laki-laki tampan bertubuh atletis dengan pakaian formal yang masih mengenakan jas itu tengah duduk di meja bar sebuah Club ternama, jam udah menunjukan pukul satu dini hari, tapi ia masih enggan untuk beranjak dari tempat yang saat ini sudah di penuhi lautan manusia penggemar dunia malam.
Reno mendesah kesal saat sebuah tangan lentik wanita menyentuh pundaknya dengan penuh menggoda, dia menatap sinis wanita yang saat ini sudah duduk di sampingnya dengan wajah menggoda.
"Kau butuh teman tuan" ucap wanita itu dengan nada suara yang sengaja di buat semenggoda mungkin.
laki-laki itu berdecak tidak berniat menjawab. dia sedang tidak ingin di ganggu malam ini.
"kau sepertinya sudah cukup mabuk, haruskah aku antara ke salah satu kamar di sini" Wanita itu mencoba menawarkan diri, berharap laki-laki yang saat ini ia goda mau menerima tawarannya.
"Tidak perlu. aku tidak butuh di temani" jawab Reno dengan nada dingin.
wanita itu masih belum menyerah, dia malah semakin berani menyentuh rahang Reno dengan lembut berharap laki-laki itu akan tergoda. ayolah.. dia yakin Reno bukan laki-laki polos, karena dia sering melihat laki-laki itu datang ke club ini dan sering di temani oleh Yasta salah satu wanita malam di Club ini.
Reno menepis tangan wanita itu dengan kasar, dia beranjak dari duduknya dan keluar dari club itu. sungguh dia sangat kesal, hanya ingin menyendiri saja sulit sekali.
Saat ini Reno sudah berada di dalam mobil, dia sudah minum banyak tapi entah mengapa dia masih cukup sadar. menyandarkan kepalanya ke belakang Reno menghela nafas, entahlah dia hanya ingin mabuk malam ini agar bisa melupakan semua kejadian yang terjadi meski hanya sementara. melihat wanita yang di cintainya sudah resmi menikah dengan sahabatnya sendiri sungguh dia tidak bisa menutupi hatinya yang patah, tapi dia tidak ingin egois. Reno juga merasa senang melihat dua orang yang ia sayang bahagia.
Mengingat kembali kejadian di pesta pernikahan Alantta dan Rendra tadi, astaga dia sengaja mengajak temannya yang lain untuk mengajak Rendra mengobrol, agar sahabatnya itu tidak segera masuk kedalam kamar pengantin. miris sekali bukan.. ternyata dia tidak seikhlas itu melepas Alantta.
Ah... laki-laki itu memijat pelipisnya karena merasa pusing dia mengeluarkan ponselnya untuk menelpon seseorang. "Tolong jemput saya di club" Reno langsung mematikan sambung telepon nya setelah mendapat jawaban dari orang yang ia telpon.
Mobil Pajero berwarna hitam itu masuk kedalam gerbang rumah mewah yang berada di kawasan perumahan Elit, seorang laki-laki paruh baya keluar dan membukakan pintu untuk Tuanya.
"Tidak perlu mang oding, saya masih bisa jalan"
"Aden yakin.. gapapa biar mamang pegangin" laki-laki tua itu merasa khawatir melihat Reno yang terlihat sangat kusut dalam keadaan setengah mabuk.
Reno hanya mengangkat tangannya, yang langsung di mengerti oleh mang oding bahwa laki-laki itu tidak ingin di bantu. setelah masuk kedalam rumah orang yang pertama Reno lihat adalah bi asih, wanita tua itu langsung berjalan menghampiri nya setelah melihat Reno.
"Aden baik-baik ajah? udah makan belum? bibi siapin makan ya"
Reno tersenyum melihat raut khawatir dari wanita tua yang sudah lama sekali bekerja di rumahnya itu. "tidak perlu bi, aku mau langsung istirahat saja" laki-laki itu berjalan ke anak tangga untuk pergi ke kamarnya, namun dia menghentikan langkahnya sejenak. "apa mamah sudah pulang? "
Bi Asih menggeleng. "belum den"
Reno hanya mengangguk, lalu kembali menaiki anak tangga.
