"Bu Eon, dipanggil sama bos!" seperti biasa Yuli berteriak memanggilku. pernah kerja aku di kantor ini. Bergegas aku bangkit dari tempat duduk lalu berjalan ke arah ruangan bos. Setelah di depan pintu ruangan bos, aku lalu mengetuk pintu dengan pelan-pelan.
"Masuk!" terdengar suara bos menyuruh masuk.
klik... pintu ruangan bos aku buka dan terlihat si tampan bos sedang duduk di atas kursi kerjanya.
"Duduk"perintah sang bos sambil menoleh ke arahku.
"Besok kamu diangkat di perusahaan cabang menjadi seorang direktur, perusahaan itu berada di kota Bandung, kamu siap-siap saja ya," ucap sang CEO itu yang tak lain adalah sahabatku sendiri.
Aku duduk terdiam, entah apa yang harus aku lakukan saat ini, sedangkan kedua orang tuaku meminta aku untuk segera menikah. Bahkan nanti sore aku dilarang ke mana-mana, karena aku mau dipertemukan dengan orang tua pria yang akan dijodohkan denganku.
"Apa harus besok aku berangkat Luna?" aku bertanya sama bos aku.
"Memangnya mau kamu kapan? tahun depan Eon? kamu jangan bikin pusing aku deh, tumben kamu seperti ini? biasanya juga kamu suka antusias aku suruh tugas ke mana-mana," ucap sahabatku itu.
"Oke, baiklah, jam berapa aku berangkat?" tanya aku sambil sedikit batuk, karena tenggorokanku sedikit kering.
"Dari sini kamu jam 08.00 pagi, biar nanti sopir yang antar kamu pergi ke Bandung, kalau kamu mau naik si cepat yang sedang viral itu sepertinya nggak mungkin, ya kan harus pesan dulu tiket, gue juga ikut," jawab Luna sahabatku.
"Oke, sudah hanya itu yang kamu sampaikan? gue kembali ke ruangan," tanya aku karena tidak ingin lama-lama di ruangan sahabatku.
" Ah, biasanya loe suka lama-lama di ruangan ini kan? kenapa sekarang pingin balik ke ruangan? tuh ada makanan di kulkas, bila perlu menghangatkan dulu di pantry," telunjuk sahabatku menunjuk ke arah tempat pendingin makanan.
"Males, sorry gue lagi nggak mood makan," bergegas aku bangkit dari tempat dudukku, dan keluar dari ruangan sahabatku ini.
Tiba di ruangan aku langsung menghempaskan bokong ku di atas kursi kerja yang empuk, aku menghela nafas dalam-dalam, benar saja besok aku harus ikut Luna ke Bandung, aku ditugaskan untuk memegang perusahaan yang ada di kota itu. Jabatan ku naik sebagai seorang direktur di perusahaan sahabatku sendiri.
"Bu Eon, ini yang harus anda tanda tangan," ucap Vivi sekretarisku yang centil. Vivi memberikan berkas berwarna biru dan langsung diletakkan di hadapanku.
"Bu Eon jadi besok berangkat kan?" tanya Vivi.
Aku lantas menatap ke arah wajahnya.
"Lho, memangnya kamu sudah tahu?" aku balik nanya.
Vivi tertawa kecil.
"Tahu dong, kan bu Luna disuruh bikin berkas sama aku, ketika aku cek lewat file ternyata berkas itu pengangkatan Ibu menjadi direktur di perusahaan yang ada di Bandung," jawab Vivi yang terlihat mencomot permen di atas mejaku.
"Selamat ya Bu Eon, semoga betah tinggal di sana, cuma jujur saja, Vivi merasa kehilangan pimpinan sebaik Bu Eon," terdengar suara Vivi serak.
Aku langsung menatap sekretaris aku, rupanya hatinya sedih berpisah denganku.
" Tenang saja Vi, toh kita masih bisa berkirim pesan lewat aplikasi, Ibu juga tidak akan melupakan kamu," ucapku terharu, benar tidak menyangka Vivi akan kehilangan aku.
