anterin gue," dengan tersenyum disambutnya uluran tangan Rendy.
Berdiri berhadapan dengan satu lengan masih menggenggam tangan Meydina. Satu lengannya lagi mengusap pucuk kepala serta merapihkan poni gadis yang terlihat imut saat sedang merasa gugup.
"Sana masuk! Udah terlambat lho."
Seketika Meydina tersadar, dan berlari kecil meninggalkan Rendy. Ia menoleh kebelakang, melambaikan tangannya pada Rendy yang akan meninggalkannya sambil melangkah mundur.
Saat dilihatnya Rendy sudah berlalu, ia pun berbalik dan bersiap dengan tenaga full untuk berlari. Tiba-tiba...
Bugggh. Aahhh...
Tubuhnya terhuyung tak beraturan dan akhirnya terjatuh dengan posisi lututnya tersungkur.
Belum sempat dia berucap, laki-laki itu sudah berlalu meninggalkannya yang sedang meringis kesakitan. Tak ada yang membantunya berdiri, karena memang keadaan sekitar sudah sepi.
***
Di suatu ruangan...
Dengan perasaan kesal, dihempaskan tubuhnya pada kursi yang ada didekatnya. Hari ini mood nya sangat buruk. Dilemparnya berkas-berkas yang sudah tersusun rapi itu ke lantai hingga berserakan.
"Aarrgh. Sial!" umpatnya dengan penuh rasa kesal.
---------------
Kira-kira pekerjaan baru apa yang di dapat Meydina? Dan siapakah pria yang sedang marah itu?
😊
Hai, readers,, perkenalkan ini karya pertama author. Semoga kalian suka yaa...
Happy reading!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Mugi
gabut nih,,baca ulang lg ahh
2024-10-29
0
Ira Suryadi
Baca Ulang,,🤗
2024-05-10
0
vi
aq sukaaaa.... aq baca yg ke 3 kali nya thor
2023-02-15
0