LUKA

LUKA

Bab 1

laki-laki tampan bertubuh atletis dengan pakaian formal yang masih mengenakan jas itu tengah duduk di meja bar sebuah Club ternama, jam udah menunjukan pukul satu dini hari, tapi ia masih enggan untuk beranjak dari tempat yang saat ini sudah di penuhi lautan manusia penggemar dunia malam.

Reno mendesah kesal saat sebuah tangan lentik wanita menyentuh pundaknya dengan penuh menggoda, dia menatap sinis wanita yang saat ini sudah duduk di sampingnya dengan wajah menggoda.

"Kau butuh teman tuan" ucap wanita itu dengan nada suara yang sengaja di buat semenggoda mungkin.

laki-laki itu berdecak tidak berniat menjawab. dia sedang tidak ingin di ganggu malam ini.

"kau sepertinya sudah cukup mabuk, haruskah aku antara ke salah satu kamar di sini" Wanita itu mencoba menawarkan diri, berharap laki-laki yang saat ini ia goda mau menerima tawarannya.

"Tidak perlu. aku tidak butuh di temani" jawab Reno dengan nada dingin.

wanita itu masih belum menyerah, dia malah semakin berani menyentuh rahang Reno dengan lembut berharap laki-laki itu akan tergoda. ayolah.. dia yakin Reno bukan laki-laki polos, karena dia sering melihat laki-laki itu datang ke club ini dan sering di temani oleh Yasta salah satu wanita malam di Club ini.

Reno menepis tangan wanita itu dengan kasar, dia beranjak dari duduknya dan keluar dari club itu. sungguh dia sangat kesal, hanya ingin menyendiri saja sulit sekali.

Saat ini Reno sudah berada di dalam mobil, dia sudah minum banyak tapi entah mengapa dia masih cukup sadar. menyandarkan kepalanya ke belakang Reno menghela nafas, entahlah dia hanya ingin mabuk malam ini agar bisa melupakan semua kejadian yang terjadi meski hanya sementara. melihat wanita yang di cintainya sudah resmi menikah dengan sahabatnya sendiri sungguh dia tidak bisa menutupi hatinya yang patah, tapi dia tidak ingin egois. Reno juga merasa senang melihat dua orang yang ia sayang bahagia.

Mengingat kembali kejadian di pesta pernikahan Alantta dan Rendra tadi, astaga dia sengaja mengajak temannya yang lain untuk mengajak Rendra mengobrol, agar sahabatnya itu tidak segera masuk kedalam kamar pengantin. miris sekali bukan.. ternyata dia tidak seikhlas itu melepas Alantta.

Ah... laki-laki itu memijat pelipisnya karena merasa pusing dia mengeluarkan ponselnya untuk menelpon seseorang. "Tolong jemput saya di club" Reno langsung mematikan sambung telepon nya setelah mendapat jawaban dari orang yang ia telpon.

Mobil Pajero berwarna hitam itu masuk kedalam gerbang rumah mewah yang berada di kawasan perumahan Elit, seorang laki-laki paruh baya keluar dan membukakan pintu untuk Tuanya.

"Tidak perlu mang oding, saya masih bisa jalan"

"Aden yakin.. gapapa biar mamang pegangin" laki-laki tua itu merasa khawatir melihat Reno yang terlihat sangat kusut dalam keadaan setengah mabuk.

Reno hanya mengangkat tangannya, yang langsung di mengerti oleh mang oding bahwa laki-laki itu tidak ingin di bantu. setelah masuk kedalam rumah orang yang pertama Reno lihat adalah bi asih, wanita tua itu langsung berjalan menghampiri nya setelah melihat Reno.

"Aden baik-baik ajah? udah makan belum? bibi siapin makan ya"

Reno tersenyum melihat raut khawatir dari wanita tua yang sudah lama sekali bekerja di rumahnya itu. "tidak perlu bi, aku mau langsung istirahat saja" laki-laki itu berjalan ke anak tangga untuk pergi ke kamarnya, namun dia menghentikan langkahnya sejenak. "apa mamah sudah pulang? "

Bi Asih menggeleng. "belum den"

Reno hanya mengangguk, lalu kembali menaiki anak tangga.

