Bab 4 : Rencana Awal

"Kita sampai" sahut Taryon sambil menunjuk ke sebuah restoran. Karena hari sudah menjelang malam, Ria cukup jelas melihat nama restoran tersebut,

Meisner de Pasta

"Ayo turun!" ajak Dee ke kedua rekannya. Mereka bertiga masuk ke restoran tersebut. Pemandangan aneh terlihat oleh Ria. Berbagai ras makhluk hidup ada disana, namun tak satupun sepenglihatannya benar-benar manusia seperti dirinya. Seandainya ada pun, mereka tampak setengah robot di beberapa bagian tubuhnya.

Mereka duduk di salah satu meja kosong untuk empat orang. Dee memanggil waiter dengan bahasa yang Ria tak pahami. Sejenak Dee ragu ketika membaca menu, dia lalu mencoba menyodorkannya ke Ria,

"Apa kau tau salah satu nama makanan disini?" bisiknya pelan. Ria lalu membaca menu tersebut. Ternyata menu makanan di restoran tersebut ditulis dalam empat bahasa, tiga diantaranya Ria tak memahaminya. Namun salah satu bahasanya dia yakin itu bahasa Italia.

"A-aku paham salah satunya, tapi aku tak tahu makanannya seperti apa, itu bahasa umm..Italia, di dimensiku...maksudku..." balas Ria sambil berbisik takut dicurigai orang-orang sekitarnya. Dee dan Taryon menatap bahasa yang dimaksud Ria.

"Bukankah itu bahasa Ausonia?" tanya Dee ke Taryon. Pemuda itu meneliti menu tersebut, lalu membaca keterangan dari beberapa makanan tersebut.

"Ah ya, Ausonia. Ras Manusia Neo-Gaia yang tak banyak penduduknya...hmm...ini bacanya Fettucini, seperti semacam mi dengan bumbu kaya akan keju dan cream ditaburi..."

"Yon, kita mau makan, bukan mau masak..." potong Dee sambil menggulir matanya yang keperakan.

"Ah ya ya, maaf, intinya ini mi diberi cream dan keju, apa kamu pesan ini aja? Apa kau ada pantangan makanan Neo-Gaia sendiri?" tanya Taryon. Tindakan ini menurutnya diperlukan, karena beberapa individu bisa cepat berpulang apabila sembarangan makan.

"Umm...aku sebenarnya baru pertama kali makan ini, tapi karena keju, kurasa tak masalah..." sejenak Ria berpikir, sepanjang dia hidup selama lima tahun, dia belum pernah terkena alergi atau semacamnya ketika makan. Lalu Dee pun memesan makanan tadi dan beberapa pesanan mereka sendiri.

"Apa rencanamu setelah ini, Yon?" tanya Dee ragu. Taryon berpikir sejenak.

"Kurasa kita perlu gunakan koneksimu, Dee. Carilah peluang untuk perjalanan ke Neo-Gaia. Tapi dengan alasan tamasya aja. Sementara Ria, kamu nanti aku pinjamkan salah satu smart tablet, emm...maksudku tablet Dee yang dipinjamkan ke aku, tapi ada salah satunya jarang kupake, jadi....pelajarilah apa yang kau butuhkan. Tenang, nanti kuset bahasanya ke bahasa yang kamu tau dari Neo-Gaia.." usul Taryon. Dee dan Ria mengangguk paham. Sejenak Ria dapat melihat raut sedih sesaat dari Dee. Namun dia tak mau mencampuri urusan pribadi kedua Venusian tersebut.

****

"Untuk sementara, Ria tidur denganku aja. Besok pagi-pagi, kita ke pencetak dokumen palsu kenalanku. Cuma sementara aja sampai dekat hari keberangkatan baru kau pikirin dokumen asli, Yon!" usul Dee ketika mereka bertiga telah kembali ke kastil. Taryon mengiyakan dan segera berlalu ke kamarnya.

"Apa kau baik-baik saja, Ria?" tanya Dee ke Makaria kali ini. Perlahan mereka berjalan menuju kamar Dee di lantai tiga. Dee bertanya ini karena Ria tampak mengernyit ketika makan Fettucini tadi. Ria segera tersenyum salah tingkah.

"B-baik, aku baik-baik saja, santai! Hehe..." karena pertama kali makan, dia tak mengira rasa makanan itu sangat cheesy. Sehingga tadi dia tak yakin apa makanan itu tergolong enak atau tidak.

