Bab 5: One Night Stand

Sebelumnya...

Silvana menyimpan ponselnya dan mengusap wajahnya merasa frustasi.

"Jalan-jalan dulu kali ya," gumamnya. "Siapa tahu ketemu cowok perfect luar dalem yang bisa hamilin gue." Saking frustasinya, saking berambisinya, Silvana mengatakan itu seakan hal yang dikatakannya bukan sesuatu yang aneh.

Segera ia mengetik pesan pada Femi, mengabarkan bahwa ia akan keluar untuk berjalan-jalan.

Balasan femi: hati-hati, lo udah terkenal bahkan di Thailand, Sil. Jangan lupa tadi gimana orang-orang menuhin bandara buat ketemu sama lo. Jangan sampai orang-orang nyadar sama kehadiran lo. Entar gue bilang sama staff biar ada yang ngikutin lo.

Silvana tahu itu. Maka dari itu, ia menggunakan hoodie berwarna hijau botol, lengkap dengan kacamata dan masker. Setelah yakin penampilannya tak akan dikenali, ia pergi ke sebuah pasar malam yang menjajakan banyak street food khas Thailand.

Makanan-makanan itu begitu menggugah selera, tapi Silvana tak bisa memakannya karena itu artinya ia harus membuka maskernya dan beresiko untuk dikenali oleh orang-orang. Selain itu, Silvana tidak mau jika harus berada di gym berjam-jam setelah ini untuk membakar semua kalori di tubuhnya. Maka semua makanan-makanan itu hanya ia nikmati dalam bentuk aromanya saja.

Saat tengah asyik melihat orang-orang dan segala macam street food khas kota Bangkok, tak sengaja ia melihat seorang pria dengan kaus putih polos dan celana pendek selutut, tengah membantu seorang wanita tua menyeberang jalan dengan membawa dua kantong besar yang isinya entah apa. Mereka berjalan tepat ke arah Silvana.

"Rasanya gue pernah lihat cowok itu. Tapi di mana ya?" Silvana bermonolog.

"Terima kasih, Nak," ujar wanita tua itu dengan bahasa setempat.

"Sama-sama, Bu," sahut pria itu dengan bahasa Inggris. "Ibu mau kemana? Biar saya antar. Ini berat sekali."

Wanita tua itu sempat menolak, namun si pria muda sedikit memaksa dan akhirnya wanita tua itu mengizinkan pria itu membantunya.

Diam-diam Silvana mengikuti mereka. Ia masih penasaran, ia ingat pernah melihat pria itu. Isi kepalanya pun sibuk mencari tahu siapa pria itu.

Setelah cukup jauh mereka tiba di sebuah pertokoan. Silvana sendiri berdiri agak jauh agar mereka tak menyadari bahwa Silvana mengikuti mereka.

Si pria muda meletakkan dua kantong besar itu ke dalam toko. Si wanita tua sempat menyodorkan sejumlah uang, namun pria muda itu menolaknya dengan halus. Wajahnya tersenyum ramah sekali dan terlihat begitu hormat pada wanita itu. Bahkan ia merogoh tas gendongnya dan memberikan si wanita tua itu sebotol air minum dan tisu.

Wanita tua itu duduk di bangku depan tokonya dan mengobrol sesaat dengan pria muda itu. Si pria muda pun berjongkok dan memegang pergelangan tangan si wanita tua seperti sedang mengecek nadinya.

Kemudian wajah si pria muda berubah sedikit cemas. Ia mengeluarkan kertas dan pulpen dari tasnya lalu menuliskan sesuatu, kemudian ia berikan kepada wanita itu.

Setelah itu ia pamit dan pergi dari toko, diam-diam Silvana mengikutinya lagi. Ia berjalan tak jauh di belakang si pria muda yang terus berjalan dengan memotret berbagai hal dengan kamera miliknya.

Sampai akhirnya Silvana ingat, pria muda itu adalah adik dari salah satu fansnya. Silvana yakin itu adalah adik yang sangat dibangga-banggakan oleh fansnya tersebut. Seorang calon dokter penerima beasiswa yang sangat berbakti kepada orang tua dan juga kakaknya. Namun namanya siapa, Silvana lupa. Ia memang tak pintar dalam mengingat nama seseorang.

Setelah berhasil mengingat siapa pria itu, entah mengapa di dalam hati Silvana seperti ada perasaan yang mengatakan: ini dia.

'Dia baik dan ganteng. Kalau dia sampai bisa nerima beasiswa kedokteran, berarti dia juga jenius dong? Mujur banget gue ketemu sama dia di sini!' pekiknya dalam hati.

Silvana sudah menyingkirkan pemikirannya tentang donor sprma karena hal itu terlalu banyak resikonya. Sebagai gantinya ia mulai berambisi, 'Gue pengen punya anak, tanpa pacaran, tanpa nikah. Tapi gue gak mau punya anak dari sembarang cowok. Gue mau benih kualitas terbaik dan ngelahirin anak sesempurna gue. Dan sekarang gue tahu, cuma cowok itu yang bisa ngewujudin mimpi gue itu," tekadnya dalam hati.

