Rega Untuk Alea
Brakkk
"Aduhhh"
Suara seseorang yang terdengar kesakitan di pagi-pagi sekali tersebut membuat semua penghuni rumah mewah bergegas mendekat ke arah sumber suara.
Semua orang mendapati Alesya terduduk di lantai dengan pecahan beling dimana-mana dan tangan yang terluka hingga mengeluarkan darah.
"Kakak" ucap Alea yang terkejut saat melihat kakaknya terluka.
"Astaga Alesya sayang" ucap sang nenek setengah berteriak mendapati cucu kesayangannya terluka.
Alea yang hendak menolong pun langsung didorong mundur oleh sang nenek.
"Jangan mendekati Alesya, nanti dia terkena sial" ucap sang nenek yang sering dipanggil Jenita oleh teman-teman sosialita nya.
"Tapi nek" jawab Alea
"Aduhh.... stttt.... " ringis Alesya yang menyadarkan perdebatan antara Nenek Jenita dengan Alea.
"Sudah, kamu cepat panggil ayah kamu sana" ucap sang nenek dengan ketusnya.
Alea yang hendak memanggil sang ayah, namun sang ayah sudah berada di ambang pintu pun langsung mengusap lembut kepala Alea untuk menenangkan putrinya. Lalu bergegas membawa Alesya ke rumah sakit terdekat.
"Yang sabar ya non" ucap bi Inah sambil memeluk Alea.
"Iya bi" jawab Alea mencoba untuk tegar dan tidak membesar-besarkan ucapan neneknya yang nyelekit.
Setelah menunggu hampir dua jam akhirnya Alesya datang dengan tangan dan kaki yang diperban. Ia di bawa masuk kedalam rumah secara hati-hati oleh ayah dan neneknya.
Alea yang hendak mendekat jadi tidak berani saat melihat raut muka neneknya yang galak dan tatapan tajamnya mengarah pada dirinya.
"Inahh....." teriak sang nenek dari kamar Alesya.
"Iya nyonya... " jawab sang bibi dari arah dapur dan melewati Alea.
Alea juga melihat sang ayah baru keluar dari kamar Alesya dan mendekat padanya.
"Kakak tidak apa-apa yah? " ucap Alea dengan raut wajah khawatir.
"Sudah tidak apa-apa, hanya terkilir dan luka ditangannya sudah diobati dokter." ucap sang ayah pada Alea.
"Syukurlah" jawab Alea dengan penuh kelegaan.
"Maafkan nenek ya nak. Kamu jaga diri baik-baik, ayah mau kekantor dulu" lanjutnya sambil mengecup kepala putrinya dengan sayang.
Alea mengangguk dan memperhatikan punggung ayahnya hingga tidak terlihat. Dalam diamnya, ia berpikir betapa setianya sang ayah yang masih menduda dan tak mau menikah lagi. Padahal sang ibu sudah menikah lagi dengan laki-laki yang kabur dengannya menurut cerita yang ia dengar.
"Heh... sini... " ucap sang nenek yang entah kapan ada disebelahnya lalu menarik rambutnya dengan paksa dan membawanya ke kamar mandi dapur
"Aduhh... sakit nek" ucap Alea karena cengkraman tangan neneknya begitu kuat.
"Ini tidak seberapa dengan yang dialami Alesya" jawab neneknya tepat di telinganya.
Lalu sang nenek menyiram Alea dengan air bekas pel dan menampar Alea beberapa kali.
"Gara-gara kamu Alesya jadi terluka. Dasar anak pembawa sial" ucap sang nenek dengan penuh amarah.
Alea yang penakut dari kecil tidak berani membalas neneknya, ia hanya bisa meringkuk dan menangis.
Segala caci makian dari sang nenek tidak hanya memenuhi kamar mandi dapur tersebut tapi juga telinga dan jiwanya.
"Kamu memang tidak ada bedanya dengan ibumu yang tak tau diri itu, dasar anak pembawa sial. Emang lebih baik kamu tidak terlahir sama sekali" ucap sang nenek sebelum pergi dari hadapan Alea.
"Mama, apa yang mama lakukan" ucap Ayah Alea yang tak jadi pergi karena feelingnya tidak enak.
Dan benar saja, saat ia hendak menyalakan mobilnya. Ia melihat dari kaca jendela bahwa ibunya menganiaya putrinya.
Nenek Jenita yang terkejut tidak langsung mengaku bersalah. Ia masih memperkuat pertahanan dirinya dengan amarahnya.
