Bab 4

Aku masih duduk di dalam mobil, di area parkiran mall ini. Entahlah aku jadi malas keluar dari mobil dan niatku untuk shopping hilang lenyap sudah.

" Kenapa hatiku bisa sesakit, ya Allah tolonglah, apa yang harus aku lakukan saat, beginikah rasanya ditinggal cinta? perih, sedih, kecewa," aku terus berceloteh di dalam hatiku.

"Akhhhhh," Aku menjerit di dalam mobilku. Ku pegang kemudi dengan erat. Lalu aku menyandarkan punggungku di kursi mobil itu.

"Apakah harus sesakit ini? Bila ditinggal oleh orang yang kita cintai?" Aku terus saja bertanya di dalam hatiku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 malam, tak terasa hampir 1 jam lebih aku berada di parkiran di dalam mobilku. Lalu putuskan untuk pulang saja, hari sudah mulai gelap. Aku menyalakan mesin mobil ku injak gas dan aku langsung kembali ke rumah.

Tiba di rumah, keempat orang kulihat duduk menatap ke wajahku. dapat kalian bayangkan, bagaimana tatapan seorang terdakwa sama hakim. Apalagi melihat wajah mamah bagaikan singa lapar yang siap menerkam mangsanya.

"Duduk!!" mamah langsung to the point aja untuk menyuruh aku duduk.

Aku langsung berjalan, Lalu aku duduk di dekat papah.

"Kamu bisa menghargai kami sebagai orang tua? bisa nggak sih hidup kamu tidak menjengkelkan kami? bisa ingat apa yang mamah katakan?" Mamah terus saja menyerocos tanpa henti.

"Kalau kamu memang tidak mau menghargai kami ya sudah, kamu memang keras kepala Eon!" mamah langsung membentak.

"Mbak Eon habis dari mana sih? tadi kan temannya mama datang ke sini, hampir 2 jam menunggu Mbak Eon datang, tapi tidak muncul-muncul, ditelepon juga malah ponselnya nggak aktif," Cika adikku ikut bicara.

Terlihat dada mamah turun naik, mungkin nahan emosi dengan sikap aku yang seenaknya saja.

"Eon lupa mah," jawabku pelan.

"Apa? lupa? jangan kau cari-cari alasan, apakah mamah masih kurang mengingatkan kamu?" mamah langsung memotong cepat omonganku.

"Masa sih mbak Eon lupa?" tanya Cika sambil menautkan kedua alisnya heran.

"Kamu habis darimana Eon?" tanya sang papah sambil menatap anak sulungnya.

"papa sudah bilang kan tadi malam, ini akan datang calon mertua kamu untuk menemui kamu, tapi kenapa kamu datangnya terlambat sekali," suara papah terdengar melunak.

"Alah pah, sudahlah jangan lemah lembut begitu tegas saja, biar Eon itu ngerti," ketus mamah sambil mengibaskan tangannya ke udara.

"Maaf tadi aku banyak urusan, apalagi sekarang akhir bulan, udah tentu laporan awal bulan harus segera dipersiapkan dari sekarang," aku sengaja sedikit berbohong karena kalau dikatakan yang sesungguhnya, Mamah akan menyemprot aku habis-habisan.

"Kami menunggu kamu hampir 2 jam lebih, tanpa kabar berita apapun dari kamu, jujur saja hati kami kesal, karena kamu tidak bisa," ucap papah masih terdengar lemah lembut.

Aku menghela nafas panjang, aku memang salah karena jujur aku malas bertemu dengan calon ibu mertuaku sendiri. Satu tahun berhubungan dengan mas Arga, sampai saat ini aku belum bertemu dengan orang tuanya mas Arga. Entah kenapa, selalu saja ada kendala bila kami ingin bertemu.

"Maafkan Eon pah, Eon memang salah, saking sibuknya bekerja Eon benar-benar lupa," aku kembali meminta maaf sama papah. Karena memang itulah jurus jitu buat papah biar mama tidak banyak berkicau lagi.

"Minta maaf adalah hal yang paling gampang, dan malam minggu besok, orang tua dari pria yang kami jodohkan, akan datang kembali!" Mamah berkata sangat tegas.

Aku cuma menautkan kedua alisku, dan sedikit melebarkan bola mataku.

Terpopuler

Comments

ANGELBRODROIX

ANGELBRODROIX

Cerita yang mampu mengubah pandangan hidup saya. 🌟

2024-06-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!