" Sejujurnya, Vivi tahu dari minggu lalu kalau ibu akan dimutasi ke perusahaan di Bandung dan diangkat menjadi direktur, tapi jujur saja Bu bos kita yang menyuruh kami untuk diam," Ujar Vivi lalu duduk di hadapanku.
Aku langsung tercekat, lantas aku mengangkat wajahku, kupandangi sekretaris aku, Lalu aku tersenyum.
"Terima kasih ya Vi, atas kerjasamanya selama ini, aku akan merindukan kamu, kamu adalah teman sekaligus partner kerjaku yang paling baik selama di perusahaan ini, aku sangat kehilangan kamu, tapi harus bagaimana lagi berusaha di Bandung membutuhkan aku, nanti kalau aku balik ke Jakarta, kita pasti akan bertemu," aku sedikit menyerocos di depan Vivi.
"Pokoknya, kalau Ibu balik ke Jakarta, hubungi Vivi, awas jangan lupa ya Bu, kalau begitu, Vivi permisi ya Bu," kulihat sekretaris aku beranjak dari tempat duduk, lalu bergegas keluar karena masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
aku menyandarkan tubuhku di kursi kerjaku, aku lantas memejamkan mata dan pikiranku melayang kekasihku yang saat ini sedang bekerja juga. Arga Winata nama kekasihku, dia orangnya pendiam, banyak yang memuji ketampanan dia, aku kenal dia baru 1 tahun, Dan sampai detik ini aku belum pernah bertemu dengan orang tua Arga. saking sibuknya pekerjaanku, hingga aku tidak ada waktu untuk berkunjung ke rumah orang tua Arga. Dan untungnya Arga tidak menuntut aku untuk bertemu dengan orang tuanya, begitu pula sebaliknya, aku menuntut Arga untuk bertemu dengan orang tuaku. Kami sama-sama disibukan oleh pekerjaan kami.
Aku kembali teringat masa-masa pertemuan dengan Arga yang menjadi kekasihku sekarang ini.
Flashback on
"Eon!!!!!" seperti biasa aku mendengar teriakan Luna di pagi hari ini, Luna itu tidak suka menghubungi aku lewat telepon atau berkirim pesan, dia itu suka memanggil aku berteriak-teriak di depan pintu ruangannya, sedang sebenarnya bikin kesel aku, karena dengan sikap dia semua karyawan memandang tajam ke arahku. Bergegas aku keluar dari ruangan yang kebetulan berada di tangan dia.
"Apaan sih loe, teriak-teriak begitu, aku malu kan," ucapku setelah mendekat.
"Ikut dengan aku nanti jam 10.00, ada meeting dengan perusahaan Ardi Wilaga. mereka mengundang makan siang sekaligus membicarakan kerjasama dengan perusahaan kita, gue tidak mau tahu ya, loe harus ikut, titik, tidak pakai koma," jawab Luna tegas.
Aku cuma menghela nafasku, lalu ku anggukkan kepalaku. Luna kembali masuk ke dalam ruangannya. aku membalikkan badanku dan kembali ke ruangan aku juga.
Tepat jam 10, aku, Luna juga Vivi berangkat ke sebuah restoran yang cukup terkenal untuk bertemu dengan klien perusahaan Luna. Oh, aku hampir lupa, nama perusahaan sahabatku, Luna'i internasional yang bergerak di bidang garmen. Luna'i itu sebenarnya singkatan dari keluarga sahabatku itu. Perusahaan saat ini sedang berkembang pesat, banyak orderan yang memakai jasa garmen kami untuk memproduksi baju-baju dari para pembeli, bahkan dari luar negeri banyak sekali yang memesan order sama kami. Aku sebagai manajer produksi saat ini. Luna mempercayakan produksi pakaian sama aku karena sesuai dengan pendidikan aku yang saat kuliah mengambil jurusan mode.
" Duh, kok gue deg-degan ya, rasanya gimana gitu, perusahaan Ardi Wilaga itu perusahaan besar loh," ucap Luna.
Aku dan Vivi terdiam lalu saling berpandangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Guillotine
Ngga nyangka! Keren abis!
2024-06-11
1