Single Mom
Silvana melenggang di karpet berwarna merah yang terhampar di depan sebuah gedung megah. Dengan pakaian yang cukup terbuka juga glamor menampakkan kulit mulus bersinar miliknya, ia melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Senyum Silvana terus terkembang seraya lampu flash dari kamera para wartawan mengarah kepadanya. Silvana pun memberikan beberapa pose terbaiknya di hadapan mereka.
Keriuhan juga terdengar dari para penggemar Silvana yang ada di sisi karpet merah itu. Mereka terus meneriakan namanya. Silvana melambai kepada mereka dan tersenyum menampilkan gigi-gigi putih sempurnanya. Mereka semakin menggila saat Silvana meniupkan sebuah kecup jauh kepada mereka.
Kemudian Silvana masuk ke dalam studio megah di mana acara penghargaan akan diselenggarakan. Silvana duduk di bangku paling depan dengan beberapa artis papan atas lainnya. Ia duduk dengan anggun dan menyapa beberapa publik figur yang duduk bersamanya.
"Sil, setelah jadi janda, gue lihat kok lo makin glowing aja," sapa seorang presenter terkenal.
"Kayaknya lo bakal menangin nominasi best actress deh," timpal salah satu artis lain, "secara film terbaru lo meledak di pasaran. Baru seminggu tayang di bioskop udah hampir empat juta aja penontonnya. Keren banget, selamat ya."
Dan masih banyak pujian-pujian lainnya. Silvana hanya membalas sekenanya, tidak ingin terlalu menggubris mereka. Dulu saat Silvana masih menjadi seorang pemain pendukung di beberapa sinetron televisi, mereka bahkan tak pernah menyapanya. Tapi saat Silvana berhasil menjadi pemeran utama dari sebuah film laris, baru mereka menyanjung Silvana.
Sungguh menyebalkan, pikir Silvana dalam hati.
"Paling juga orang-orang cuma penasaran pengen lihat lo gak pake baju di film itu."
Tiba-tiba sebuah suara ikut nimbrung dengan percakapan mereka. Saat Silvana menoleh, ia melihat Tesha, sang pemeran utama saat Silvana masih menjadi pemeran pendukung di sebuah sinetron yang pernah mereka lakoni bersama.
"Terus, gosip perceraian dia yang masih panas-panasnya, jelas jadi marketing tersendiri," imbuh Tesha.
Silvana menatapnya dingin tak peduli. "Lo iri? Bilang, Sayang."
Satu kalimat itu membuat wajahnya yang berias make up tebal itu menjadi merah padam. "Iri? Jangan sembarangan ya. Lo cuma figuran!"
"Iya, waktu itu gue emang figuran, gue gak lebih terkenal dari lo," timpal Silvana dengan tenang.
"Bagus kalau lo paham," Tesha terlihat begitu puas.
"Tapi sekarang kita beda level. Dulu gue di level satu, lo di level tiga. Dan sekarang, lo tetep di level tiga, dan gue ada di level sepuluh."
"Lo baru tenar sedikit juga udah..."
"Udah, udah. Acara udah mau mulai," lerai seseorang.
Silvana pun kembali duduk di kursinya dengan tenang sedangkan Tesha kembali ke kursinya yang berada sedikit agak dibelakang Silvana.
Acara pun dimulai. Acara penghargaan tahunan itu digelar untuk memberikan apresiasi tertinggi bagi insan perfilman di tanah air. Berbagai nominasi diumumkan dan pemenang satu persatu disebutkan. Mereka naik ke atas panggung sambil memamerkan pakaian hasil karya desainer terkenal yang melekat di tubuh mereka dan memberikan pidato kemenangan.
Silvana sendiri masuk ke beberapa nominasi, namun tidak berhasil memenangkannya. Silvana sempat melihat ke arah Tesha dan ia begitu puas saat nama Silvana tak keluar menjadi pemenangnya.
