NovelToon NovelToon

Pernikahan Yang Dipaksakan

Bab 01

Pada malam hari, di ruang tamu sebuah rumah besar, begitu jelas terdengar sebuah perdebatan.

"Aku tidak mau dijodohkan pah, papah tidak bisa memaksakan kehendak papah padaku. itu pilihan hidupku pah, biar aku saja yang menentukan siapa yang akan menjadi pendamping hidupku!" kata Sandi menentang.

"Tidak bisa!" kata pak Airlangga sambil memukul meja.

"Tapi pah, bagaimana dengan Lisa? aku sudah berpacaran dengannya sudah cukup lama," kata Sandi bersikukuh.

"Lupakan dia! dia bukan wanita baik-baik. Papah tidak akan pernah sudi menerimanya sebagai menantu di keluarga kita. Kecamkan itu!" kata pak Airlangga bersikukuh.

Sandi terdiam lemas mendengarkan apa yang baru saja papahnya katakan.

"Dengarkan papah San, kamu adalah satu-satunya anak yang bisa papah harapkan untuk membalas kebaikan pak Arifin," kata pak Airlangga membujuk.

"Apapun alasannya, Sandi tetap menolak perjodohan ini pah," kata Sandi dengan cukup emosional.

"Cukup San, papah tidak mau mendengar alasan darimu. Sekarang keputusan ada ditanganmu. jika kau masih menolak perjodohan ini, silahkan keluar dari rumah ini!

dan juga, jangan pernah menganggapku sebagai ayahmu lagi!" ancam pak Airlangga.

"Sudah pah, jangan begitu kepada sandi," kata bu Sari menenangkan suaminya itu.

Sandi terdiam lemas untuk kedua kalinya. bagaimana tidak? papahnya yang selalu bersikap sangat lembut kepadanya begitu tega mengancamnya. Akhirnya ia memilih untuk mengikuti permintaan ayahnya tersebut, walaupun sangat berat hati.

"Ya sudahlah pah, terserah papah," kata Sandi menyerah.

"Baguslah kalau kau menurut nak. Besok kita akan kerumah pak Arifin. Jadi, bersiaplah," kata pak Airlangga.

"Astaga! Cepat sekali pah," kata Sandi Keheranan

"Papah memang sudah merencanakan perjodohan ini sejak lama. kamu hanya perlu bersiap saja," kata pak Airlangga.

Sandi benar-benar terpakut diam saat ini. Ia tidak tau apa yang akan terjadi jika Lisa Mengetahuinya.

"Ya sudah, pergilah ke kamarmu dan segeralah tidur!" perintah Pak Airlangga.

"Ia pah, aku tidur dulu Pah,mah. Selamat malam," kata Sandi meninggalkan ruang tamu.

"Sebenarnya papah tidak tega mah kalau harus memarahi dan sampai mengancam Sandi. Tapi papah lakukan semua itu untuk kebaikan sandi sendiri mah. Selain untuk mengikat tali silaturahmi yang kuat dengan pak Arifin, papah juga gak mau Sandi jatuh ke pelukan wanita yang tidak baik seperti Lisa," kata pak Airlangga menahan kesedihan.

" Iya pah, mamah paham. Semoga pilihan papah adalah yang terbaik bagi anak kita ya pah," kata bu Sari menenangkan pak Airlangga.

"Iya mah, semoga saja," kata pak Airlangga tersenyum.

Sandi masih termenung disudut kamar. perjodohan yang diinginkan oleh papahnya membuat Sandi merasa tertekan. Terlebih ia tidak tahu harus bicara apa kepada Lisa.

..........

Tiara yang sedang makan malam bersama orang tua dan adiknya, seketika tersedak setelah ayahnya mengatakan ia akan segera menikah dengan anak pak Airlangga.

"Apa pak? menikah?" tanya Tiara keheranan.

"Iya, kamu akan bapak nikahkan dengan anak laki-laki pak Airlangga," kata pak Arifin.

"Tiara gak mau pak. Tiara belum siap menikah. Lagipula Tiara masih fokus menjalani aktivitas kuliah Tiara pah," kata Tiara menolak.

"Kamu masih bisa melanjutkan kuliah walau dalam keadaan sudah menikah. jadi tidak ada alasan untuk menolak," kata pak Arifin bersikukuh.

"Tapi pak, Tiara belum mengenal siapa laki-laki itu? bagaimana bisa Tiara menikahi seseorang yang Tiara tidak kenal?" kata Tiara.