Hanya pria terbaik yang Silvana inginkan untuk bisa membuatnya hamil. Dan sejauh ini, sejauh ia mengenal banyak pria, hanya satu pria yang sempurna nyaris tanpa cacat, yaitu pria yang sedang ia ikuti ini. Tentu itu baru kesan pertama, untuk lebih dalam dan memastikan apakah pria itu adalah pria yang tepat, minimal sekali, Silvana harus bisa mengobrol dengan pria itu maka setelah itu ia bisa memutuskan.

Beruntung pria itu duduk di sebuah kursi setelah memesan makanan. Segera Silvana duduk di samping pria itu dan mengajak pria itu berkenalan, dan akhirnya Silvana ingat nama pria itu adalah Rakai.

Silvana sendiri memperkenalkan dirinya dengan nama kecilnya, Anna, nama yang sudah sangat jarang diketahui oleh orang-orang kecuali kedua orang tuanya.

Dari obrolan itu, Silvana bisa menilai bahwa Rakai adalah seorang pria yang baik dan ramah. Wawasannya pun luas. Ia mengetahui banyak hal. Ia juga sangat pintar membangun suasana nyaman. Ia sangat sayang kepada keluarganya, dan juga rendah hati.

Dan setelah cukup lama mengobrol, semakin mengenal Rakai, Silvana pun semakin yakin. Rakai adalah pria yang tepat, ia adalah pria yang sempurna baik fisik dan hatinya yang selama ini ia cari-cari.

Ambisi Silvana semakin kuat menyeruak, 'gue harus hamil anaknya Rakai. Malam ini juga.'

Kemudian Silvana pun mulai menjalankan misinya. Ia pamit untuk membeli minuman. Sambil melihat minumannya diracik oleh sang pembuat minuman, Silvana berpikir keras bagaimana caranya ia bisa melakukan itu dengan Rakai malam ini? Ia tak boleh melewatkan kesempatan ini.

Lalu sang penjual minuman tiba-tiba menyeletuk dalam bahasa Inggris yang seadanya bercampur logat Thailand yang khas, "apa anda mau saya mencampur minumannya dengan ini? Ini bisa membuat pria incaran anda itu tahan sampai beberapa ronde loh."

"Maksudnya?" Silvana cukup terkejut tengan penawaran tak terduga itu.

"Saya sejak tadi melihat anda mengobrol dengan asyiknya dengan pria itu. Ayolah ajak dia bermalam dan bersenang-senang. Saya punya penginapan tak jauh dari sini, saya akan beri sarapan gratis esok hari. Bagaimana?"

Silvana memekik girang dalam hati. Mungkin jika dalam situasi biasa, Silvana akan menolak tawaran frontal seperti itu. Mungkin ia akan mengumpat tak habis pikir, "Thailand beneran negara ed4n, gak tahu adab, gak beretika! Gue mau beli minuman boba loh ini, bukan minuman beralkohol. Tapi dengan santuynya itu si mangnya malah nawarin obat gituan, sepaket pula sama kamarnya. Beneran 'sakit' orang-orang di sini."

Namun yang terjadi justru Silvana merasa riang bukan kepalang. Si penjual yang tidak waras itu justru membukakan jalan untuknya bisa mendapatkan benih milik Rakai.

Dengan yakin Silvana menjawab, "saya minta yang paling tokcer ya! Juga kamar yang paling kedap suara!"

Setelah itu terjadilah akal bulus Silvana yang akhirnya merenggut keperjakaan Rakai dalam keadaan tanpa penerangan sedikitpun.

Silvana sendiri pergi setelah itu. Ia meninggalkan pria lugu yang masih terbaring lemas tak berbusana di lantai kamar mandi.

Dalam perjalanan pulang, Silvana pun bermonolog dengan hati riang, "Rakai, makasih banyak, ya. Lo udah kasih gue hadiah paling besar dalam hidup gue. Gue gak akan ngelupain semua bantuan lo ini."

Saat matahari sudah cukup tinggi, Rakai mulai mengerang bangun, rupanya ia ketiduran setelah kejadian itu. Saat kesadarannya terkumpul, sontak ia bangkit dan melihat ke arah bawah tubuhnya, ia berteriak saking terkejutnya karena melihat bendanya yang bebas tanpa pelindung.

Tatapannya nanar melihat ke sekeliling, tak ada tanda-tanda kehadiran Anna. Rakai berharap apa yang terjadi hanya bunga tidur dan sama sekali bukan sesuatu yang nyata.

Namun ia melihat sebuah ikat rambut tergeletak di lantai kamar mandi. Ikat rambut yang membuatnya membukakan pintu kamar mandi untuk Anna, di saat dirinya tak terkendali dan akhirnya menyentuh wanita yang tak dikenalnya itu. Bahkan wajah Anna seperti apa, Rakai tidak tahu.

Rakai menjambak rambutnya yang tidak berdosa, dan mengumpat dengan frustasinya, "apa yang udah lo lakuin, Kai?!"