Bi Asih melihat punggung tuanya itu dengan wajah sendu, dia bisa merasakan apa yang Reno rasakan. laki-laki itu kesepian sedari kecil tidak mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya, itu sebabnya bi Asih menyayangi Reno layaknya menyayangi anak kandungnya sendiri.

Reno sering pulang kerumah dalam keadaan mabuk tapi tidak pernah sekalipun laki-laki itu meminta di jemput, baru kali ini dia meminta mang oding untuk menjemputnya. biasanya Reno masih bisa mengendarai mobilnya sendiri meski dalam keadaan setengagl mabuk, atau kalau dia sudah merasa tidak kuat mengendarai mobil dia akan menelpon jasa sopir pengganti dan menginap di hotel.

*****

Pagi sudah menjelang. Clara bangun dari tidurnya lebih cepat karena hari ini dia ada jadwal kuliah pagi. gadis itu turun ke bawah untuk sarapan, sudah ada papah dan mamahnya di meja makan.

"Morning mah, pah" ucap Clara seraya mencium pipi kedua orang tuanya.setelah itu dia duduk di salah satu kursi.

"Morning sayang" jawab kedua orang tua Clara berbarengan.

Clara mulai memakan nasi goreng yang sudah di siapkan untuknya, dia melirik kedua orang tuanya sekilas. sungguh dia sangat senang jika keluarganya berkumpul seperti ini, biasanya dia hanya sarapan sendirian jika kedua orang tuanya ke luar kota atau keluar negeri.

"Sayang, bagaimana menurut mu jika papah dan dan mamah benar-benar menjodohkan kamu dengan Toni"

ucapan papahnya berhasil membuat Clara menghentikan aktivitas nya, gadis itu menatap wajah papah dan mamahnya secara bergantian. "Clara fikir itu hanya candaan para orang tua saja"

Nola mamahnya Clara tersenyum. "Awalnya hanya candaan, tapi kalau terjadi juga tidak apa-apa. papah dan mamah malah senang"

"Ayolah mah pah, dulu saja papah ingin menjodohkan aku dengan ka Rendra padal aku masih sangat muda, dan sekarang Toni. sepertinya papah dan mamah ingin sekali aku menikah dengan keluarga om Adwin"

Mahendra tersenyum dia mendorong piring kosong yang sudah ia habiskan isinya, tangannya mengambil air putih yang ada di samping kiri dan meminumnya. "Papah memang ingin sekali kau menikah dengan salah satu keluarga Adwin, selain untuk memperkuat persahabatan menjadi keluarga, papah juga percaya keluarga mereka bisa menjaga kamu"

Mahendra mengusap tangan putrinya itu dengan lembut sebelum akhirnya kembali berucap. "kau taukan bagaimana dulu Rendra juga membantu papah dan mamah menjaga mu, dan sekarang papah juga percaya Toni juga bisa menjaga mu karena dia adalah keluarga Adwin"

Clara menghela nafas, kenapa pagi-pagi sekali harus membahas perjodohan si. jika saja hatinya tidak menyukai seseorang mungkin Clara akan menerima saja dijodohkan dengan Toni, karena laki-laki itu memang sangat baik dan Clara tau itu. tapi mau bagaimana lagi nama Reno sudah masuk terlebih dulu kedalam hatinya, hingga membuat dia ragu dan hanya menganggap Toni sebagai teman.

Clara menatap wajah papahnya. raut bahagia itu bisa Clara lihat di sana, dia belum bisa membuat kedua orang tuanya bangga padanya, apakah jika dia menolak untuk di jodohkan dengan Toni papah dan mamahnya akan kecewa. tentu saja. apalagi papahnya yang memang sangat ingin berbesanan dengan keluarga Adwinata.

bersambung..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!