Jodoh Tak Terduga

Jodoh Tak Terduga

bab 1 adu mulut anak dan orang tua.

"Tidak!!"terdengar suara teriakan yang sangat keras dari mulut seorang wanita cantik. Wajah wanita itu terlihat emosi. Sedangkan kedua orang tuanya duduk di hadapan wanita itu.

"Pokoknya Mama ingin kamu segera menikah secepat nya, oke!!" teriak wanita yang berusia 50 tahun itu.

"Kenapa sih mah harus cepat-cepat menikah! Eon kan masih ingin fokus di karir mah," suara Cleona sedikit meninggi.

"Terus katanya kamu itu sudah punya pacar, kenapa sampai saat ini belum dikenalin sama mamah dan papa?" tanya Maria dengan tatapan menyelidiki menyelidiki.

"Tapi kami punya komitmen, kami menikah 1 tahun lagi mah, nanti setelah kami siap menikah, baru dikenalin sama mama," jawab Cleona.

"Eon, kami ingin segera menimang cucu dari kamu, masa usia kamu mendekati 30 belum juga mau menikah," papahnya Cleona akhirnya angkat bicara.

mata Cleona langsung mendelik.

"Lho kan Cika sudah memberikan kalian cucu, terus kenapa aku harus dituntut? pokoknya Eon satu tahun lagi menikah," tukas Eon.

"memang susah pah bicara dengan anak yang keras kepala, yang Mama inginkan anak pertama mamah itu cepat menikah, Cika adikmu tidak sebandel kamu," terlihat Maria langsung mendengus kesal.

akhirnya Edward sang papa bicara lemah lembut.

"Eon, kalau kamu memang punya calon suami, tolong kenalkan sama kami, kalau tidak, kami sudah mempunyai calon untuk kamu," ujar Edward lebih lembut.

"no,no, no memangnya ini zaman Siti Nurbaya pah, masa sih Eon mau dijodohkan," tukas Eon cepat.

" Kalau tidak dijodohkan, kamu nanti akan menjomblo seterusnya!" suara Maria naik 1 oktaf.

"idih, kok mamah bicaranya seperti itu sih, padahal, pokoknya Eon akan menikah tahun depan, tidak pakai titik ataupun koma," Eon langsung bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar.

Edward dan Maria terlihat menghela nafasnya.

namaku Cleona Sagara, anak dari pasangan Edward Smith dengan Maria Aurora. Aku anak pertama dari pasangan orang tua itu. Adikku yang usianya beda 2 tahun sudah menikah dan mempunyai satu orang anak. Cika menikah di usia 24 tahun. Anaknya berusia 2 tahun, aku memang dilangkahi oleh adik aku sendiri tapi tidak jadi masalah bagi aku. tapi penghuni rumah ini selalu memanggil namaku dengan panggilan "Eon". Kekasihku yang paling menyukai nama panggilan itu. Kami memang keturunan blasteran Indonesia Belanda, mamah aku juga sama. tapi kami lama tinggal di Indonesia. Jadi aslinya kami orang Indonesia, karena aku dilahirkan di Indonesia, kecuali namaku agak sedikit ke barat-baratan begitu pula dengan nama kedua orang tuaku.

Usiaku sekarang 28 tahun, Cika adikku berusia 26 tahun. Kalau Cika sekeluarga datang sudah tentu rumah ini ramai. apalagi mama dan papa selalu mengajak cucunya yang menggemaskan itu.

aku memang sengaja menunda pernikahanku karena sebentar lagi aku akan diangkat menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan. sedangkan adikku Cika, sudah bekerja di kantor instansi pemerintahan yang satu kantor dengan suaminya.

Itulah sedikit cerita tentang diriku juga keluargaku.

" Pah, tolong bilang sama teman papah itu, secepatnya kita jodohkan anak kita, Mama khawatir nanti Eon terlambat menikah bagaimana, sudah dilangkahi sama adiknya, nikahnya terlambat, Mama kan malu sama teman-teman mama," ujar Maria yang belum beranjak dari tempat duduknya.

"Iya, nanti papa bicara sama Norman, biar dipertemukan anak kita dengan anaknya, papa juga khawatir mah, seandainya Eon terlambat menikah gimana, usia kita makin lama makin menua, papa ingin menyaksikan Eon menikah dulu sebelum tuhan memanggilku," suara Edward terdengar parau.

Maria itu memeluk suaminya dan mengusapnya dengan lembut.

"Sabar ya pah, emang anak kita yang satu ini bandel banget juga keras kepala, tapi mah yakin hati Eon itu baik," ujar Maria dengan lemah lembut.

"Iya mah, kita harus ekstra sabar menghadapi sikap Eon seperti itu, jadi orang tua benar-benar harus menjadi orang tua yang bijaksana," Edward selalu mengelus punggung istrinya.

Sedangkan di kamar Cleona tampak berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Tak air matanya menetes.

"Kenapa harus ada perjodohan, Mama dan papa selalu saja memaksakan kehendaknya tanpa mengerti perasaan aku," guman Eon dalam hati.

"Apa aku harus bicara sama Arga tentang perjodohan ini?" tanya Eon dalam dalam hati.

Air mata pun meleleh di pipi Eon.

Keesokan harinya saat sarapan pagi, terlihat mata Eon sedikit sembab, mungkin karena sepanjang malam tadi menangis.

"Nanti pulang kerja jangan kemana-mana, ada temen papah mau datang, pokoknya mamah tidak mau tahu, kamu harus pulang secepatnya," ujar Maria sambil meletakkan cangkir teh panas.

"Eon sepertinya lembur mah hari ini banyak," ucap Eon sambil meraih sendok.

"Jangan banyak alasan kamu, pokoknya mama tidak mau tahu jam 07.00 harus sudah ada di rumah," suara Maria terdengar sangat tegas.

lagi-lagi Eon bibirnya langsung terangkat sebelah.

"iya mah, iya," akhirnya Eon menjawab karena tidak ingin terjadi keributan dengan mamahnya.

"Nah gitu dong nggak usah banyak pakai drama, ingat jam 07.00 harus ada di rumah, pokoknya mama tidak mau tahu," ucapan Maria memang tidak bisa ditolak lagi.

Sementara Edward papa masih asik menikmati nasi goreng pete bikinan istrinya.

Selesai sarapan pagi, Eon langsung pamit berangkat ke kantor, tidak lupa mencium tangan kedua orang tuanya. Walaupun hatinya sedang kecewa sama mama dan papanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!