Kami tiga tiba di sebuah restoran yang cukup mewah. Sang sopir lalu memarkirkan, kami langsung keluar dari mobil, berjalan ke arah lobi restoran. Vivi langsung bergegas bertanya sama resepsionis.
"Oh dari perusahaan Ardi Wilaga ya? itu ruangan nomor 4 Bu, mereka sudah menunggu 5 menit yang lalu, silahkan masuk," jawab resepsionis itu setelah TV bertanya.
"Ruangan nomor 4 Bu," ujar Vivi sama Luna.
Luna berjalan di depan duluan kami mengekor dari belakang.
Tiba di depan ruangan itu, Luna langsung mengetuk pintu, terdengar suara orang dari dalam dan menyuruh kami masuk.
Ketika pintu ruangan terbuka, mataku terpana melihat sesosok pria yang begitu tampan di depan mataku. pria itu memandang ke arahku, dan aku langsung menundukkan kepalanya.
"Tatapan matanya sangat tajam bagaikan mata elang, duh tampan sekali pria," ucapku dalam hati.
Pria itu terus menatap aku tanpa berkedip sedikitpun. Bahkan saat dimulai, pria itu sesekali menoleh ke arahku.
Deg..... jantungku berdetak keras saat tatapan tajam menusuk ke dalam jantungku. Terasa panas dingin tubuh ini. Berkali-kali aku menundukkan kepala, untuk menghindari tatapan dia.
Sebelum selesai meeting, kami harus memperkenalkan diri masing-masing. Dari sanalah aku tahu, pria itu bernama Arga.
flashback off.
Jam 17.00, aku baru keluar dari kantor Luna'i internasional. Hari Luna meminta laporan harus segera dibereskan karena seperti biasa awal bulan akan segera datang. Otakku terasa sangat panas melihat berkas-berkas yang harus aku selesaikan. Dan tepat jam lima pekerjaanku sudah ku selesaikan dengan baik.
Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku untuk bertemu dengan arti mencurahkan segala isi hatiku. Ku ambil ponselku, kucari nomor pria yang mengisi hari-hariku selama setahun ini. Telepon bersambung, tapi tidak diangkat juga. Aku langsung menutup telepon karena tidak diangkat juga.
"Ada apa dengan dengan Mas Arga ya? kok dari tadi tidak diangkat terus sih? ke mana? tumben biasanya aku telepon langsung," aku terus bertanya-tanya di dalam hatiku.
Aku membelokkan mobilku menuju sebuah. Jiwa shoping aku kembali meronta-ronta. Dan aku benar-benar lupa dengan pesan mamaku agar segera cepat pulang. Tapi entah kenapa, hatiku menolak untuk bertemu dengan pria yang dijodohkan mamah aku.
Ting... ada pesan masuk ke dalam ponselku, kubiarkan dulu karena sebentar lagi mobil yang aku kemudikan, akan memasuki area parkir. Setelah mematikan mesin mobil aku, kuraih ponselku. Karena ada pesan yang masuk. Dan setelah kulihat ternyata Mas Arga yang mengirimkan pesan sama aku.
"Aku sedang kebingungan honey, aku benar-benar bingung saat ini, aku akan dijodohkan oleh kedua orang tuaku". Ku eja satu persatu pesan yang dikirimkan oleh orang yang aku cintai, dan langsung saja jantungku terasa meledak setelah selesai membaca pesan itu.
Jeder!!...... bagaikan petir di siang hari, tubuhku bergetar hebat, aku pegang dengan kuat kemudi mobil ini. Tak terasa air mataku meleleh, lalu aku menangis tersedu-sedu sambil menyembunyikan kedua wajahku di balik kemudi.
"Kenapa nasib kita sama Mas? kenapa kita sama-sama dijodohkan oleh orang kita, kenapa cinta kita tidak bisa bersatu, kenapa orang tua kita begitu tega Mas memisahkan cinta kita, akhhhhh," aku menjerit di dalam hatiku.
Bahuku terguncang, saking kuatnya aku menangis di dalam mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments