Happy reading...
Dentuman musik yang memekakan telinga, suara-suara menggoda para wanita yang mengagumi, seolah menyambut kedatangan seorang pria yang berjalan tegap dengan sorot mata yang tajam di sebuah club ternama di jantung kota ini.
Setelah mengantar pulang kedua orang tuanya, ia hendak bertemu dengan teman-temannya di club ini. Sekedar untuk menghilangkan ketegangan yang dirasakannya sejak makan malam tadi.
Saat masuk ke ruangan VVIP yang terdapat di dalam club, matanya langsung di suguhkan pemandangan tiga orang pria dengan beberapa wanita di samping mereka, bahkan ada yang terduduk di pangkuan salah satu pria disana.
"Hai, Bro!" sapa seorang temannya.
Sambil menghampiri, tangannya terangkat sedikit sebagai jawaban.
"Rik, kenapa bos loe? Tampangnya lg badmood," ucapnya lagi.
Riky yang ditanya hanya menggeleng pelan sambil menuangkan minuman untuk pria tadi.
"Sukses, Bro?" tanya Riky pada teman sekaligus bosnya itu, yang tak lain adalah Maliek.
"Jangan-jangan loe hamilin anak orang ya? nggak keliatan bawa cewek tahu-tahu dah mau tunangan aja." Ucap Rafael teman yang menyapa dirinya tadi.
"Harusnya loe berguru dong sama kita ahlinya, walaupun sering keluar masuk tapi aman-aman aja, ya nggak Vin?" ujarnya membangga.
"Ahli apaan? Gitu aja bangga." Batin Riky.
Alvin yang mendengar namanya di sebut hanya menyeringaikan senyumnya. Dirinya memang tidak tertarik dengan hal-hal yang bukan urusannya. Ia sedang menikmati sentuhan, belaian, serta kecupan wanita yang mengelilinginya. Bahkan tangan serta bibirnya kini sedang sibuk mencumbu wanita yang berada di atas pangkuannya.
Maliek hanya memberikan ekspresi datar melihat hal itu, ia tidak tertarik dengan apa yang dilakukan kedua temannya yang memang dikenal casanova itu. Tidak juga pada dua wanita yang baru saja menghampirinya.
Walau mereka seorang model atau artis muda yang kecantikan serta kemolekan tubuhnya dapat menggoda iman setiap pria, bagi Maliek tak lebih seperti seorang ****** *******.
"Rik, jangan lupa loe urus apapun yang berhubungan dengan sekretaris baru gue, ya!" pinta Maliek.
"Sekretaris? emang udah ada?" Riky balik bertanya.
"Iya, mama minta Alya jadi sekretaris gue."
"Ok." Sahut Riky.
"Oh, nama calon loe Alya," ujar Rafael sambil mengangguk-angguk.
"Modus, Loe," tambahnya lagi.
"Asyik dong dari meja kerja bisa langsung naik ke atas ranjang," ucap Alvin menggoda, dan langsung diamini tawa renyah yang lainnya.
"Nggak laah, gue cuma malas aja denger rengekan mama," Maliek mulai merasa kesal. Diteguknya lagi minumannya sampai habis.
"Belum gue sanggupin pertunangan itu, makanya mama minta dia jadi sekertaris gue. Katanya biar bisa lebih saling mengenal," terang Maliek dengan malas.
Kedua wanita yang berada disampingnya hanya mampu menatap ciptaan Tuhan yang terpahat sempurna terpampang nyata di depan mata. Tidak seperti wanita lain yang sibuk menggoda, mereka hanya mampu menelan salivanya.
Bukan tak ingin menggoda, hanya saja mereka tidak ingin hidup mereka berakhir menderita. Siapapun di club itu tahu, seorang Maliek Putra Bramasta tidak suka ada yang menyentuh tanpa ijin darinya.
Bila ia murka, dengan kuasa yang dimilikinya sangat mudah untuk menghancurkan karir seseorang hingga kejurang kehancuran terdalam sekalipun.
--------------
Di dalam mobil yang dikemudikan Riky, Maliek terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Kehadiran Meydina di rumah keluarga Wira Atmadja saat makan malam tadi benar-benar mengganggu hati dan pikirannya.