"Dia adalah anak pak Airlangga. kamu taukan betapa baiknya beliau? kamu bisa kuliah pun karena beliau. Sudah pasti anaknya pun baik.

buah jatuh tidak jauh dari pohonnya," kata pak Arifin.

"Tapi pak...," kata Tiara tersendat

"Tidak ada kata tapi. Ini adalah salah satu cara membalas kebaikan pak Airlangga kepada kita. Kalau kamu masih bersikukuh menolak lebih baik kamu berhenti kuliah. Bapak tidak akan sudi membiayai kuliahmu," kata pak Arifin mengancam.

"Bapak tega," kata Tiara meneteskan air mata.

"Pak, kalau Tiara tidak mau jangan dipaksa pah, kasihan dia," kata bu Lilis menyanggah pak Arifin.

Berbeda dengan bu Sari, bu Lilis tidak begitu menyetujui perjodohan itu.

"Tidak bu. Tiara akan tetap menikahi anak pak Airlangga. Ibu jangan mencoba menghalangi niat baik bapak," kata pak Arifin menegur.

"Tapi pak..," kata bu Lilis tersendat

"Ibu...," kata pak Arifin membuat takut bu Lilis.

Bu Lilis pun memilih diam. Ia takut pak Arifin akan marah kalau ia menentang kehendak suaminya itu. Jarang-jarang pak Arifin memaksakan kehendak. Sekali ia memaksakan kehendaknya, maka itu harus terjadi.

Melihat perdebatan kedua orang tuanya Tiara semakin merasa sedih. bagaimana tidak? ibunya yang selalu mengerti diapun tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kamu akan tau nak,kenapa bapak melakukan ini?" kata pak Arifin menahan sedih didalam hatinya.

Tiara hanya diam membisu dengan kesedihan yang ia rasakan.

"Bapak harap kamu menerimanya, karena bapak yakin ini yang terbaik buatmu. Alangkah baiknya kamu mengikuti keinginan bapak!," kata pak Arifin berharap.

Sama seperti Sandi, iapun memilih menyerah kepada keputusan ayahnya. Ia takut, kalau-kalau ancaman ayahnya itu benar adanya. Semua usaha dia belajar selama ini akan sia-sia bila ayahnya menghentikan kuliahnya.

Aku tidak mau berhenti kuliah ditengah jalan. aku harus mencapai impianku. walaupun aku harus terpaksa menikah, bukan berarti impianku akan lenyap bersamanya. Batin Tiara dalam hati.

"Baik pak aku akan mengikuti keinginan bapak," kata Tiara menurut.

Mendengar hal tersebut, pak Arifin merasa sangat senang. berbeda dengan bu Lilis, ibu Tiara itu merasa kaget.

"Apakah kamu sudah benar-benar siap?" tanya bu Lilis.

"Sudahlah bu, pasti anak gadis kesayangan kita ini pasti siap," kata pak Arifin.

"Siap tidak siap aku harus siap bu. Bagaimanapun kita tidak bisa menentang keinginan bapak," kata Tiara kepada ibunya.

"Gitu donk, kan bapak makin sayang sama Tiara," kata pak Arifin tersenyum.

"Bapak jangan senang dulu. Tiara memiliki dua syarat yang harus bapak penuhi!" kata Tiara.

"Syarat? apa itu? katakanlah!" tanya pak Arifin.

" Persyaratannya ialah, pertama, bapak harus mengizinkan aku tetap melanjutkan kuliah. Dan yang kedua bapak harus membiarkan aku bercerai dengan calon suamiku itu kalau ternyata aku dengannya tidak memiliki kecocokan," pinta Tiara.

pak Arifin Bingung. Syarat pertama baginya bisa ia penuhi dengan mudah tapi persyaratan yang kedua? membuat pak Arifin sulit memutuskan.

"Bagaimana pak? apakah bapak siap memenuhi persyaratan Tiara?" tanya Tiara menyadarkan pak Arifin dari lamunannya.

"Baiklah, bapak akan penuhi persyaratanmu,"

kata pak Arifin tanpa berfikir panjang.

"Ya sudah pak," kata Tiara singkat.

Sebenarnya sulit bagiku membuat keputusan seperti ini. Tapi paling tidak, aku sudah memiliki ancang-ancang kalau dikemudian hari aku merasa pernikahanku tidak cocok.