Hingga acara puncak pun tiba. Pengumuman untuk aktris terbaik, aktor terbaik, sutradara terbaik, dan penghargaan tertinggi bagi legenda dunia perfilman tanah air akan segera diumumkan.
Pembawa acara mulai memberikan kata-kata pengantar sebelum pengumuman pamungkas itu.
"Baik, sekarang kita akan lihat bersama-sama nominasi aktris terbaik tahun ini. Nominasinya adalah..."
Layar pun menampilkan beberapa aktris yang sudah berkecimpung di dunia perfilman dalam waktu yang cukup lama. Film-film mereka pun tak pernah sepi peminat. Namun ada satu aktris pendatang baru yang sedang naik daun yang baru satu film yang dilakoninya, namun namanya justru bertengger masuk ke dalam nominasi paling bergengsi itu. Aktris itu adalah Silvana.
"Penghargaan aktris terbaik tahun ini jatuh kepada..." pembaca nominasi membuka amplop dan menyebutkan sebuah nama, "Silvana Zevanya!"
Studio itu langsung bergemuruh dengan tepuk tangan yang meriah. Bahkan orang-orang memberikan standing applause ketika Silvana mulai berjalan menuju panggung. Ia memberikan sepatah dua patah katanya sambil memegang piala penghargaan aktris terbaik.
Silvana sendiri merasa ini menjadi sebuah pencapaian yang menjadi pelipur lara baginya. Setelah perceraiannya yang menghebohkan itu, ini menjadi semacam pembuktian bahwa Silvana masih mampu berdiri di kakinya sendiri. Walaupun harus bercerai dari seorang pengusaha kaya raya yang dijuluki crazy rich dari Surabaya, ia tidak hancur seperti yang diberitakan. Justru ia semakin terbang tinggi dengan kemampuannya sendiri.
Silvana Zevanya
***
"Kai, Kakak pengen apelnya. Kupasin dong," pinta Raisa dengan manjanya kepada sang adik. Ia tengah bersandar di sofa ruang tengah rumah orang tuanya sambil mengelus perut buncitnya. Matanya tertuju ke arah televisi, menyaksikan acara penghargaan yang disiarkan secara langsung.
"Siap kakakku," sahut seorang pria muda tampan rupawan, berwajah ramah dan menyejukkan hati. Rakai pun mulai berjalan menuju dapur untuk membawa pisau dan kemudian duduk kembali di samping sang kakak. Tangannya mulai sibuk mengupas apel.
"Ini yang kakak siapa, yang adik siapa."
Seorang wanita paruh baya datang ke ruang keluarga itu dengan membawa beberapa gorengan panas yang ia tata di sebuah piring, lalu diletakkannya di meja.
"Aku 'kan lagi hamil, Bu. Biarin dong manja dikit sama adik sendiri," gerutu Raisa.
"Manja sedikit apanya, kamu itu jadi manja banget sama adik kamu. Ngalahin manja kamu ke suami kamu. Untung kamu punya adiknya baik begini," timpal sang ibu.
"Abisnya Mas Rizky 'kan sibuk kerja terus. Jadi kalau gak ada dia, aku manja-manjanya sama Rakai aja. Daripada aku manja sama cowok lain?"
"Dasar kamu..."
"Jangan berisik, jangan berisik!" potong Raisa heboh. "Aku yakin aktris terbaik siapa tahun ini pasti Silvana!"
Raisa yang seorang pecinta film, tentu sangat menunggu acara penghargaan ini. Ia ingin tahu siapa yang akan memenangkan penghargaan tertinggi di acara bergengsi itu.
Sontak Raisa berteriak heboh saat nama Silvana Zevanya disebutkan. Ia sampai berjingkrak-jingkrak tanpa sadar saking senangnya.
"Kak, inget kakak lagi hamil!" tegur Rakai seraya mengajak Raisa untuk kembali duduk tenang. Ia mengusap perut sang kakak dengan tatapan galak, "ini ponakan aku kasihan, Kak, dibawa loncat-loncat gitu."