Bi Asih melihat punggung tuanya itu dengan wajah sendu, dia bisa merasakan apa yang Reno rasakan. laki-laki itu kesepian sedari kecil tidak mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya, itu sebabnya bi Asih menyayangi Reno layaknya menyayangi anak kandungnya sendiri.
Reno sering pulang kerumah dalam keadaan mabuk tapi tidak pernah sekalipun laki-laki itu meminta di jemput, baru kali ini dia meminta mang oding untuk menjemputnya. biasanya Reno masih bisa mengendarai mobilnya sendiri meski dalam keadaan setengagl mabuk, atau kalau dia sudah merasa tidak kuat mengendarai mobil dia akan menelpon jasa sopir pengganti dan menginap di hotel.
*****
Pagi sudah menjelang. Clara bangun dari tidurnya lebih cepat karena hari ini dia ada jadwal kuliah pagi. gadis itu turun ke bawah untuk sarapan, sudah ada papah dan mamahnya di meja makan.
"Morning mah, pah" ucap Clara seraya mencium pipi kedua orang tuanya.setelah itu dia duduk di salah satu kursi.
"Morning sayang" jawab kedua orang tua Clara berbarengan.
Clara mulai memakan nasi goreng yang sudah di siapkan untuknya, dia melirik kedua orang tuanya sekilas. sungguh dia sangat senang jika keluarganya berkumpul seperti ini, biasanya dia hanya sarapan sendirian jika kedua orang tuanya ke luar kota atau keluar negeri.
"Sayang, bagaimana menurut mu jika papah dan dan mamah benar-benar menjodohkan kamu dengan Toni"
ucapan papahnya berhasil membuat Clara menghentikan aktivitas nya, gadis itu menatap wajah papah dan mamahnya secara bergantian. "Clara fikir itu hanya candaan para orang tua saja"
Nola mamahnya Clara tersenyum. "Awalnya hanya candaan, tapi kalau terjadi juga tidak apa-apa. papah dan mamah malah senang"
"Ayolah mah pah, dulu saja papah ingin menjodohkan aku dengan ka Rendra padal aku masih sangat muda, dan sekarang Toni. sepertinya papah dan mamah ingin sekali aku menikah dengan keluarga om Adwin"
Mahendra tersenyum dia mendorong piring kosong yang sudah ia habiskan isinya, tangannya mengambil air putih yang ada di samping kiri dan meminumnya. "Papah memang ingin sekali kau menikah dengan salah satu keluarga Adwin, selain untuk memperkuat persahabatan menjadi keluarga, papah juga percaya keluarga mereka bisa menjaga kamu"
Mahendra mengusap tangan putrinya itu dengan lembut sebelum akhirnya kembali berucap. "kau taukan bagaimana dulu Rendra juga membantu papah dan mamah menjaga mu, dan sekarang papah juga percaya Toni juga bisa menjaga mu karena dia adalah keluarga Adwin"
Clara menghela nafas, kenapa pagi-pagi sekali harus membahas perjodohan si. jika saja hatinya tidak menyukai seseorang mungkin Clara akan menerima saja dijodohkan dengan Toni, karena laki-laki itu memang sangat baik dan Clara tau itu. tapi mau bagaimana lagi nama Reno sudah masuk terlebih dulu kedalam hatinya, hingga membuat dia ragu dan hanya menganggap Toni sebagai teman.
Clara menatap wajah papahnya. raut bahagia itu bisa Clara lihat di sana, dia belum bisa membuat kedua orang tuanya bangga padanya, apakah jika dia menolak untuk di jodohkan dengan Toni papah dan mamahnya akan kecewa. tentu saja. apalagi papahnya yang memang sangat ingin berbesanan dengan keluarga Adwinata.
bersambung..
Reno menatap laki-laki tua yang kini tengah duduk di hadapannya, saat ini mereka ada di salah satu lestoran ternama. beberapa menit berlalu tapi dua laki-laki yang berbeda generasi itu belum ada yang mau membuka mulutnya untuk sekedar menanyakan kabar. entah apa yang terjadi namun laki-laki itu sibuk dengan fikiran mereka masing-masing.
"Sampai kapan kau akan terus bekerja di perusahaan orang lain?" laki-laki tua itu mengalah, dia menatap Reno yang masih saja diam.
"Aku sudah tua, seharusnya kau memajukan perusahaan papahmu dibandingkan perusahaan orang lain"
Reno berdecak menatap malas laki-laki yang memiliki status sebagai papahnya ini, laki-laki tua itu hanya akan menemuinya jika sedang memiliki keinginan saja. seperti saat ini, sudah beberapa bulan terakhir Yogi Wira Atmaja selalu menemuinya dan memaksa Reno untuk memimpin perusahaan milik papahnya itu.
"Anakmu bukan cuma aku saja, kenapa kau hanya memaksa ku"
"Dasar anak tidak sopan. kenapa kau selalu berbicara formal pada orang tua mu" Yogi terlihat sangat kesal mendengar ucapan Reno yang selalu berucap formal padanya. "Anakku memang bukan kau saja tapi kau anak laki-laki satu-satunya"
"Memang nya kenapa kalau aku anak laki-laki satu-satunya" Reno berucap santai namun dalam hatinya ia setengah mati menahan kekesalan pada laki-laki tua itu. "Bukankah kau sangat menginginkan anak dari perempuan itu. kenapa tidak dia saja yang kau jadikan penerus YWA Grup"
Reno memang milik dua adik perempuan dari papahnya, tentu saja berbeda ibu.
"Kau___" Yogi tidak melanjutkan lagi ucapannya, dia sudah tidak tau harus bagaimana lagi membujuk putranya itu agar mau meneruskan perusahaannya. entah sampai kapan Reno akan terus membencinya, setelah puluhan tahun lamanya putranya masih tidak bisa memaafkan nya, bahkan Reno jarang sekali memanggilnya dengan sebutan papah.
"Papah tidak mau tau, bagaimanapun kau harus berhenti dari perusahaan itu dan meneruskan perusahaan papah. papah kasih kamu waktu satu bulan kalau tidak___"
"kalau tidak apa? " Reno memotong ucpan papahnya. dia benar-benar tidak habis fikir betapa sangat egoisnya laki-laki tua itu, dia tidak berubah sama sekali baik dulu maupun sekarang.
"Papah akan membatalkan kerjasama papah pada perusahaan temanmu itu, papah tidak main-main Reno" ucap Yogi, setelah itu dia pergi meninggalkan Reno sendiri dengan amarah yang di tahan.
Ya.. perusahaan YWA Grup memang tengah bekerja sama dengan perusahaan Adwinata Grup, mereka tengah bekerjasama untuk membangun sebuah Resorts mewah di sebuah pulau yang mesih sangat asri. meskipun pembangunan Resorts itu baru di rencanakan tapi perkiraan keuntungan dari kerjasama itu tidaklah main-main. dan pembangunan Resorts itu tidak akan terlaksana jika salah satu dari perusahaan membatalkan kerja sama, karena jika Resorts itu jadi di bangun maka akan menjadi salah satu Resorts terbesar dan termegah di Asia.
Reno menghela nafas dengan berat. tentu jika papahnya membatalkan kerjasama itu perusahaan Rendra akan rugi, dan juga dia akan merasa bersalah pada sahabatnya itu. sungguh papanya benar-benar tau bagaimana harus mengancam dan mencari titik kelemahannya.
Reno melirik ponselnya yang bergetar di atas meja, setelah melihat siapa yang menelpon dia menggeser ikon berwarna hijau keatas. "Ada apa bi"
"Ini den nyonya sakit, badannya panas tapi tidak mau di bawa kerumah sakit" Reno bisa mendengar nada kekhawatiran dari bi asih.