Terpopuler

Comments

🌜💖Wanda💕🌛

🌜💖Wanda💕🌛

kak author up donk....

2024-06-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Artis Papan Atas
2 Bab 2: Menerima Pernyataan Cinta
3 Bab 3: Bertemu Idola
4 Bab 4: Perempuan Bernama Anna
5 Bab 5: One Night Stand
6 Bab 6: Prinsip yang Dilanggar
7 Bab 7: Kembali Bertemu
8 Bab 8: Membuat Rakai Mendekat
9 Bab 9: Itu Kamu 'kan?
10 Bab 10: Satu-satunya Pilihan
11 Bab 11: Calon Suami-Istri
12 Bab 12: Satu Bulan Saja
13 Bab 13: Mendekat
14 Bab 14: Laki-laki Polos
15 Bab 15: Kesedihan Silvana
16 Bab 16: Keanehan Rakai
17 Bab 17: Akan Tanggung Jawab
18 Bab 18: Bertemu Luka
19 Bab 19: Saya akan Nikahin Kamu
20 Bab 20: Rencana
21 Bab 21: Ada Apa Sebenarnya?
22 Bab 22: Kata-kata Dingin
23 Bab 23: Anggap Rakai Tak Pernah Ada
24 Bab 24: Kecurigaan
25 Bab 25: Kepercayaan yang Hilang
26 Bab 26: Pewaris Triandono Group
27 Bab 27: Bertemu
28 Bab 28: Rindu yang Teramat
29 Bab 29: Cinta yang Ditutupi
30 Bab 30: Ternyata Benar
31 Bab 31: Katakan, Nak
32 Bab 32: Terluka
33 Bab 33: Aku Bukan Keledai Bodoh
34 Bab 34: Tawaran Tak Terduga
35 Bab 35: Jangan Pura-pura Lagi
36 Bab 36: Trauma Itu
37 Bab 37: Tak Punya Hak
38 Bab 38: Setitik Keberanian
39 Bab 39: Namanya Rakai
40 Bab 40: Terperangah
41 Bab 41: Diskusi Keluarga
42 Bab 42: Melamar
43 Bab 43: Menikah(end)
44 Epilog
45 Ekstra 1: Miss Rania, I Love You
46 Ekstra 2: Selingkuh itu Indah
47 Ekstra 3: The Bad Boy and His Nanny
48 Ekstra 4: Marry Me, Dev
49 Ekstra 5: Mengejar Cinta Nabila
50 Ekstra 6: Wanita Rahasia Daddy Zach
51 Ekstra 7: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1: Artis Papan Atas
2
Bab 2: Menerima Pernyataan Cinta
3
Bab 3: Bertemu Idola
4
Bab 4: Perempuan Bernama Anna
5
Bab 5: One Night Stand
6
Bab 6: Prinsip yang Dilanggar
7
Bab 7: Kembali Bertemu
8
Bab 8: Membuat Rakai Mendekat
9
Bab 9: Itu Kamu 'kan?
10
Bab 10: Satu-satunya Pilihan
11
Bab 11: Calon Suami-Istri
12
Bab 12: Satu Bulan Saja
13
Bab 13: Mendekat
14
Bab 14: Laki-laki Polos
15
Bab 15: Kesedihan Silvana
16
Bab 16: Keanehan Rakai
17
Bab 17: Akan Tanggung Jawab
18
Bab 18: Bertemu Luka
19
Bab 19: Saya akan Nikahin Kamu
20
Bab 20: Rencana
21
Bab 21: Ada Apa Sebenarnya?
22
Bab 22: Kata-kata Dingin
23
Bab 23: Anggap Rakai Tak Pernah Ada
24
Bab 24: Kecurigaan
25
Bab 25: Kepercayaan yang Hilang
26
Bab 26: Pewaris Triandono Group
27
Bab 27: Bertemu
28
Bab 28: Rindu yang Teramat
29
Bab 29: Cinta yang Ditutupi
30
Bab 30: Ternyata Benar
31
Bab 31: Katakan, Nak
32
Bab 32: Terluka
33
Bab 33: Aku Bukan Keledai Bodoh
34
Bab 34: Tawaran Tak Terduga
35
Bab 35: Jangan Pura-pura Lagi
36
Bab 36: Trauma Itu
37
Bab 37: Tak Punya Hak
38
Bab 38: Setitik Keberanian
39
Bab 39: Namanya Rakai
40
Bab 40: Terperangah
41
Bab 41: Diskusi Keluarga
42
Bab 42: Melamar
43
Bab 43: Menikah(end)
44
Epilog
45
Ekstra 1: Miss Rania, I Love You
46
Ekstra 2: Selingkuh itu Indah
47
Ekstra 3: The Bad Boy and His Nanny
48
Ekstra 4: Marry Me, Dev
49
Ekstra 5: Mengejar Cinta Nabila
50
Ekstra 6: Wanita Rahasia Daddy Zach
51
Ekstra 7: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!