"Jadi maksudmu, dia datang dari dimensi lain. Yang mirip dengan manusia di Neo-Gaia? Itu sebabnya kamu mau pinjam barang cosplayku?" bisik Dee sengit ke Taryon. Saat ini mereka berada di luar gudang sewaan Taryon, sementara Makaria berada di dalam menunggu keputusannya.
"Mck...Ini hanya sementara! Lagipula tak mungkin dia berjalan-jalan di luar pake baju kuno begitu?!" sahut Taryon gusar.
"Kuno bagimu, tapi antik bagiku. Baiklah, akan kupinjamkan beberapa baju Neo-Gaia. Tapi pastikan kau beli beberapa barang disana kalau dia bisa mencari tempat sendiri disana!" ucap Dee sambil tersenyum sinis. Taryon memandangnya malas, dia pun lalu mengajak Dee masuk ke gudang tersebut. Tak lupa Taryon memberikan satu pil global linguistik miliknya sebelum bertemu dengan Makaria
"Salam kenal, Girl. Namaku Kivrandee, sahabat lama Taryon." ucap Dee santai tanpa canggung menyalam Makaria. Gadis itu sendiri tampak bingung namun juga kagum dengan penampilan dua venusian dihadapannya. Yang pria tampak garang namun gaya bicaranya seperti orang terpelajar. Sementara yang wanita, tampak anggun namun gaya bicaranya sedikit tomboy.
"Hai juga, saya Makaria. Panggil saja Ria. Umm...Kivra..apa?"
"Panggil saja aku Dee. Lebih mudah dan lebih seperti Neo-Gaia-ish!" sahut Dee santai sambil berpose seperti biasanya ketika dia ikut event cosplay. Maka dengan menggunakan overcoat milik Dee, Makaria pun diselundupkan ke dalam asrama berbentuk kastil tersebut.
Ketika berjalan cepat, Makaria melirik cincin yang tersemat aman di tangan kirinya. Dia menghela nafas pelan cincin itu tak terlepas darinya. Cincin berbatu Ruby itu diberikan padanya beberapa bulan sebelum dia terlempar ke dimensi ini. Namun ketika dia melirik ke gelang yang dipakai di pergelangan tangan kanannya. Hatinya mencelos. Gelang itu berubah menjadi gelang kain biasa, bukanlah lagi smartwatch unik yang biasa dia pakai. Namun gadis itu tetap tegar, dan berharap perubahan gelangnya itu hanya sementara.
"Yon, kau cari tau dulu bagaimana kontak dengan Neo-Gaia. Sementara Ria di kamarku dulu" bisik Dee. Pemuda itu pun mengangguk dan segera berlalu ke arah lain. Tampaknya asrama itu memegang teguh pemisahan gender. Kamar wanita berada di lantai tiga, sementara pria di lantai satu dan dua.
Makaria dan Dee bergerak cepat sebelum mereka disapa siapapun menuju kamarnya. Dua menit berlalu akhirnya mereka tiba di depan pintu yang agak besar dengan tinggi dua setengah meter. Dibukanya pintu itu, Makaria langsung terperangah dengan fasilitas dan barang-barang di dalamnya.
Terdapat berak-rak buku di satu sisi, lalu beberapa alat fitness yang terlihat jauh lebih futuristik dari yang diketahui Makaria. Di satu sudut juga terdapat lemari baju cukup dalam satu setengah meter, Dee sedang asyik memilih baju disana. Juga terdapat beberapa pasang sepatu.
Terlepas dari barang glamornya, kamar Dee juga memiliki meja belajar besar yang lebih seperti meja eksperimen. Karena terdapat banyak denah dan blueprint beberapa bangunan.
"Salah satu jurusan yang kuambil, Arsitek...heh!" ucapnya bangga.
"Salah satu...?" celetuk Makaria, dia tak paham apakah anak Venusian diharuskan menjalani kuliah banyak fakultas sekaligus.
"Yup. Setiap mahasiswa diwajibkan ambil lebih dari satu jurusan. Dan aku pilih lima! Haha...." gelak Dee riang. Sejenak Makaria tersenyum kecut. Mengingat orang terpandai di dimensi asalnya saja cuma mampu ambil dua jurusan. Tapi ini lima, bagaimana mengesankannya otak seorang Venusian? pikirnya.
