Pada sore harinya, Tiara dan bu Lilis nampak memasak makanan yang akan dihidangkan nanti pada Sandi dan keluarganya.
"Bu, anaknya pak Airlangga itu orangnya gimana ya?" tanya Tiara membuka obrolan.
"Ibu juga kurang tau nak. Pasalnya, anaknya pak Airlangga selama ini kuliah diluar negeri, dan juga walaupun ia sudah berada di Indonesia jarang banget dirumah nak," kata Bu Lilis menjelaskan.
"Begitu ya bu," kata Tiara.
"Kenapa nih, kok kamu mulai kepo," kata bu Lilis menggoda Tiara.
"Gak papa kok bu," jawab Tiara tersipu malu.
"Bener nih? ya sudah, lanjutkan masak dagingnya!," perintah bu Lilis.
"Iya bu," jawab Tiara.
......
Diruang TV, Sandi dan ibunya nampak mengobrol santai ditemani secangkir teh dan secangkir kopi.
"Nanti Kamu tampil yang bagus ya San," kata bu Sari.
"Tampil sederhana saja mam, lagi pula cuma acara biasa kok," jawab Sandi ketus.
"Kok gitu ngomongnya anak kesayangan mamah?" kata bu Sari.
"Kan iya mam, kan cuma acara biasa," kata Sandi.
"Bukan sayang, kita akan mendatangi rumah calon mertuamu lho," kata bu Sari.
"Tetap biasa saja mam, karena pernikahan ini bukan kehendak Sandi," kata Sandi.
"Mamah paham sayang, mama juga sama papamu menikah karena dijodohkan oleh eang dulu," kata bu Sari.
"Itukan dulu mam, gak bisa disamakan sama zaman sekarang," kata Sandi menolak Argumen mamanya.
"Iya sayang, itukan cuma beda di zamannya saja, kalau tujuannya kan sama San," kata bu Sari menjelaskan.
"Tujuan apa mam? pemaksaan iya," kata Sandi ketus.
"Tujuannya pasti supaya si anak dapat jodoh yang terbaik sayang," kata bu Sari Menjelaskan
"Kalau anak mau dapat jodoh yang terbaik, serahkan saja pada anaknya, biar anaknya sendiri yang cari dan tentukan siapa pendamping hidupnya," kata Sandi tak mau mengalah.
Merasa terpojok dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, bu Lilis tidak membalas perkataan Sandi karena sepenuhnya putra bungsunya itu tidak salah dan ada benarnya juga.
"Apa yang Sandi bilang memang benar sih, tapi ya sudahlah, apapun alasannya anak mama yang paling ganteng tetap harus memilih jodoh pilihan papa," kata bu Sari.
"Mama sama papa sama saja, gak ada bedanya," kata sandi ketus.
"Anak mama marah-marah terus, nanti gantengnya hilang lho," kata bu Sari sembari mengelus bahu putra kesayangannya itu.
Sandi hanya tersenyum malu, sebab, ia sangat senang dipuji oleh ibunya.
"Ya sudah, anak mamah mandi sana, biar gantengnya plus-plus," kata bu Lilis merayu.
"Mama nih bisa saja," kata Sandi tersenyum.
Sandi pun menaiki tangga satu demi satu menuju kamar tidurnya. ia memasuki kamar mandi, melepaskan pakaiannya, berendam dan mencelupkan kepalanya sesekali. ia memilih baju batik sebagai pakaian yang ia kenakan.
Kenapa dia cantik gak ya. Batin Sandi bertanya.
Sandi kembali turun kebawah dimana ibunya sudah berada Disana duluan.
"Mama dah lama disini?" tanya Sandi.
"Gak kok sayang, ngomong-ngomong jagoan mamah ganteng banget sih," puji bu Lilis.
"Ah, mama bisa aja, mama juga cantik," kata Sandi memuji balik ibunya.
"Katanya mau tampil biasa, sekarang kok kece badai," kata bu Lilis
"Sandi ngelakuin ini demi mama kok," kata Sandi.
"Ia? makasih sayang mama," kata bu Lilis. Sandi tersenyum membalasnya.
"Papah mana mam?" tanya Sandi.
"Papa mu lagi diatas sayang," kata bu Lilis.
"Hmm gitu ya mam," kata Sandi.
Tak lama, Pak Airlangga menuruni tangga, pak Airlangga juga menggunakan pakaian yang sama dengan Sandi, yaitu baju batik dan celana dasar.
"Wah, papa samaan sama Sandi," kata bu Lilis.
"Iya donk mah," kata pak Airlangga.
"Anak papa ya sekali," kata pak Airlangga.
"Terima kasih pa," kata Sandi berterima kasih.
"Ayo kita berangkat," ajak pak Airlangga kepada istri dan anaknya.
Mas Ali, supir pribadi keluarga Airlangga sudah menunggu sejak tadi. Melihat tuannya sudah siap, Ali pun dengan sigapnya membukakan pintu untuk mereka.
"Silahkan tuan,nyonya dan tuan muda juga!" kata Ali.
"Iya mas," kata Sandi.
Mereka berjalan menuju rumah pak Arifin.
Sudah hampir jam tujuh malam, tapi kedatangan Sandi dan keluarganya belum muncul juga.
"Pak, mereka jadi datang gak sih," tanya bu Lilis gelisah.
"Sabar bu, kan belum jam tujuh. Mungkin aja diluar sana Macet," kata pak Arifin.
"Ia bu, bener kata bapak," kata Tiara.
Bu Lilis hanya termangut diam.
"Siapa yang datang sih kak, " tanya Dani kebingungan.
"Teman bapak dek," jawab Tiara menjelaskan.
"Gitu ya kak?" kata Dani
"Iya dek," jawab Tiara.
Suara deruman mobil begitu jelas terdengar didepan halaman rumah Tiara. Ia, mereka adalah pak Airlangga bersama keluarganya.
"Nah itu pasti mereka, ayo kita keluar memberi salam sapa kepada mereka," ajak pak Arifin.
"Ayok pak," kata bu Lilis.
Sandi, bu Sari, dan pak Airlangga kini disambut hangat oleh keluarga pak Arifin. pak Airlangga memeluk hangat pak Arifin, begitu pula, bu Lilis memeluk hangat bu Sari. Sandi juga mencium kedua punggung tangan pak Arifin dan bu Lilis. begitupun sebaliknya Tiara mencium kedua punggung tangan pak Airlangga dan bu Sari.
Namun saat menyalami Tiara Sandi sedikit salah tingkah.
"Sandi," kata Sandi memperkenalkan diri.
"Tiara," kata Tiara yang juga memperkenalkan diri.
Cantik sih, malah lebih cantik dari Lisa. Batin Sandi memuji.
Tampan sekali dia, kak Ferdi bukan apa-apa dibandingkan mas Sandi. Batin Tiara kagum.
Dani juga menyalami pak Arifin,bu Sari,dan Sandi dengan hormat.
"Siapa namanya kamu dek?" tanya Sandi sembari membelai wajah Dani.
"Namaku Dani mas," jawab Dani.
"Nama yang bagus," kata Sandi memuji.
"Makasih mas," kata Dani merasa senang.
"Mari pak silahkan masuk!" ajak pak Arifin.
Sandi,pak Airlangga, dan bu Sari memasuki rumah sederhana Tiara.
"Kita langsung makan saja ya pak," kata pak Arifin.
"Oh, boleh-boleh," kata pak Airlangga.
Mereka berjalan menuju meja makan.
"Sepertinya masakannya enak-enak ya bu," puji bu Sari terhadap masakan sederhana bu Lilis.
"Ya semoga saja bu," jawab bu Lilis tersenyum kecil.
"Silahkan disantap saja," kata pak Arifin menawarkan.
Saat Sandi hendak mengambil nasi ia kesulitan, Tiara yang melihatnya bergegas membantu.
"Biar saya saja yang ambilkan mas," kata Tiara.
"Terima kasih ya," kata Sandi.
"Sama-sama mas," kata Tiara.
Sandi lumayan lahap makannya, ia memang suka hidangan sederhana. Walaupun orang tuanya kaya, Sandi tetap merendah hati.
Namun disisi lain, Sandi tidak bersikap ramah pada Tiara. Ia tetap diam saja dan sesekali memainkan ponsel pintar miliknya setelah selesai makan.
Semua sudah selesai makan, pak Arifin mempersilahkan tamunya itu untuk duduk diruang tamu yang kemudian mereka akan membahas kelanjutan pernikahan Sandi dan Tiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Meylin
Authournya salah nama tuh🥴
2021-11-28
0