Beberapa hari yang lalu...
"Menurut info yang gue terima, Kakek loe Nata Adisurya dengan Brata Adisurya itu bersaudara. Dan dia punya seorang putri bernama Anita, sepupu Ny. Resty. Mama loe," ujar Riky yang saat itu sedang memberi tahukan info yang di inginkan majikannya.
Maliek memang tidak mengetahui silsilah keluarga ibunya, selain kakek dan neneknya yang sudah tiada.
"Rik, menurut loe apa cuma kebetulan nama gadis itu sama dengan nama keluarga mama?"
"Bisa jadi cuma kebetulan. Bakalan beda ceritanya kalo anak Brata Adisurya itu laki-laki, ini kan anaknya perempuan. Kalau dia punya anak pasti ngambil nama keluarga suaminya," Riky menjelaskan.
Maliek pun memang berpikir demikian, mengingat nama yang di sandangnya bukan nama keluarga sang mama melainkan nama papanya, Bramasta.
Namun entah mengapa, pikirannya seakan tidak bisa lepas dari sosok yang membuatnya bersitegang beberapa hari yang lalu itu.
***
Di waktu yang hampir bersamaan, Meydina masih belum bisa terlelap dalam tidurnya. Padahal waktu sudah melewati tengah malam.
Berhadapan langsung untuk yang kedua kalinya, membuat jantungnya berdegup kencang tidak karuan, seolah ingin melompat dari tempatnya.
Setelah perdebatan mereka di hari pertama bekerja, tidak sekalipun mereka saling menyapa. Tentu saja selain kebiasaan para karyawan yang memberi hormat dan memberi salam bila berpapasan dengan CEO mereka.
Posisi kerjanya yang berada di lantai bawah, sangat jauh dari sang atasan yang ruangannya berada di tingkat paling atas gedung tempatnya bekerja. Dan memang tidak ada kepentingan yang mengharuskannya menemui sang CEO.
"Aaah, kenapa gue harus ketemu dia waktu itu?"
"Kenapa juga malam ini gue ketemu lagi sama dia?" ucapnya seakan menyesali.
"Berarti dia akan jadi kakak iparnya Rendy?"
Ada perasaan sedih menghinggap dihatinya saat terlintas pikiran itu. Tapi sudahlah. Mereka memang pasangan yang serasi, cantik dan tampan, juga sama-sama dari keluarga terpandang.
***
Karena masih hari libur, Meydina berencana membeli beberapa pasang baju untuknya bekerja.
Di temani Rendy, mereka berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan yang ada di kota tersebut. Langkahnya terhenti saat matanya menangkap sebuah baju dengan model casual yang menarik perhatiannya.
Saat hendak mengambil baju tersebut, tiba-tiba ada tangan yang sama menginginkan baju itu.
Keduanya saling menatap. Lalu dengan kasar gadis itu menarik baju tersebut hingga terlepas dari genggaman Meydina.
"Gue yang pertama lihat baju ini." Tegasnya.
"Tapi gue yang pertama pegang baju itu," balas Mey.
"Heeh, emang loe yakin bisa beli baju ini?" ucapnya dengan nada mengejek.
" Orang miskin seperti loe, sadar diri doong. So'-so' an belanja disini," ejeknya lagi. Di perhatikannya dari atas hingga ujung kaki gadis yang berdiri di hadapannya itu.
Tampilannya yang sangat sederhana, hanya mengenakan jeans dan kemeja yang warnanya terlihat sudah memudar. Hal mustahil bila ia bisa membeli baju di salah satu butik ternama di mall tersebut.
"Gue yang akan bayar baju itu."....
------------
Siapa ya kira-kira yang mau bayarin?
Ditunggu episode selanjutnya🤗
Hai, reader! Jangan lupa like👍 dan komennya yaa🙏🙏😊
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Sri Ningsih
paling rendy
2021-10-07
0
Hertjina Saselah
malik mungkin yg akan bayar baju maydina
2021-09-13
0
Mbah Edhok
sdh dilema ...?
2021-08-13
0