"Kamu nggak usah ikut campur Hans. Anak ini memang pembawa sial dari kecil sama seperti Sinta yang telah menghianatimu." ucap Nenek Jenita mencoba mempengaruhi pikiran putra satu-satunya.
"Cukup Ma, jangan samakan Alea dengan wanita itu" ucap ayah Alea yang bernama Hans dengan emosi karena diingatkan akan wanita masa lalunya yang tak lain mantan istrinya sendiri.
Mendengar putranya yang marah karena biasanya hanya bersabar menghadapi dirinya. Nenek Jenita memutuskan untuk pergi dari hadapan ayah dan anak tersebut.
"Nak, maafkan ayah ya" ucap sang ayah pada Alea dan menghampirinya.
"Alea nggak apa-apa kok yah, Ayah berangkat aja nanti telat ke kantornya!" ucap Alea mencoba untuk tegar dihadapan ayahnya.
"Nak... " belum sempat ayahnya berucap tapi Alea sudah mendorong ayahnya untuk pergi ke kantor.
"Alea ngak apa-apa serius, ini Alea mau mandi biar nggak masuk angin. Ayah berangkat sana nanti dimarahin atasan lagi" mendengar ucapan anaknya yang memaksa mau tak mau ia harus tetap berangkat ke kantor.
"Jaga diri baik-baik, kalau ada apa-apa langsung telepon ayah" ucap ayahnya Alea sebelum berangkat.
Alea yang terbiasa memendam deritanya seorang diri, seperti biasa hanya bisa menangis dan pulih sendiri. Entah ada keajaiban apa yang Tuhan siapkan untuknya suatu saat nanti.
......................
"Loh Alea pipi kamu kenapa? " sapa seseorang yang baru dipersilahkan masuk oleh bi Inah.
Alea yang hendak berangkat kuliah siang itu, cukup terkejut melihat seseorang yang tak lain adalah cinta pertamanya. Ia hanya bisa mematung di tempat saking salting nya.
"Kak Dion" ucap Alea lirih dan hanya dia yang bisa mendengarnya.
Melihat Alea yang hanya mematung saja, Dion langsung mendekatinya tanpa sungkan karena ia cukup dekat dengan Alea.
"Hei kok bengong? Ini pipi kamu kenapa? " tanya Dion kedua kalinya dan tanpa izin langsung memegang pipi Alea untuk memastikan bahwa adik tunangannya itu baik-baik saja.
"Eh... " reflek Alea sambil memundur.
Sumpah Demi apa, jantung Alea rasanya mau lompat terus kayang terus nari salsa. Woylah sedekat itu cuy didepan crush, kalau mimin sih pura-pura pingsan sekalian biar di gendong hehe.
"Eh Nak Dion udah dateng" ucap Nenek Jenita yang manis, semanis pinjam dulu seratus.
Nenek Jenita langsung menggandeng Dion untuk masuk ke kamar cucu kesayangannya sambil menatap tajam Alea seperti memberi peringatan untuk pergi.
"Nek itu Alea juga kenapa? " tanya Dion yang bingung dengan keadaan yang ia lihat.
"Ah nggak apa-apa itu, biasa itu anak sakit gigi. Nanti juga sembuh sendiri." jawab nenek Jenita mencoba meyakinkan, padahal Alea seperti itu karena ulahnya sendiri.
Dion mencoba mencerna dan percaya begitu saja, meski ia tak yakin tentang apa yang didengarnya.
"Ngomong-ngomong bukannya nak Dion ada jadwal di luar kota ya kata Alesya, kok bisa ada disini?" tanya nenek Jenita mencoba mengalihkan pembicaraan karena melihat wajah Dion yang masih mengkhawatirkan Alea.
"Iya, tadi dikabarin dokter yang ngobati Alesya. Dia teman saya nek" jawab Dion apa adanya.
"Wahh calon suami siaga" ucap nenek Jenita yang membanggakan Dion.
Dion hanya tertunduk dengan senyumnya, Begitu sampai di kamar Alesya ia mendapati wajah cantik seseorang yang ia rindukan selama ini.
"Sayang" ucap Alesya melihat kedatangan Dion di ambang pintu kamarnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
CEO MARAWAR
🙏💪
2024-09-16
1
Eva Karmita
hallo salam kenal ya 🙏😊
2024-07-15
3
CintaAfya
kk hadir di sini thor.... terus semangat utk berkarya dan update nya.... awal cerita yg bagus...
2024-07-13
3