Karena ranjang Dee luas, Ria pun tidur berbarengan dengan pemiliknya. Namun Dee memasang matras tambahan di sisi Ria, karena takut dia tanpa sadar mendorongnya jatuh. Ria hanya terkekeh mendengarnya.

Malamnya, Ria belum tertidur. Dia memikirkan petualangannya beberapa hari ini. Dari semua hal yang diketahuinya sejauh ini, dia sangat terkesan dengan minuman yang disajikan restoran tadi. Mungkin bagi Kivrandee dan Taryon, minuman Ria tadi hanyalah air putih biasa.

Namun ketika Ria meminumnya, dia merasa air tersebut merupakan H²O murni! Dan rasanya minuman tersebut juga ada efek penyembuhan. Ada sensasi bahwa minuman tersebut mempunyai efek menetralisir makanan apapun yang dimakannya. Hatinya merasa sedikit berat memikirkan dia mungkin beberapa hari ke depan akan ke planet kembaran Bumi. Takut planet itu tak memiliki minuman seperti yang dia dapatkan tadi.

Karena begitu dalamnya memikirkan hal itu, Ria pun tertidur lelap sampai bermimpi,

"Ria....Makaria? Kalau kamu sudah dapat mendengar, responlah dengan kata hatimu..."

Sebuah suara tanpa wujud membuat gadis itu mengernyit walau masih dalam keadaan tidur. Dia mencoba membalasnya dengan pikirannya.

"Siapa?" pikir Ria.

"Syukurlah...tak perlu kau pikirkan siapa, anggaplah aku sebagai wadah curhatmu terkait kehidupan barumu saat ini. Apabila kau butuh bertukar pikiran, panggil saja namaku....Heracles..."

Mata Ria bergerak gelisah walau masih merem. Lelucon macam apa ini, pikirnya. Namun dia tahu nama itu di pelajaran Sejarah di dimensi asalnya, anehnya suara tadi terasa tak asing dipikirannya. Sehingga dia tak memikirkan lebih jauh dan melanjutkan tidurnya dalam diam.

****

Paginya, Ria berjalan gontai menuju kamar mandi. Dee belum bangun, wajar, pikir Ria karena langit masih gelap saat ini. Gadis itu mencoba membasuh mukanya sesegar mungkin, menjernihkan pikirannya dari suara semalam. Ketika bercermin, dia baru menyadari masih mengenakan cincin misterius itu. Entah kenapa perlahan dia seperti melupakan beberapa hal di dimensinya.

Tak mau terlalu lama di kamar mandi, dia pun keluar. Dilihatnya Dee mulai menggeliat dan mulai terbangun.

"Tidur nyenyak, Ria?" tanyanya sambil tersenyum. Ria hanya menjawab dengan tersenyum kaku. Dee pun segera bangun dan mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi.

Saat ini Ria berusaha fokus apa yang diucapkan suara tersebut. Dia lalu menatap cincin yang dipakainya. Apakah cincin inilah yang berbicara semalam? Pikirnya bingung.

"Hari ini kamu tetaplah di kamar sampai identitas jadi, kamu baru boleh keluar dari lingkungan kastil, Ria. Maaf kalau membuatmu seperti terkekang..?" ucap Dee ketika dia selesai mandi.

"Jangan khawatir, nanti kubawa dan kubungkus makanan Neo-Gaia ke kamar. Sekalian nanti kubawakan Tablet Taryon!" tambahnya. Ria pun mengiyakan dan berterima kasih. Jujur saja dalam hatinya, kamar Dee ini saja sudah cukup memenuhi fasilitasnya berlatih, agar fisiknya tidak melemah. Berdasarkan feelingnya, dia harus benar-benar mengandalkan kekuatan fisik dan otaknya di dimensi yang baru ini. Tak lama, Dee pun pamit keluar. Sekitar lima menit kemudian, gadis Venusian itu telah kembali bersama Taryon.

"Ini tablet yang sudah kumodifikasi dengan bantuan AI dari NEMA. Dia dapat membantumu mencari segala informasi awal yang kamu butuhkan untuk mempelajari planet Neo-Gaia. Sampai identitasmu jadi kamu bebas browsing. Siapa tau kamu jadi lebih pintar dari kami sewaktu kami pulang...heh!" ucap Taryon. Kemudian dia dan Dee pun pamit pergi, sementara Ria terpukau dengan tampilan Tablet tersebut. Semua terasa sangat futuristik dan responsif tablet tersebut luar biasa cepat! Sejenak dia termenung, menurut Taryon ini hanyalah Tablet bekas, bagaimana dengan Tablet Quantum di dimensi ini?!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!