"Rai, bener-bener deh kamu, ugal-ugalannya gak berubah padahal lagi hamil besar gini."
"Jelas aku heboh. Aku tuh lagi ngefans banget sama dia! Silvana lagi terkenal banget sekarang, Bu. Setuju banget dia dapet penghargaan itu! Pasti dia viral lagi deh di tiktok," ucap Raisa masih dengan hebohnya.
"Emang siapa Silvana itu sih?" tanya Yanti kepada putri sulungnya seraya mencomot sebuah pisang goreng dan memakannya.
"Silvana yang main film yang kemarin aku tonton sama Rakai, Bu. Ibu sih gak ikut, padahal filmnya bagus banget. Padahal itu film pertamanya dia tapi langsung booming sebooming-boomingnya!"
"Oh yang ada di iklan shampo itu ya?"
Raisa mengangguk semangat, "iklan shampo, minuman berkolagen, aplikasi booking hotel, sama make up yang suka ibu pake tuh, itu brand ambassadornya Silvana Zevanya, Bu."
"Oh yang itu, menang dia? Wah artis bagus berarti. Bukannya dia baru cerai juga ya sama suaminya?"
"Iya, untung cepet dicerain. Silvana gak butuh cowok red flag kayak gitu. Dia sendiri juga bisa dapet uang banyak. Iri banget sama Silvana, perfect banget hidupnya sekarang. Cantik, kaya, independent woman, terkenal lagi. Artis berkualitas banget dia."
"Siapa bilang hidup sendiri hanya dengan uang banyak dan terkenal itu bahagia, siapa tahu di balik itu, Silvana justru kesepian."
Raisa mengambil sepotong apel yang Rakai sodorkan padanya dan memakannya, "gak mungkin. Silvana itu punya banyak fans, gak mungkin dia kesepian."
"Yah, semoga aja. Tapi yang jelas jadi orang terkenal itu gak enak. Enak juga jadi orang biasa kayak kita."
"Kalau menurut kamu gimana, Kai? Kemarin filmnya Silvana bagus, 'kan?" Raisa mengajak sang adik yang sejak tadi hanya menyimak seraya memotong apel untuk dimakan olehnya.
"Filmnya sih bagus," ujar Rakai akhirnya. "Tapi Silvana terlalu berani. Masa dia sampai tlnjg?" Rakai sampai memalingkan wajahnya saat menonton film itu, tak ingin melihat adegan di mana Silvana beradegan dewasa dengan lawan mainnya di film tersebut.
"Itu 'kan cuma acting, Kai. Silvana juga cuma ngelihatin punggungnya aja. Terus dia gak lebih dari ciuman."
"Tetep aja, Kak. Ciumannya gitu banget." Rakai menggelengkan kepalanya tak habis pikir ada orang yang berani melakukan itu hanya demi film.
"Iya sih. Tapi tetep aja dia actingnya bagus, filmnya juga, aduh mantap pokoknya. Bangga banget orang kita bisa bikin film sekeren itu. Katanya di Filipina, Singapura, Thailand dan Malaysia juga laris banget loh filmnya."
"Kalau Rakai jelas gak suka sama modelan artis kayak gitu. Adik kamu ini lebih suka sama perempuan lembut, sopan, calon ibu dan istri yang baik. Bener gak, Kai?" tanya Yanti yang sudah sangat paham selera sang anak bungsu.
"Iyalah, Bu. Yang sayang sama aku dan keluarga aku, bisa masak, bisa ngurusin rumah, itu udah cukup buat aku," ujar Rakai.
Memang ibunya ini sudah sangat mengenalnya. Keinginan Rakai tidak muluk-muluk soal perempuan. Ia hanya ingin seorang perempuan sederhana, baik hati dan keibuan agar bisa menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak.
Rakai Kian Arjuna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
范妮·廉姆
kericuhan ka?
2024-06-11
1