Batin Tiara dalam hati.

Tidak lama kemudian...

Bab 02

Tidak lama kemudian, terdengar begitu jelas nada panggilan pada handphone pak Arifin.

Itu adalah panggilan dari pak Airlangga.

"Selamat malam pak," kata pak Airlangga memberi salam.

"Malam juga pak, gimana pak? ada yang hendak bapak sampaikan?," tanya pak Arifin.

"Oh ya pak. Jadi begini, bagaimana anak gadis bapak? apakah dia sudah siap untuk menikah?" tanya pak Airlangga.

"Tentu pak, anak saya sudah lebih dari siap untuk menikah," jawab pak Arifin tertawa.

Mendengar jawaban ayahnya tersebut, seketika raut wajah Tiara jengkel.

"Benarkah pak? baguslah," kata pak Airlangga merasa senang.

"Iya pak," kata pak Arifin.

"Bagaimana kalau besok saya dan keluarga saya berkunjung ke rumah bapak? untuk membahas rencana pernikahan anak kita," kata pak Airlangga.

"Boleh pak boleh. Saya malah sangat senang kalau bapak mau berkunjung ke rumah saya," kata pak Arifin.

"Hahaha, bisa saja pak Arifin. Baiklah, besok saya akan mengunjungi kediaman bapak," kata pak Airlangga.

"Iya pak, ditunggu kedatangannya," kata pak Arifin.

"Ya sudah pak, saya tutup dulu. Selamat malam," kata pak Airlangga.

"Selamat malam pak," kata pak Arifin.

"Pak, kenapa cepat sekali sih pembahasan pernikahannya? pasti bapak sudah merencanakan hal ini sejak lama," kata Tiara merengut.

"Memang bapak sudah merencanakan ini dari dua tahun yang lalu saat kamu awal lulus SMA. Tapi, bapak merasa saat itu kamu belum pantas untuk menikah. Jadi, bapak mengurungkan niat bapak untuk menikahkan kamu dengan anak pak Airlangga," kata pak Arifin.

"Bapak memang..," kata Tiara

"Sudahlah, kelak kau akan berterima kasih kepada bapak," kata pak Arifin.

Semoga saja benar yang bapak baru bicarakan. Batin Tiara dalam hati.

"Masuklah kekamar! segera belajar dan tidurlah," perintah Pak Arifin.

"Iya pak," kata Tiara menurut.

Didalam kamar Tiara sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang lumayan banyak. dikala kesibukannya mengerjakan tugas, tiba-tiba dering nada handphonenya berbunyi. Hal itu menandakan kalau adanya panggilan what's app.

Tiara mengangkat panggilan tersebut. Rupanya panggilan itu berasal dari Fira sahabatnya.

"Tiara... kamu udah tau belum kalau kak Ferdi sebentar lagi akan menikah?" tanya Fira.

"Apa? menikah? dengan siapa?" tanya Tiara balik.

"Aku juga tidak tau Tiara. Yang jelas calon istri kak Ferdi bukan orang kampus kita. Mungkin saja orang yang satu kampung halaman dengan kak Ferdi," kata Fira menerka.

Seketika Tiara termenung lemas mendengar berita itu dari Fira. Tiara yang sudah menyukai Ferdi sejak lama harus kehilangan sosok lelaki tampan itu ditangan wanita lain.

Tapi dia bisa apa? semisalnya pun Ferdi belum menikah, mungkinkah hal tersebut menjadi jaminan kalau Ferdi akan menjadi milik dia?.

"Tiara?," panggil Fira.

"Oh iya Fira, ada apa?" tanya intan tersadar dari lamunannya.

"Kenapa kau diam saja? apa kau merasa sedih karena kak Ferdi sudah menjadi milik orang lain?" tanya Fira.

"Tentu aku sedih. Kamu sendiri juga tahu kalau aku menyukainya sejak lama. Tapi ya sudahlah, ia sudah menjadi milik orang lain.

aku harus mengikhlaskan dia," kata Tiara.

"Ya sudahlah kalau kau sudah bisa mengikhlaskannya, aku sangat senang mendengarnya," kata Fira.

"Iya Fira," kata Tiara.

"Owh iya Tiara, bolehkah aku meminta soft file tugas dari pak imam?" tanya Fira.

"Tentu sangat boleh," kata Tiara.

"Baiklah, kirimkan setelah aku mengakhiri panggilan ini. Selamat malam Tiara," kata Fira menutup telepon.

"Selamat malam juga Fira," kata Tiara membalas.

......

Jam dinding menunjukkan pukul lima pagi. sudah menjadi kebiasaan bagi Tiara untuk bangun jam segitu. Setelah bangun, ia membasuh wajah dan merapikan tempat tidur. Setelahnya ia mengikat rambutnya dan pergi ke dapur untuk membantu ibunya memasak.

"Ibu sudah lama disini?" tanya Tiara.

"Gak kok nak," jawab Ibunya.

"Hmm iya yah bu, apa lauk yang akan kita masak bu?" tanya Tiara kepada ibunya.

"Kita masak ikan saja nak," kata bu Lilis.

"Baiklah bu kalau begitu," kata Tiara.

Sehabis memasak, Tiara kembali kekamar. Ia menyiapkan buku yang kuliahnya dan membersihkan diri. Sesudahnya Tiara akan kembali kemeja makan untuk bersarapan bersama ayah, ibu dan adiknya.

Seusai sarapan, Tiara akan bergegas menuju kampus tempat ia kuliah supaya tidak telat. Kadang, kalau ayahnya tidak sempat Tiara pasti akan diminta untuk mengantar adik bungsunya Dani kesekolah. Itulah keseharian yang dijalani seorang Tiara selama ini.

Aktivitas perkuliahan sudah dimulai. Fira menghampiri Tiara. Mereka bersama-sama masuk kelas. belum ada tanda-tanda kedatangan dosen, jadi mereka mengobrol satu sama lain.

Sekitar tiga puluh menit para mahasiswa menunggu, dosen yang ditunggu-tunggu akhirnya pun datang. Semua mahasiswa berdiri karena itu memang peraturan yang berlaku ditempat Tiara berkuliah.

Perkuliahan dimulai, dosen menerangkan pelajaran. Semua orang memperhatikan dengan seksama.

"Semuanya pahamkan?" tanya dosen.

"Paham," jawab murid.

"Kalau begitu buatlah tugas tentang pembahasan ini. Tugas ini dibuat berkelompok, oleh karenanya pilihlah teman kelompok kalian. Satu kelompok beranggotakan dua orang," kata dosen mengarahkan.

"Baik pak," jawab murid dengan lugas.

"Tiara, aku satu kelompok dengan mu ya," kata Fira meminta.

"Tentu Fir, kapan kita akan mengerjakan tugas ini?" tanya Tiara.

"Bagaimana kalau malam ini? kita mengerjakannya dirumah mu," tanya Fira.

mendengar pertanyaan Fira, Tidak menjadi salah tingkah. Ia tidak mau siapapun tau tentang perjodohannya.

"Jangan malam ini deh Fir," kata Tiara menolak

"Kenapa Tiara?" tanya Fira

"Aku ada acara keluarga Fir. Bapak dan ibuku mengharuskan aku ikut menghadirinya," kata Tiara memberi alasan.

"Jadi kapan Tiara?" tanya Fira kembali.

"Bagaimana kalau besok malam?," tanya Tiara.

"Iya gak papa deh. Janji ya gak ditunda," kata Fira meminta kepastian.

"Iya Fira, aku janji," kata Tiara memberi kepastian.

"Ayo kita pergi ke kantin," ajak Fira.

"Ayo," kata Tiara menerima ajakan.

.....

Dikantor Sandi terlihat sangat tidak fokus. Terlebih pembahasan pernikahannya yang dipaksakan akan dibahas malam ini.

Apa yang harus kukatakan kepada Lisa? kalau dia tau aku akan menikah dia pasti sangat marah. Batin Sandi kebingungan.

"Sayang, kita makan malam yuk nanti malam?," isi pesan what app dari Lisa membuat Sandi kaget.

Apa? makan malam? yang benar saja?. Batin Sandi kebingungan.

"Aku tidak bisa sayang, aku ada acara keluarga bersama papah mamah. Papah mewajibkan aku harus ikut," kata Sandi tanpa disadari bahwa alasan yang ia beri persis sama dengan alasan yang diberikan oleh Tiara kepada Fira.

"Masa gak bisa sih sayang, jarang-jarang banget lho aku minta sama kamu gini," kata Lisa merengek.

"Iya maaf deh sayang," kata Sandi merasa

bersalah.

"Jadi kamu bisanya kapan sayang?" tanya Lisa.

"Gimana besok malam sayang?" tanya Sandi kembali.

"Ya udah deh gak papa," kata Lisa.

"Makasih ya sayang atas pengertiannya," kata Sandi.

"Iya sayang," kata Lisa.

Bab 03

Pada sore harinya, Tiara dan bu Lilis nampak memasak makanan yang akan dihidangkan nanti pada Sandi dan keluarganya.

"Bu, anaknya pak Airlangga itu orangnya gimana ya?" tanya Tiara membuka obrolan.

"Ibu juga kurang tau nak. Pasalnya, anaknya pak Airlangga selama ini kuliah diluar negeri, dan juga walaupun ia sudah berada di Indonesia jarang banget dirumah nak," kata Bu Lilis menjelaskan.

"Begitu ya bu," kata Tiara.

"Kenapa nih, kok kamu mulai kepo," kata bu Lilis menggoda Tiara.

"Gak papa kok bu," jawab Tiara tersipu malu.

"Bener nih? ya sudah, lanjutkan masak dagingnya!," perintah bu Lilis.

"Iya bu," jawab Tiara.

......

Diruang TV, Sandi dan ibunya nampak mengobrol santai ditemani secangkir teh dan secangkir kopi.

"Nanti Kamu tampil yang bagus ya San," kata bu Sari.

"Tampil sederhana saja mam, lagi pula cuma acara biasa kok," jawab Sandi ketus.

"Kok gitu ngomongnya anak kesayangan mamah?" kata bu Sari.

"Kan iya mam, kan cuma acara biasa," kata Sandi.

"Bukan sayang, kita akan mendatangi rumah calon mertuamu lho," kata bu Sari.

"Tetap biasa saja mam, karena pernikahan ini bukan kehendak Sandi," kata Sandi.

"Mamah paham sayang, mama juga sama papamu menikah karena dijodohkan oleh eang dulu," kata bu Sari.

"Itukan dulu mam, gak bisa disamakan sama zaman sekarang," kata Sandi menolak Argumen mamanya.

"Iya sayang, itukan cuma beda di zamannya saja, kalau tujuannya kan sama San," kata bu Sari menjelaskan.

"Tujuan apa mam? pemaksaan iya," kata Sandi ketus.

"Tujuannya pasti supaya si anak dapat jodoh yang terbaik sayang," kata bu Sari Menjelaskan

"Kalau anak mau dapat jodoh yang terbaik, serahkan saja pada anaknya, biar anaknya sendiri yang cari dan tentukan siapa pendamping hidupnya," kata Sandi tak mau mengalah.

Merasa terpojok dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, bu Lilis tidak membalas perkataan Sandi karena sepenuhnya putra bungsunya itu tidak salah dan ada benarnya juga.

"Apa yang Sandi bilang memang benar sih, tapi ya sudahlah, apapun alasannya anak mama yang paling ganteng tetap harus memilih jodoh pilihan papa," kata bu Sari.

"Mama sama papa sama saja, gak ada bedanya," kata sandi ketus.

"Anak mama marah-marah terus, nanti gantengnya hilang lho," kata bu Sari sembari mengelus bahu putra kesayangannya itu.

Sandi hanya tersenyum malu, sebab, ia sangat senang dipuji oleh ibunya.

"Ya sudah, anak mamah mandi sana, biar gantengnya plus-plus," kata bu Lilis merayu.

"Mama nih bisa saja," kata Sandi tersenyum.

Sandi pun menaiki tangga satu demi satu menuju kamar tidurnya. ia memasuki kamar mandi, melepaskan pakaiannya, berendam dan mencelupkan kepalanya sesekali. ia memilih baju batik sebagai pakaian yang ia kenakan.

Kenapa dia cantik gak ya. Batin Sandi bertanya.

Sandi kembali turun kebawah dimana ibunya sudah berada Disana duluan.

"Mama dah lama disini?" tanya Sandi.

"Gak kok sayang, ngomong-ngomong jagoan mamah ganteng banget sih," puji bu Lilis.

"Ah, mama bisa aja, mama juga cantik," kata Sandi memuji balik ibunya.

"Katanya mau tampil biasa, sekarang kok kece badai," kata bu Lilis

"Sandi ngelakuin ini demi mama kok," kata Sandi.

"Ia? makasih sayang mama," kata bu Lilis. Sandi tersenyum membalasnya.

"Papah mana mam?" tanya Sandi.

"Papa mu lagi diatas sayang," kata bu Lilis.

"Hmm gitu ya mam," kata Sandi.

Tak lama, Pak Airlangga menuruni tangga, pak Airlangga juga menggunakan pakaian yang sama dengan Sandi, yaitu baju batik dan celana dasar.

"Wah, papa samaan sama Sandi," kata bu Lilis.

"Iya donk mah," kata pak Airlangga.

"Anak papa ya sekali," kata pak Airlangga.

"Terima kasih pa," kata Sandi berterima kasih.

"Ayo kita berangkat," ajak pak Airlangga kepada istri dan anaknya.

Mas Ali, supir pribadi keluarga Airlangga sudah menunggu sejak tadi. Melihat tuannya sudah siap, Ali pun dengan sigapnya membukakan pintu untuk mereka.

"Silahkan tuan,nyonya dan tuan muda juga!" kata Ali.

"Iya mas," kata Sandi.

Mereka berjalan menuju rumah pak Arifin.

Sudah hampir jam tujuh malam, tapi kedatangan Sandi dan keluarganya belum muncul juga.

"Pak, mereka jadi datang gak sih," tanya bu Lilis gelisah.

"Sabar bu, kan belum jam tujuh. Mungkin aja diluar sana Macet," kata pak Arifin.

"Ia bu, bener kata bapak," kata Tiara.

Bu Lilis hanya termangut diam.

"Siapa yang datang sih kak, " tanya Dani kebingungan.

"Teman bapak dek," jawab Tiara menjelaskan.

"Gitu ya kak?" kata Dani

"Iya dek," jawab Tiara.

Suara deruman mobil begitu jelas terdengar didepan halaman rumah Tiara. Ia, mereka adalah pak Airlangga bersama keluarganya.

"Nah itu pasti mereka, ayo kita keluar memberi salam sapa kepada mereka," ajak pak Arifin.

"Ayok pak," kata bu Lilis.

Sandi, bu Sari, dan pak Airlangga kini disambut hangat oleh keluarga pak Arifin. pak Airlangga memeluk hangat pak Arifin, begitu pula, bu Lilis memeluk hangat bu Sari. Sandi juga mencium kedua punggung tangan pak Arifin dan bu Lilis. begitupun sebaliknya Tiara mencium kedua punggung tangan pak Airlangga dan bu Sari.

Namun saat menyalami Tiara Sandi sedikit salah tingkah.

"Sandi," kata Sandi memperkenalkan diri.

"Tiara," kata Tiara yang juga memperkenalkan diri.

Cantik sih, malah lebih cantik dari Lisa. Batin Sandi memuji.

Tampan sekali dia, kak Ferdi bukan apa-apa dibandingkan mas Sandi. Batin Tiara kagum.

Dani juga menyalami pak Arifin,bu Sari,dan Sandi dengan hormat.

"Siapa namanya kamu dek?" tanya Sandi sembari membelai wajah Dani.

"Namaku Dani mas," jawab Dani.

"Nama yang bagus," kata Sandi memuji.

"Makasih mas," kata Dani merasa senang.

"Mari pak silahkan masuk!" ajak pak Arifin.

Sandi,pak Airlangga, dan bu Sari memasuki rumah sederhana Tiara.

"Kita langsung makan saja ya pak," kata pak Arifin.

"Oh, boleh-boleh," kata pak Airlangga.

Mereka berjalan menuju meja makan.

"Sepertinya masakannya enak-enak ya bu," puji bu Sari terhadap masakan sederhana bu Lilis.

"Ya semoga saja bu," jawab bu Lilis tersenyum kecil.

"Silahkan disantap saja," kata pak Arifin menawarkan.

Saat Sandi hendak mengambil nasi ia kesulitan, Tiara yang melihatnya bergegas membantu.

"Biar saya saja yang ambilkan mas," kata Tiara.

"Terima kasih ya," kata Sandi.

"Sama-sama mas," kata Tiara.

Sandi lumayan lahap makannya, ia memang suka hidangan sederhana. Walaupun orang tuanya kaya, Sandi tetap merendah hati.

Namun disisi lain, Sandi tidak bersikap ramah pada Tiara. Ia tetap diam saja dan sesekali memainkan ponsel pintar miliknya setelah selesai makan.

Semua sudah selesai makan, pak Arifin mempersilahkan tamunya itu untuk duduk diruang tamu yang kemudian mereka akan membahas kelanjutan pernikahan Sandi dan Tiara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!