*Degh*
Seorang gadis baru saja siuman dari tidur panjangnya, atau tepatnya dia pingsan sangat lama setelah muntah hebat. Perlahan dengan menopang pada siku tangannya dia melihat sebuah ruangan seperti campuran garasi dan ruangan teknisi. Terdapat banyak alat uji coba yang berhubungan dengan mesin. Sementara dia saat ini tidur di sebuah brankar seperti yang ada di rumah sakit.
Kalut, gadis itu mendadak ngeri, apakah dirinya dijadikan kelinci percobaan. Terdapat beberapa alat menempel di kepalanya. Dia segera mencabutnya. Gadis itu mencoba bernafas, ternyata tempat ini memiliki udara yang cukup fresh dibandingkan tempat asalnya.
"Dimana aku...?!" gumamnya. Dia melihat pintu, mencoba membukanya ternyata dikunci. Namun ruangan itu memiliki beberapa jendela. Perlahan dia mengendap mendekati jendela itu, ilmu mengintainya sudah terpahat di dirinya sejak kecil, karena dilatih oleh ayahnya yang setengah Manusia setengah Dewa. Namun dia tak mau mengumbar kemampuannya di tempat asing ini.
Perlahan dia mengintip keluar jendela. Dia melihat sebuah area taman yang sangat luas. Mungkin kalau kasar dihitung sekitar satu setengah hektar. Gadis itu melirik ke samping kanannya, terdapat sebuah bangunan kastil besar. Apa dia sedang berada di sarang mafia? Batinnya tambah kalut. Terlebih dia saat ini tidak dapat keluar dari ruangan ini.
Karena tak mau membuat masalah, dia memilih melihat-lihat benda yang berada di ruangan ini. Tebakannya bahwa ruangan ini seperti ruangan uji coba, tidak sepenuhnya salah. Hanya saja tampaknya pemilik garasi ini mengingatkan dia akan tokoh manusia yang pandai yang dapat membuat armor robot untuk dirinya sendiri. Hanya saja kalau dilihat, pemilik garasi ini mungkin hanya setengah dari tokoh tersebut. Terdapat banyak benda tampaknya merupakan hasil daur ulang. Membuat Gadis ini yakin pemilik garasi bukanlah orang yang berada.
Menunggu pemilik garasi tiba, gadis itu merasa lebih baik dia kembali tidur, agar fisiknya benar-benar pulih dari kelelahan, walau sejujurnya dia agak lapar saat ini.
****
Taryon baru saja kembali dari kuliah membosankannya. Dia segera pergi ke dapur untuk meminta beberapa cemilan. Ketika di kampus, dia baru ingat tidak memberikan cairan infus ke makhluk yang dia tawan saat ini. Karena itulah buru-buru dia memasukkan beberapa variasi makanan dan minuman ringan, dan setengah berharap ada diantaranya cocok dengan si Makhluk.
Setelah berjalan kurang lebih lima menit, dia tiba di depan gudangnya. Segera dia buka kunci gudang itu yang disertai beberapa sensor di tubuhnya. Hal yang terlihat pertama olehnya, dia yakin makhluk tawanannya itu sudah bangun, namun mungkin tidur lagi karena lemas. Terlihat peralatan pendeteksi fisiknya telah terlepas dari tubuh gadis itu.
Taryon menurunkan semua makanan dan minuman kecil ke dekat kulkas di gudangnya itu. Lalu mulai mencoba memeriksa fisik si Makhluk.
"Suhu tubuh meningkat dari sebelumnya, apakah ini penyakit?! Dia tampak lebih pucat. Gawat!" untunglah pria itu masih memiliki stok infus. Karena dirinya kadang menggunakan itu untuk ujicoba makhluk hidup yang kecil-kecil. Nasib baik dialami gadis itu, karena infus tersebut dapat menyesuaikan kebutuhan si penerima secara otomatis.
Karena itu setelah setengah jam kemudian, gadis itu akhirnya siuman dan hanya sedikit pusing. Taryon segera mendekati brankar tersebut.
"nhkn)$\=\=--_?!" ucap Taryon, membuat si gadis kebingungan. Melihat itu Taryon segera menepokkan tangan ke jidatnya. Segera pria itu mencari sesuatu di salah satu rak obat-obatannya. Dia mengambil sebuah pil berukuran diameter dua senti, segera dia memakan dan mengunyah cepat pil tersebut sambil merentangkan tangannya ke arah gadis itu. Seolah ingin berkata "tunggu sebentar"
Tak lama, Taryon telah menelan penuh pil tersebut, *Aa...a... Apakah kau memahami kata-kata saya?!" tanya Taryon sambil sedikit nyengir. Gadis itu tercengang, dia lalu mengangguk cepat. Pria itu menghela nafas lega. Sejenak tadi dia ragu pil itu sudah kadaluarsa atau belum, tapi tampaknya belum mengingat khasiat pil global liguistik itu masih berfungsi sebagaimana mestinya.
"Ehemm...baiklah, hemm...selamat datang di dimensi saya? Darimana asal anda dan kenapa anda bisa tersesat kemari...?!" ucap Taryon, berusaha tidak terlalu menekan gadis itu dengan banyak informasi, namun juga bertanya pertanyaan yang sangat basic agar memudahkan si gadis memilih jawaban.
"Nama saya Makaria, biasa dipanggil Ria. Saya tak sengaja terkena sinar kosmik yang menyebabkan saya terlempar ke dimensi lain secara acak. Asal saya..." gadis itu lalu menceritakan sedikit mengenai planet dan negara dimana dia dulu berasal kepada Taryon. Pria itu segera menulis cepat di smart pamfletnya, garis-garis besar data mentah dari gadis tersebut.
Setelah Ria selesai bercerita, Taryon segera mencoba mencocokkan data itu ke database di galaksinya saat ini. Taryon memiliki akses ke Asosiasi Galaksi Verusian atau Verusian Intergalactic Association (ViA), karena memang kepandaiannya itu. Verusian adalah nama planetnya saat ini. Kenapa namanya Verusian, karena letaknya sama persis dengan Venus di dimensi galaksi bima sakti saat ini. Agar pembaca mendapat gambaran jelas.
Ria terkesima dengan kepiawaian pemuda itu mengutak-atik smart pamfletnya yang jelas dengan bahasa yang tidak dia mengerti sama sekali. Lalu tak lama, pemuda itu stop mengutak atik. Perlahan dia menyodorkan smart pamfletnya ke gadis itu.
"Kamu sangat jauh dari dimensi asalmu, Ria. Maaf, nama saya Taryon, saya seorang Verusian, atau lebih dikenal Venusian di dimensi dimana kamu berasal. Planet dimana kamu berasal, mirip dengan planet Neo-Gaia kondisinya. Setidaknya itu saja yang saat ini saya bisa bantu. Saya harap kamu ga keberatan tinggal disini untuk sementara waktu? Saya tak cukup ada kuasa membantumu pulang saat ini...maaf" ucap Taryon dengan nada iba.
Hati Ria mencelos, namun dia juga memahami keadaan Taryon, "Apakah memungkinkan apabila identitas saya dirahasiakan saat ini? Saya ingin tahu lebih banyak mengenai dimensi ini dan planet yang kamu sebut tadi...?!" usul Ria, berusaha positif thinking sambil tersenyum canggung.
"Tentu, tentu. Tapi kita perlu mendandanimu agar setidaknya mirip dengan pakaian dari planet Neo-Gaia. Umm... Bolehkah untuk sementara kamu tinggal disini, jangan khawatir aku mengambil banyak makanan tadi, semoga ada yang cocok denganmu? Aku akan menghubungi seseorang untuk membantu sedikit soal ini. Tenanglah, dia orang yang bisa jaga rahasia, dia sahabatku" ucap Taryon sambil membalas tersenyum. Dia lalu segera keluar dari gudang itu setelah Ria mengangguk paham.
"Hallo, Dee? Aku butuh bantuan, like, level besar saat ini? Apa kamu ada koleksi pakaian dari Neo-Gaia?!" ucap Taryon cepat tanpa jeda, membuat lawan bicaranya tercengang.
"Dasar mesum!!" sahut Dee lalu memutuskan panggilan secara sepihak.
"Eh...?!" celetuk Taryon bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments