Bab 3: Bertemu Idola

Sore itu Mall sangat ramai. Orang-orang berbondong-bondong memadati area pusat Mall, di sana akan di adakan jumpa fans artis yang sedang naik daun, Silvana Zevanya.

Begitu juga Raisa, walaupun wanita yang nyaris berusia tiga puluh tahun itu tengah hamil besar, tak menyurutkan semangatnya untuk bertemu sang idola. Ia pun duduk di bangku penonton paling depan, bersama dengan sang adik.

Kedatangan kakak beradik itu langsung menyedot perhatian. Pasalnya tatapan-tatapan iri tertuju pada Rakai.

"Ya ampun, suaminya ganteng banget," komentar-komentar serupa terus terdengar saat keduanya duduk di bangku penonton.

"Tahu gak kenapa Kakak suka bawa kamu kalau pergi-pergi kayak gini?" Tanya Raisa.

Rakai dengan polosnya menggeleng, "enggak. Kenapa?"

"Kakak suka kalau cewek-cewek udah pada iri ngelihatin Kakak dan nyangkanya kamu suami Kakak," Raisa terkekeh tengil diikuti dengan delekan kesal Rakai.

Setelah menunggu beberapa menit, terlihat kehebohan dari sisi Mall. Rupanya Silvana sudah datang.

"Ya ampun, cantik banget, Kai!" teriak Raisa heboh. Ia segera membuka ponselnya dan merekam kedatangan sang idola. "Silvana bukan manusia, fix dia bidadari turun dari langit!"

Tatapan Rakai pun tertuju pada wanita tinggi semampai yang terlihat mencolok meskipun riasan dan pakaiannya lebih sederhana dibandingkan dengan pakaian yang dikenakannya di acara penghargaan itu. Rakai setuju, Silvana memang sangat cantik. Bahkan Rakai yang biasanya selalu menjaga pandangannya dari lawan jenis, seakan terhipnotis melihat keindahan makhluk di hadapannya itu.

Silvana duduk di sebuah kursi yang terletak di atas panggung dan membuka kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung sempurnanya. Wajahnya yang tadi terlihat angkuh saat memakai kacamata, seketika terlihat begitu ramah. Senyum cantiknya tersungging kepada semua fans yang ada di hadapannya.

"Ya ampun, Kakak meleleh, Kai! Cantik banget sih Silvana!" Raisa tak hentinya berteriak heboh.

"Kak, inget Kakak lagi hamil. Jangan terlalu heboh gitu, nanti kalau tiba-tiba berojol di sini gimana?" ujar Rakai panik.

Namun Raisa seakan tak mendengar sang adik memperingatkannya, ia sibuk saja berteriak seraya merekam Silvana dan mengambil foto Silvana dari berbagai sisi.

Kemudian acara pun di mulai, di awali dengan pembukaan dan sepatah dua patah kata dari Silvana sendiri, kemudian diakhiri dengan berbarisnya para fans yang sudah memiliki tiket untuk bisa berhadapan langsung dengan Silvana. Mereka bisa memberikan sesuatu kepada Silvana, mengobrol beberapa saat, meminta tanda tangan, atau pun berfoto bersama Silvana.

Di tengah sesi itu, Silvana menangkap sosok Raisa yang tengah berbadan dua di antara barisan fans yang menunggu giliran mereka bertemu dengan Silvana. Silvana meminta seorang staff untuk mendahulukan Raisa. Sontak Raisa pun memekik kegirangan dan ia segera menghampiri Silvana.

"Halo, siapa namanya, Mbak?" tanya Silvana ramah.

Raisa begitu sumringah, "Silvana, jangan panggil 'mbak'. Panggil aku Raisa aja. Kita seumuran loh."

Silvana terkekeh seraya menandatangani sebuah buku berisi kumpulan foto miliknya yang dibawa oleh Raisa, "oh gitu. Boleh deh, aku panggil Raisa ya. Udah berapa bulan hamilnya, Rai?"

"Delapan bulan, Sil." Saking hebohnya karena bisa berbicara seakrab ini dengan idolanya, ia memukul-mukul lengan Rakai. Rakai hanya pasrah menjadi sasaran kegemasan sang kakak.

"Ya ampun, bentar lagi dong lahirannya? Semoga lancar ya," ucap Silvana tulus seraya menyerahkan buku kumpulan foto itu kepada Raisa. Silvana menyadari ada sosok Rakai di samping Raisa, "beruntung banget kamu,  suaminya sampai siaga gini nemenin kamu jumpa fans."

"Bukan, Sil. Ini adik aku, namanya Rakai. Dia baru dapet gelar sarjana kedokterannya loh. Full beasiswa, lagi mau lanjutin co-ass dia, adik aku ini kebanggaan keluarga besar aku," terang Raisa tanpa henti. "Rakai ini adik kesayangan aku banget, Sil. Kamu lihat 'kan dia ganteng banget? Bukan cuma luarnya doang loh, dia juga anak yang baik, berbakti sama orang tua, gak pernah ngecewain orang tua dari kecil. Pokoknya calon dokter sukses!"

Rakai hanya bisa tersenyum malu atas sikap sang kakak.

"Kelihatan kok, dia mau anterin kakaknya begini itu udah jarang dilakuin sama cowok-cowok zaman sekarang," puji Silvana.

Diam-diam, tatapan Rakai terpaku pada sang idola. Entah mengapa, Rakai mulai memahami kenapa Raisa mengidolakan perempuan cantik di hadapannya ini. Silvana sangat ramah, dia juga dengan sabar mendengarkan penggemarnya padahal semua itu tidaklah penting baginya.

Setelah itu, waktu Raisa bertemu Silvana sudah habis. Mereka sempat berfoto bersama lalu, Raisa dan Rakai pun turun dari panggung dan membiarkan Silvana bertemu dengan fansnya yang lain.

Di dalam mobil, Raisa terus menatap layar ponselnya. "Mimpi apa Kakak semalem bisa ketemu Silvana, Kai! Dia bahkan ngelus perut Kakak!"

Rakai hanya menggeleng tak habis pikir pada sikap sang kakak yang masih saja kekanakan, padahal usianya tujuh tahun lebih tua darinya.

"De, kamu nanti harus secantik Silvana ya. Soalnya perut Bunda udah dielus-elus sama Silvana," ucap Raisa gemas seraya mengelus perutnya.

"Ramah juga, jangan cuma cantiknya aja, Kak," celetuk Rakai.

"Jadi kamu setuju 'kan berarti kalau Silvana cantik dan ramah?" Raisa begitu senang karena sang adik mengakui bahwa idolanya memang seorang perempuan yang layak dikagumi. "Baik banget 'kan dia tadi?"

"Iya sih, dia baik dan ramah," Rakai mengiyakan seadanya seraya fokus menyetir. "Oh iya, kak aku jadi ya besok lusa ke Bangkok."

"Jadi liburannya?" tanya Raisa.

"Jadi dong, nanti seudah co-ass aku udah bakal sibuk. Jadi sekarang aja mumpung ada waktu beberapa hari."

"Tapi serius kamu mau solo traveling? Kenapa gak ngajak temen kamu gitu siapa, Rio atau Fahmi?"

"Sendiri ajalah. Aku 'kan udah sering solo traveling gini."

"Apa serunya coba jalan-jalan sendirian? Jalan-jalan tuh seru kalau banyakan."

"Seru, Kak. Kita jadi bisa fokus sama apa yang pengen kita lakuin, terus bebas aja jadinya."

"Ya udah, terserah. Tapi hati-hati ya, takutnya ada apa-apa kamu gak ada temen gitu. Apalagi ini ke luar negeri," Raisa memang kurang setuju dengan hobi sang adik ini.

***

Silvana baru saja tiba di sebuah kamar hotel di Kota Bangkok. Beberapa orang pegawai hotel sibuk membawakan beberapa koper milik Silvana. Femi sibuk memberikan instruksi kepada orang-orang itu untuk membawa koper-koper Silvana ke dalam salah satu kamar di presidential room itu.

Silvana duduk di sofa, mencoba merasa nyaman dan melepaskan rasa lelah yang dirasakannya. Kemudian beberapa saat hanya ada Silvana dengan Femi. Silvana memang tidak suka jika terlalu banyak staff berada di sekelilingnya.

"Bentar lagi kita meeting sama sutradara dan produsernya. Nyantei dulu," Femi mengingatkan jadwal selanjutnya untuk Silvana seraya menjatuhkan diri pada sofa di dekatnya.

"Okay," sahut Silvana seraya menyandarkan kepalanya dan berniat untuk tertidur beberapa menit saja.

Semenjak kembali ke dunia hiburan dan berhasil membintangi film yang sukses laku di pasaran, kegiatan Silvana memang menjadi semakin padat. Jadwal dan tawaran job terus berdatangan padanya, termasuk tawaran membintangi drama Thailand yang akhirnya Silvana putuskan untuk menerimanya.

"Yah, meetingnya dipending katanya, Sil," ujar Femi seraya menatap ponselnya.

"Kenapa?" tanya Silvana tanpa membuka matanya.

"Produser filmnya lagi hamil 'kan, dia lagi mabok-maboknya katanya."

"Bukannya dia belum nikah ya?" tanya Silvana yang sempat mencari tahu latar belakang calon rekan kerjanya itu.

"Lo bukan tinggal di Indonesia. Di sini udah sering yang begitu, hamil tanpa nikah dan cuma pacaran terus tinggal bareng. Udah lumrah di sini, Sil. Tapi kasus si produser ini agak beda, soalnya dia hamil karena dia donor sprma."

Sontak Silvana membuka matanya, "donor sprma?"

"Iya. Dia pengen punya anak tanpa nikah, akhirnya mutusin buat donor sprma," terang Femi.

Melihat Silvana terdiam terpaku dengan tatapan seperti sedang memikirkan sesuatu, membuat Femi kebingungan, "lo kenapa?"

"Gimana caranya?" tanya Silvana dengan antusias.

"Cara apa maksudnya?"