"Selain arsitek, apalagi yang kamu ambil...?" tanyanya hati-hati, takut terdengar terlalu mencampuri urusan. Namun Dee menjawab santai.
"Aku ambil Ekonomi, Komunikasi Antar Planet, Kedokteran Pedriatik dan Psikologi" membuat Makaria ternganga, semua jurusan itu sangat tak relevan satu sama lain! Namun untungnya ada satu jurusan yang pernah gadis itu pelajari di dimensinya. Tapi dia tak mau bertanya lebih jauh karena takut silabusnya berbeda dengan dimensi ini.
"B-bagaimana dengan pemuda tadi?" tanya Makaria berusaha menahan hasrat untuk memuji terlalu tinggi makhluk dihadapannya.
"Ouh...Taryon. Dia jauh diatasku...dia ambil delapan jurusan..." ucap Dee lemah, seakan dia hanya kerikil dibandingan pria tadi. Makaria menjadi gelagapan melihat wajah muram Dee. Walau kulitnya pucat seperti batu sedimen, namun raut sedih masih terlihat jelas di gadis Venusian tersebut.
"Ah-tapi kalian bersahabat kan? Jadi itu cukup penting! Kalian bisa saling membantu..."
"Jurusannya tak ada yang sama denganku..." potong Dee.
"M-maksudku, kalau kalian menikah, anak kalian bisa menjadi sangat hebat kan hehehe...?!" sejenak Dee menatap Makaria sambil tersenyum. Dia lalu mendekat dan memeluk gadis itu erat. Namun Makaria merasa tulangnya remuk hingga dia kelepasan,
"A-auw!"
"Oh maaf, aku lupa Manusia Neo-Gaia mempunyai fisik tak sekuat kami..." ucap Dee segera melepas pelukannya.
Setelah itu, Dee meminta Makaria mencoba beberapa pakaian Neo-Gaia yang dia punya. Dari sudut pandang Ria sendiri, pakaian-pakaian tersebut mengingatkan dia dengan film-film futuristik di dimensi asalnya. Apakah itu berarti Neo-Gaia memiliki sejarah yang sama dengan Bumi di dimensi asalnya? Pikiran Makaria berkecamuk.
Akhirnya Dee menetapkan empat pasang pakaian dan dua pasang sepatu untuk Makaria. Ria merasa aneh, walau pakaian futuristik itu terlihat tertutup, namun ketika dia memakainya, dia tak merasa panas sama sekali. Seakan pakaian itu memiliki ventilasi penyerap angin dingin di sekitarnya.
"Baju ini bagus sekali" celetuk Ria.
"Hah? Kukira ini malah yang paling buluk diantara semuanya, eh, bukan maksudku kamu jelek memakainya. Kamu cukup cantik untuk standar Neo-Gaia. Y-yang penting kamu suka deh bajunya!" ucap Dee salah tingkah. Namun Ria tak mempermasalahkan pakaiannya saat ini. Baginya, dapat berbaur ke masyarakat lebih baik daripada mengendap-ngendap sana-sini.
Tak lama, mereka berdua pun turun ke lantai dasar. Disana Taryon menunggu mereka sambil memegang sebuah smart pamflet.
"Sekarang kita kemana? Makan dulu? Sambil mau kujelaskan beberapa hal nih..." tanya pemuda itu.
"Kita cari restoran penduduk Neo-Gaia aja, kurasa beberapa makanan Verus ga cocok buat Ria..." Ria setuju banget dengan ucapan Dee. Dia memang merasa agak sembelit memakan salah satu cemilan yang dibawa Taryon yang kerasnya hampir seperti batu.
Taryon pun segera mengajak mereka ke lobi depan kastil. Dengan remotnya, dia memanggil Auto Mobil agak besar seperti mobil SUV di dimensi Makaria. Dan mereka pun duduk dengan nyaman didalamnya, sementara mobil itu otomatis mencari restoran sesuai kriteria yang dipesan Dee.
Makaria hanya terdiam memandang kecanggihan teknologi di dimensi ini. Sejenak dia agak bersyukur dia terlempar di dimensi baru ini, bayangkan apabila dia terlempar ke dimensi primata dan gelang Sistemnya tak bekerja. Gadis itupun geli memikirkan nasibnya apabila menjadi manusia jaman batu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments