Bab 3

Reno melangkah cepat memasuki rumah sakit. saat di perjalanan tadi bi Asih menelpon kembali. dia berkata mamahnya pingsan dan mereka membawa mamahnya kerumah sakit. Reno yang tadinya memang masih dalam perjalanan memutar balikan arah kemudi nya, menuju rumah sakit.

Saat sudah sampai di ruang IGD Reno menyingkap salah satu tirai dimana dia tadi sempat melihat bi Asih.

"Apa yang terjadi bi, dokter bilang apa? " Reno bertanya karena saat dia masuk Raya mamahnya sudah di pasang selang infusan, dengan mata yang masih terpejam.

"Dokter belum menjelaskan detailnya apa Den, tadi katanya akibat nyonya tidak sadarkan diri karena demamnya terlalu tinggi" bi Asih melihat raut wajah Reno yang mendekati mamahnya. "Nyonya sudah sadar Den, saat ini nyonya sedang tidur mungkin efek obat yang tadi si suntikan"

Reno mengusap wajahnya dengan kasar. sungguh jika melihat mamahnya terbaring lemah seperti ini hatinya merasa tersayat, mamahnya terlihat sangat pucat, namun wajah pucat itu tidak mengurangi kecantikan wanita itu sedikitpun bagi Reno. meski usianya sudah menginjak lima puluh lima tahun tapi wanita itu masih terlihat cantik. entah apa yang membuat papahnya berselingkuh dan meninggalkan wanita secantik mamahnya, Laki-laki tua itu lebih memilih meninggalkan anak dan istrinya demi untuk menikahi sekertaris nya yang tengah hamil.

"Kapan mamah akan di pindahkan keruangan bi? "

"Suster bilang sebentar lagi Den, kamarnya lagi di siapkan" bi Asih mengusap punggung Reno dengan lembut. "Aden jangan terlalu khawatir, dokter bilang kemungkinan nyonya hanya kecapean jadi kurang istirahat, nanti dokter akan memeriksa kembali setelah nyonya di pindahkan"

Tidak butuh menunggu terlalu lama untuk mamahnya di pindahkan keruangan VIP, saat ini mereka sudah berada di kamar inap. Reno tengah berbicara dengan Dokter yang baru saja memeriksa mamahnya, dokter bilang Raya terkena gejala tipes karena mungkin wanita itu kurang istirahat dan tidak menjaga pola makannya.

Saat dokter sudah pergi Reno berjalan kembali, dia duduk di samping ranjang pesakitan dimana mamahnya berbaring saat ini.

"Kenapa tidak menghubungi Aldo saja, mamah tidak suka berada di Rumah sakit" Aldo adalah om Reno, adik dari mamahnya yang memang adalah seorang dokter, usia Aldo tidak jauh beda dengan Reno laki-laki itu juga masih lajang.

"Tidak ada yang suka berada di Rumah sakit mah, lagipula bi Asih sudah panik melihat mamah pingsan"

Raya menatap Reno yang saat ini lebih fokus memainkan ponselnya, dia sebenarnya merasa bersalah pada anak semata wayangnya itu, tapi rasa sakit yang di torehkan mantan suaminya membuat dia terlalu fokus menyembuhkan diri. ingin sekali dia memeluk anaknya dan mengucapkan kata maaf. tapi dia terlalu takut, takut jika Reno akan meluapkan kebenciannya seperti anak itu membenci papahnya sendiri.

Raya berdehem mencoba untuk menarik perhatian Reno, namun Reno tetap cuek dan masih fokus pada ponselnya. sebelum akhirnya bi Asih datang bersama sopir pribadi Raya pak Yudi, Reno baru mengalihkan perhatiannya pada bi Asih dan memasukan ponselnya kedalam saku celana. ada rasa iri di hati Raya bagaimana melihat putranya lebih dekat dengan bi Asih dibanding dengan mamahnya sendiri, tapi Raya tidak ingin egois bagaimanapun bi Asih lah yang sudah membantunya menjaga Reno, bahkan anak itu lebih banyak menghabiskan waktunya bersama bi Asih dibanding dengannya yang memang jarang di rumah.

