Terdampar Di Dimensi Protonema
"Taryon? Hey, kau dengar aku...?"
"Hmm? Psh.. Hah? Jam berapa ini?" seru pemuda bernama Taryon kepada seorang gadis di depannya. Gadis itu menatapnya datar.
"Ini sudah lewat jauh jam pulang kuliah... Untung aku kembali ke kelas, kalau tidak, kau mungkin terperangkap di kampus..." sahut si gadis bernama Kivrandee, dipanggil Dee oleh teman-temannya. Pemuda itu gelagapan segera membereskan buku-buku serta smart pamfletnya. Setelah itu dia pun segera mengikuti Dee yang sudah jalan lebih dulu.
Taryon dan Kivrandee adalah makhluk ras Venusian. Kota tempat mereka tinggal saat ini, Amalea, adalah kota pendidikan di negara Mariantis, Benua Kuvrane. Mereka berdua adalah remaja yang hidup dan telah lepas dari orang tua mereka ketika sudah lulus Nahdo-1 (atau semacam SMA, bagi reader yang tak paham)
Saat ini, mereka berdua tinggal di sebuah asrama berbentuk kastil, letaknya hanya sekitar setengah jam dari kampus mereka. Berhubung sudah sore, Dee memutuskan segera pulang saja. Kendaraan mereka yang autopilot, membuat segalanya serba nyaman tentunya. Namun pemuda ini, Taryon, belum terbiasa dengan segala fasilitas di kota ini.
Pria itu dahulu, bersama keluarganya tinggal di Cleylea, sebuah kota yang tak seberapa maju dibandingkan Amalea tentunya.
Ketika sampai di asrama kastil mereka, seperti biasa, Taryon dan Dee turun lebih dulu di lobi. Sementara kendaraan auto itu segera menuju parkirannya sendiri.
"Dee, catatan, please...?" ujar Taryon sambil menahan lengan Dee. Gadis itu menatap datar sahabatnya itu, lalu dia mengeluarkan dua smart pamflet dan memberikannya pada Taryon.
"Itu hanya catatan dari mulai kau tidur. Berubahlah, Yon. Sampai kapan kau berlaku seperti anak Nahdo?" ucap Dee memasang raut wajah cemas. Namun pemuda itu hanya cengengesan, lalu mengambil pamflet tersebut.
****
Keesokan harinya, Dee telah cabut lebih dulu ke kampus, sementara Taryon tampak santai. Mungkin ada yang mengira pemuda ini malas dan bodoh, namun kenyataannya Taryon tidak seperti itu. Dia pemalas, namun kemampuan analisis dan adaptasinya membuatnya dengan cepat mempelajari situasi dan kondisi.
Seperti saat ini, dia sedang mengutak-atik penemuan terbarunya, NEMA (Nether Eaves Malignant Alien) atau semacam alat pendeteksi dan pengendus Alien. Jika ditanya, buat apa dia menciptakannya. Jawabannya sangat singkat: iseng.
Namun alat tersebut masih prototipe, jadi dia tak yakin sebenarnya bagaimana alat itu bekerja. Ketika dia membereskan buku dan smart pamfletnya, tiba-tiba saja alatnya membunyikan sinyal seperti radio kusut. Taryon terkejut, dia segera menyampirkan tasnya dan memegang alat itu sambil keluar kastil dan mencari-cari keanehan itu.
Ketika dia mendekati pancuran air yang berada di antara gerbang depan dan kastil, alat itu bereaksi dan tiba-tiba mencetak data mengenai jadwal kemungkinan terjadinya penabrakan dimensi.
X : 0225, Y : 1.242, 2.5 jam tersisa
"Mck...kenapa lama sekali... Haizz.." cebik pemuda itu. Tampaknya dia harus bolos hari ini, namun waktu tersebut cukup untuknya ijin ke kampus. Maka Taryon pun segera memanggil Auto Mobilnya menggunakan remot dan segera melesat meninggalkan kastil.
Sialnya begitu sampai di kampus, pemuda itu tak langsung mendapat ijin bolos. Dia diceramahi selama kira-kira satu jam oleh Dekan dan Dosen pembimbing. Matanya bergulir setiap kali penceramah itu membandingkan dirinya dengan mahasiswa lain. Namun pemuda itu sama sekali tak membawa hal ceramah tersebut ke hatinya. Karena yang terpenting baginya adalah penelitian dan hasil. Bukan sekedar teori.
Dia sempat menyetting waktu lama dia pergi. Dan ternyata saat ini sudah lewat dua jam dari sejak dia berangkat ke kampus. Hatinya dongkol bukan kepalang, dia terburu-buru mencari jajanan pagi.
*Tit!!*
"Aduh gawat!!" Taryon terkejut ketika dia sedang membayar sarapannya ternyata waktu penungguan sang alien telah lewat!
Buru-buru dia berkendara pulang dan menyetel auto mobilnya ke mode darurat, agar lebih cepat sampai. Sekitar 20 menit kemudian, dia segera menghentikan mobilnya di depan gerbang dan tidak masuk. Taryon turun dari mobilnya dan meminta si mobil pergi parkir sendiri. Sementara dia akan berjalan menuju pancuran.
Hatinya terlonjak sumringah ketika melihat sesosok makhluk tergeletak tak jauh dari pancuran. Dia segera mendekati sosok itu.
"Hemm....wanita, yang jelas, baju apa ini yang dia pakai?! Standar kecantikan...aku tak paham, tapi dia agak mirip Dee sih..." monolog Taryon meneliti sosok gadis tersebut yang menurut feelingnya berdarah panas. Berbeda dengan dirinya yang dingin dan keras seperti batu.
Taryon menyentuh kulit gadis itu, lalu mencoba mengangkat wanita itu ala bridal style. Ringan! Dengan cepat dia membawa gadis itu ke gudang yang Taryon sewa di kompleks kastil tersebut. Beberapa mahasiswa dengan kecerdasan tinggi memang diberi kebebasan untuk menyewa sementara gudang, sebagai ruang untuk penelitian pribadi mereka masing-masing.
Dengan hati-hati, dia meletakkan gadis itu di ranjang sejenis brankar. Taryon segera menempelkan beberapa sensor di tubuh gadis tersebut, terutama di kepala dan lengannya.
Lalu dia mulai mengeluarkan Tabletnya yang terhubung dengan Quantum Komputernya. Dengan satu sentuhan di fitur tablet, benda itu segera menganalisa keadaan sosok tersebut. Taryon dengan cermat meneliti bagaimana komputernya menganalisa keadaan si gadis.
"Hmm? Manusia Hybrid Demis...?" celetuk Taryon ketika melihat data gadis tersebut. Sejenak pemuda itu meragukan hasil analisa tersebut. Dia pun mengulangi prosedur dan menjalankan kembali analisa dari Tabletnya.
Ternyata hasilnya sama. Pasrah dengan hasil yang tak meyakinkan, Taryon pun mulai membaca keterangan lain dari gadis tersebut. Matanya terbelalak ketika melihat keanehan dari data itu.
"APA?! BARU 5 TAHUN?!?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments