Pernikahan Yang Dipaksakan
Pada malam hari, di ruang tamu sebuah rumah besar, begitu jelas terdengar sebuah perdebatan.
"Aku tidak mau dijodohkan pah, papah tidak bisa memaksakan kehendak papah padaku. itu pilihan hidupku pah, biar aku saja yang menentukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupku!" kata Sandi menentang.
"Tidak bisa!" kata pak Airlangga sambil memukul meja.
"Tapi pah, bagaimana dengan Lisa? aku sudah berpacaran dengannya sudah cukup lama," kata Sandi bersikukuh.
"Lupakan dia! dia bukan wanita baik-baik. Papah tidak akan pernah sudi menerimanya sebagai menantu di keluarga kita. Kecamkan itu!" kata pak Airlangga bersikukuh.
Sandi terdiam lemas mendengarkan apa yang baru saja papahnya katakan.
"Dengarkan papah San, kamu adalah satu-satunya anak yang bisa papah harapkan untuk membalas kebaikan pak Arifin," kata pak Airlangga membujuk.
"Apapun alasannya, Sandi tetap menolak perjodohan ini pah," kata Sandi dengan cukup emosional.
"Cukup San, papah tidak mau mendengar alasan darimu. Sekarang keputusan ada ditanganmu. jika kau masih menolak perjodohan ini, silahkan keluar dari rumah ini!
dan juga, jangan pernah menganggapku sebagai ayahmu lagi!" ancam pak Airlangga.
"Sudah pah, jangan begitu kepada sandi," kata bu Sari menenangkan suaminya itu.
Sandi terdiam lemas untuk kedua kalinya. bagaimana tidak? papahnya yang selalu bersikap sangat lembut kepadanya begitu tega mengancamnya. Akhirnya ia memilih untuk mengikuti permintaan ayahnya tersebut, walaupun sangat berat hati.
"Ya sudahlah pah, terserah papah," kata Sandi menyerah.
"Baguslah kalau kau menurut nak. Besok kita akan kerumah pak Arifin. Jadi, bersiaplah," kata pak Airlangga.
"Astaga! Cepat sekali pah," kata Sandi Keheranan
"Papah memang sudah merencanakan perjodohan ini sejak lama. kamu hanya perlu bersiap saja," kata pak Airlangga.
Sandi benar-benar terpakut diam saat ini. Ia tidak tau apa yang akan terjadi jika Lisa Mengetahuinya.
"Ya sudah, pergilah ke kamarmu dan segeralah tidur!" perintah Pak Airlangga.
"Ia pah, aku tidur dulu Pah,mah. Selamat malam," kata Sandi meninggalkan ruang tamu.
"Sebenarnya papah tidak tega mah kalau harus memarahi dan sampai mengancam Sandi. Tapi papah lakukan semua itu untuk kebaikan sandi sendiri mah. Selain untuk mengikat tali silaturahmi yang kuat dengan pak Arifin, papah juga gak mau Sandi jatuh ke pelukan wanita yang tidak baik seperti Lisa," kata pak Airlangga menahan kesedihan.
" Iya pah, mamah paham. Semoga pilihan papah adalah yang terbaik bagi anak kita ya pah," kata bu Sari menenangkan pak Airlangga.
"Iya mah, semoga saja," kata pak Airlangga tersenyum.
Sandi masih termenung disudut kamar. perjodohan yang diinginkan oleh papahnya membuat Sandi merasa tertekan. Terlebih ia tidak tahu harus bicara apa kepada Lisa.
..........
Tiara yang sedang makan malam bersama orang tua dan adiknya, seketika tersedak setelah ayahnya mengatakan ia akan segera menikah dengan anak pak Airlangga.
"Apa pak? menikah?" tanya Tiara keheranan.
"Iya, kamu akan bapak nikahkan dengan anak laki-laki pak Airlangga," kata pak Arifin.
"Tiara gak mau pak. Tiara belum siap menikah. Lagipula Tiara masih fokus menjalani aktivitas kuliah Tiara pah," kata Tiara menolak.
"Kamu masih bisa melanjutkan kuliah walau dalam keadaan sudah menikah. jadi tidak ada alasan untuk menolak," kata pak Arifin bersikukuh.
"Tapi pak, Tiara belum mengenal siapa laki-laki itu? bagaimana bisa Tiara menikahi seseorang yang Tiara tidak kenal?" kata Tiara.
"Dia adalah anak pak Airlangga. kamu taukan betapa baiknya beliau? kamu bisa kuliah pun karena beliau. Sudah pasti anaknya pun baik.
buah jatuh tidak jauh dari pohonnya," kata pak Arifin.
"Tapi pak...," kata Tiara tersendat
"Tidak ada kata tapi. Ini adalah salah satu cara membalas kebaikan pak Airlangga kepada kita. Kalau kamu masih bersikukuh menolak lebih baik kamu berhenti kuliah. Bapak tidak akan sudi membiayai kuliahmu," kata pak Arifin mengancam.
"Bapak tega," kata Tiara meneteskan air mata.
"Pak, kalau Tiara tidak mau jangan dipaksa pah, kasihan dia," kata bu Lilis menyanggah pak Arifin.
Berbeda dengan bu Sari, bu Lilis tidak begitu menyetujui perjodohan itu.
"Tidak bu. Tiara akan tetap menikahi anak pak Airlangga. Ibu jangan mencoba menghalangi niat baik bapak," kata pak Arifin menegur.
"Tapi pak..," kata bu Lilis tersendat
"Ibu...," kata pak Arifin membuat takut bu Lilis.
Bu Lilis pun memilih diam. Ia takut pak Arifin akan marah kalau ia menentang kehendak suaminya itu. Jarang-jarang pak Arifin memaksakan kehendak. Sekali ia memaksakan kehendaknya, maka itu harus terjadi.
Melihat perdebatan kedua orang tuanya Tiara semakin merasa sedih. bagaimana tidak? ibunya yang selalu mengerti diapun tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kamu akan tau nak,kenapa bapak melakukan ini?" kata pak Arifin menahan sedih didalam hatinya.
Tiara hanya diam membisu dengan kesedihan yang ia rasakan.
"Bapak harap kamu menerimanya, karena bapak yakin ini yang terbaik buatmu. Alangkah baiknya kamu mengikuti keinginan bapak!," kata pak Arifin berharap.
Sama seperti Sandi, iapun memilih menyerah kepada keputusan ayahnya. Ia takut, kalau-kalau ancaman ayahnya itu benar adanya. Semua usaha dia belajar selama ini akan sia-sia bila ayahnya menghentikan kuliahnya.
Aku tidak mau berhenti kuliah ditengah jalan. aku harus mencapai impianku. walaupun aku harus terpaksa menikah, bukan berarti impianku akan lenyap bersamanya. Batin Tiara dalam hati.
"Baik pak aku akan mengikuti keinginan bapak," kata Tiara menurut.
Mendengar hal tersebut, pak Arifin merasa sangat senang. berbeda dengan bu Lilis, ibu Tiara itu merasa kaget.
"Apakah kamu sudah benar-benar siap?" tanya bu Lilis.
"Sudahlah bu, pasti anak gadis kesayangan kita ini pasti siap," kata pak Arifin.
"Siap tidak siap aku harus siap bu. Bagaimanapun kita tidak bisa menentang keinginan bapak," kata Tiara kepada ibunya.
"Gitu donk, kan bapak makin sayang sama Tiara," kata pak Arifin tersenyum.
"Bapak jangan senang dulu. Tiara memiliki dua syarat yang harus bapak penuhi!" kata Tiara.
"Syarat? apa itu? katakanlah!" tanya pak Arifin.
" Persyaratannya ialah, pertama, bapak harus mengizinkan aku tetap melanjutkan kuliah. Dan yang kedua bapak harus membiarkan aku bercerai dengan calon suamiku itu kalau ternyata aku dengannya tidak memiliki kecocokan," pinta Tiara.
pak Arifin Bingung. Syarat pertama baginya bisa ia penuhi dengan mudah tapi persyaratan yang kedua? membuat pak Arifin sulit memutuskan.
"Bagaimana pak? apakah bapak siap memenuhi persyaratan Tiara?" tanya Tiara menyadarkan pak Arifin dari lamunannya.
"Baiklah, bapak akan penuhi persyaratanmu,"
kata pak Arifin tanpa berfikir panjang.
"Ya sudah pak," kata Tiara singkat.
Sebenarnya sulit bagiku membuat keputusan seperti ini. Tapi paling tidak, aku sudah memiliki ancang-ancang kalau dikemudian hari aku merasa pernikahanku tidak cocok.
Batin Tiara dalam hati.
Tidak lama kemudian...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Meylin
orgtua yg egois main jodoh2 saja😡
2021-11-28
0
Rusmida Liawaroka Pjt
mungkin lebih asyik
2021-11-25
0
Taehyung
nyimak
2021-11-10
1