"Den Reno pulang saja, biar bibi yang menginap di sini menjaga nyonya"

Reno mengalihkan pandangannya pada mamahnya, wanita itu mengangguk menyetujui ucapan bi Asih. "Pulanglah, mamah tidak apa-apa bersama bi Asih"

"Bibi belum makan kan, lebih baik bibi makan dulu biar aku tungguin mamah sebentar"

Raya tersenyum miris mendengar ucapan Reno, bahkan sedari tadi putranya itu tidak menanyakan apakah dia sudah makan atau belum.

"Tidak usah den bibi belum laper"

"Kalau begitu tetap beli makanan saja agar bibi bisa makan kapan saja saat lapar". kini Reno beralih menatap pak Yudi yang saat ini masih berdiri di belakang bi Asih. "Pak Yudi tolong belikan makan untuk bi Asih dulu keluar sebelum bapak pulang"

Reno memberikan uang dua ratus ribu pada pak Yudi. "baik Den, kalo gitu bapak berangkat sekarang" pak Yudi pergi setelah mengambil uang dari Reno.

Reno menatap mamahnya "kalau begitu Reno pulang dulu" ucapannya yang langsung mendapat anggukan dari mamahnya.

Reno keluar dari kamar itu yang di ikuti bi Asih karena ingin mengantarkannya sampai depan. setelah mereka berada di luar pintu kamar rawat mamahnya. Reno berucap. "mamah belum makan bi, tadi suster sudah membawa makanannya di dalam"

"Iya den nanti bibi suapi nyonya, aden istirahat ajah di rumah jangan mikirin apa-apa ada bibi yang jagain nyonya"

Reno tersenyum bi Asih memang selalu tau apa yang dia rasakan, dia menyayangi mamahnya hanya saja dia tidak bisa menunjukkan kasih sayangnya itu. "kalau begitu Reno pulang dulu, titip mamah ya"

*****"

Satu minggu sudah berlalu, sejak pertemuan keluarganya dengan keluarga Clara di pesta pernikahan Rendra Toni merasa sangat senang, karena sepertinya nasib baik tengah berpihak kepadanya dimana keluarga mereka malah berniat menjodohkan mereka berdua. Toni bahkan sudah terang terangan mengungkapkan isi hatinya kepada mamahnya bahwa dia menyukai Clara.

Malam ini malam minggu keluarga nya mengadakan makan malam bersama di sebuah lestoran bintang lima, dimana dia merasa sangat senang karena Om Adwin juga mengundang keluarga Clara untuk makan malam bersama mereka. Tentu Toni tau apa tujuan keluarganya mengadakan makan malam itu dan itu juga yang membuat Senyum Toni tidak pernah memudar dari wajahnya.

"Jangan terus tersenyum seperti itu sayang, atau Clara akan menganggap mu laki-laki gila saat melihat nanti" Tania berucap mengingatkan anaknya, saat ini mereka sedang berada di dalam mobil untuk menuju ketempat dimana makan malam di langsungkan.

"Mamah tentu tau apa yang membuat ku bahagia sekarang" jawab Toni dengan pandangan masih fokus menatap jalan, namun raut bahagia itu tidak pernah lepas dari wajahnya.

"Jangan terlalu senang. Kita belum tau bagaimana perasaan Clara pada mu" sejujurnya Tania merasa ragu, karena melihat raut wajah Clara saat mereka menggoda Clara dan Toni untuk di Jodohka saat di pernikahan Rendra waktu itu. raut wajah Clara terlihat tidak nyaman atau mungkin tidak suka, entah lah Tania juga tidak tau dia hanya takut anak nya kecewa jika hanya Toni yang mengharapkan perjodohan ini.

"Aku tidak perduli dengan perasaan Clara saat ini mah, dengan dia bersedia di jodohkan dengan ku saja aku sudah sangat senang, setelahnya aku akan terus berusaha untuk membuatnya mencintaiku"

Tania ikut tersenyum melihat anaknya begitu bahagia, tapi dia juga merasa khawatir, khawatir Clara akan menolak perjodohan ini dan pada akhirnya putranya yang akan patah hati.

bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!