"Iya itu, gimana prosedurnya supaya bisa hamil dengan cara nerima donor sprma?"

Terpopuler

Comments

🌜💖Wanda💕🌛

🌜💖Wanda💕🌛

Lanjuuttt.... up nya

2024-06-08

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Artis Papan Atas
2 Bab 2: Menerima Pernyataan Cinta
3 Bab 3: Bertemu Idola
4 Bab 4: Perempuan Bernama Anna
5 Bab 5: One Night Stand
6 Bab 6: Prinsip yang Dilanggar
7 Bab 7: Kembali Bertemu
8 Bab 8: Membuat Rakai Mendekat
9 Bab 9: Itu Kamu 'kan?
10 Bab 10: Satu-satunya Pilihan
11 Bab 11: Calon Suami-Istri
12 Bab 12: Satu Bulan Saja
13 Bab 13: Mendekat
14 Bab 14: Laki-laki Polos
15 Bab 15: Kesedihan Silvana
16 Bab 16: Keanehan Rakai
17 Bab 17: Akan Tanggung Jawab
18 Bab 18: Bertemu Luka
19 Bab 19: Saya akan Nikahin Kamu
20 Bab 20: Rencana
21 Bab 21: Ada Apa Sebenarnya?
22 Bab 22: Kata-kata Dingin
23 Bab 23: Anggap Rakai Tak Pernah Ada
24 Bab 24: Kecurigaan
25 Bab 25: Kepercayaan yang Hilang
26 Bab 26: Pewaris Triandono Group
27 Bab 27: Bertemu
28 Bab 28: Rindu yang Teramat
29 Bab 29: Cinta yang Ditutupi
30 Bab 30: Ternyata Benar
31 Bab 31: Katakan, Nak
32 Bab 32: Terluka
33 Bab 33: Aku Bukan Keledai Bodoh
34 Bab 34: Tawaran Tak Terduga
35 Bab 35: Jangan Pura-pura Lagi
36 Bab 36: Trauma Itu
37 Bab 37: Tak Punya Hak
38 Bab 38: Setitik Keberanian
39 Bab 39: Namanya Rakai
40 Bab 40: Terperangah
41 Bab 41: Diskusi Keluarga
42 Bab 42: Melamar
43 Bab 43: Menikah(end)
44 Epilog
45 Ekstra 1: Miss Rania, I Love You
46 Ekstra 2: Selingkuh itu Indah
47 Ekstra 3: The Bad Boy and His Nanny
48 Ekstra 4: Marry Me, Dev
49 Ekstra 5: Mengejar Cinta Nabila
50 Ekstra 6: Wanita Rahasia Daddy Zach
51 Ekstra 7: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1: Artis Papan Atas
2
Bab 2: Menerima Pernyataan Cinta
3
Bab 3: Bertemu Idola
4
Bab 4: Perempuan Bernama Anna
5
Bab 5: One Night Stand
6
Bab 6: Prinsip yang Dilanggar
7
Bab 7: Kembali Bertemu
8
Bab 8: Membuat Rakai Mendekat
9
Bab 9: Itu Kamu 'kan?
10
Bab 10: Satu-satunya Pilihan
11
Bab 11: Calon Suami-Istri
12
Bab 12: Satu Bulan Saja
13
Bab 13: Mendekat
14
Bab 14: Laki-laki Polos
15
Bab 15: Kesedihan Silvana
16
Bab 16: Keanehan Rakai
17
Bab 17: Akan Tanggung Jawab
18
Bab 18: Bertemu Luka
19
Bab 19: Saya akan Nikahin Kamu
20
Bab 20: Rencana
21
Bab 21: Ada Apa Sebenarnya?
22
Bab 22: Kata-kata Dingin
23
Bab 23: Anggap Rakai Tak Pernah Ada
24
Bab 24: Kecurigaan
25
Bab 25: Kepercayaan yang Hilang
26
Bab 26: Pewaris Triandono Group
27
Bab 27: Bertemu
28
Bab 28: Rindu yang Teramat
29
Bab 29: Cinta yang Ditutupi
30
Bab 30: Ternyata Benar
31
Bab 31: Katakan, Nak
32
Bab 32: Terluka
33
Bab 33: Aku Bukan Keledai Bodoh
34
Bab 34: Tawaran Tak Terduga
35
Bab 35: Jangan Pura-pura Lagi
36
Bab 36: Trauma Itu
37
Bab 37: Tak Punya Hak
38
Bab 38: Setitik Keberanian
39
Bab 39: Namanya Rakai
40
Bab 40: Terperangah
41
Bab 41: Diskusi Keluarga
42
Bab 42: Melamar
43
Bab 43: Menikah(end)
44
Epilog
45
Ekstra 1: Miss Rania, I Love You
46
Ekstra 2: Selingkuh itu Indah
47
Ekstra 3: The Bad Boy and His Nanny
48
Ekstra 4: Marry Me, Dev
49
Ekstra 5: Mengejar Cinta Nabila
50
Ekstra 6: Wanita Rahasia Daddy Zach
51
Ekstra 7: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!