"Baik saya pulang sekarang"
Reno segera keluar dari lestoran itu dan masuk kedalam mobil. Reno memang kesal pada mamahnya karena semenjak perceraian kedua orang tua mereka mamahnya juga tidak mengurus Reno dengan baik. tapi Reno tidak bisa membenci wanita itu, bagaimanapun mereka berdua adalah korban dari keegoisan papahnya, kesalahan mamahnya hanyalah terlalu fokus pada luka sendiri hingga lupa ada anak kecil yang juga ikut terluka. bukannya mengobati luka bersam-sama mamahnya hanya fokus mengobati lukanya sendiri.
*****
"Kenapa si Cla, cerita dong? "
Clara beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas yang di ikuti oleh Jenny di belakangnya, mereka baru saja menyelesaikan satu mata kuliahnya. "Cla jangan bikin gue penasaran, loe sebenarnya kenapa si" ucap jenny kembali setelah mensejajarkan langkahnya dengan Clara.
Jenny merasa sangat penasaran apa yang terjadi pada Clara, karena selama jam mata kuliah tadi gadis itu tidak fokus.
"Kenapa apanya si. gue tadi laper banget Jenn, makannya ga fokus"
"Alah.. bohong lo, gue gak percaya"
Clara melirik Jenny sekilas, saat ini mereka masih berjalan menuju ke kantin. "Lo emang pengen dengar apa? lo pengen gue ngomong ada masalah gitu. itu mah sama aja lo ngedoa'in gue dapet masalah"
Jenny tertohok mendengar ucapan Clara. "Astaga Cla lo jangan suudzon sama gue. lagian lo bikin gue khawatir, mana ada lo gak fokus cuma karena lapar itu bukan lo banget"
Mereka sudah sampai di kantin, Clara dan Jenny berjalan kearah meja yang paling pojok. setelah mereka duduk Jenny memanggil pelayan kantin, dan mereka mulai memesan makanan mereka masing-masing.
"Jadi lo gak mau cerita ni sama gue" Jenny kembali berucap karena belum mendapatkan jawaban yang puas dari Clara.
"Oke oke gue jujur, emang ada yang lagi gue fikirin. tapi gue belum bisa cerita sama lo" Clara menghentikan ucapannya sejenak karena makanan mereka datang, sebelum akhirnya berucap kembali setelah pelaya kantin itu pergi.
"Lebih tepatnya si gue belum pengen cerita, tapi ini ada hubungannya sama Reno dan Toni"
Jeni yang tengah meracik baksonya itu berdecak mendengar ucapan Clara. "Lo belum mau cerita tapi lo ngasih spoiler tentang masalah lo, bikin gue tambah penasaran ajah tau ga"
Clara tertawa mendengar ucapan Jenny, dia memang sengaja ingin membuat temannya itu kesal, ke kepoan Jenny tuh benar-benar sudah akut jadi terkadang Clara sengaja mebuat temannya itu merasa hampir mati penasaran.
"ekh... lo jadi mau magang? " Clara berucap karena mengingat ucapan Jenny tempo hari.
Jenny mengangguk, dia tidak bisa menjawab ucapan Clara karena masih mengunyah bakso di mulutnya.
"Di perusahaan mana? udah dapet belom" ucap Clara kembali sambil menyuapkan mie rebus kedalam mulutnya. menikmati makanan di dalam kantin adalah salah satu kesenangan Clara, karena hanya di tempat itu dia bisa menikmati makanan seperti ini. jika mamahnya tau dia memakan mie instan seperti ini sudah pasti dia akan di omeli sepanjang hari. jika dirumahnya mie yang boleh di makan itu hanya mie yang di buat langsung oleh para koki di rumahnya, tentu saja adonan mie nya pun di buat sendiri.
Jenny menggeleng dia menelan dulu bakso yang ada di mulutnya sebelum menjawab. "Belum.. tapi gue udah mengajukan ke perusahaan YWA Grup tinggal nunggu kabar aja"
"YWA Grup" Clara mencoba mengingat-ingat perusahaan itu, namun seketika raut wajahnya terlihat antusias setelah mengingat perusahaan nya. "YWA Grup perusahaan besar itu"
Jenny mengerutkan kening melihat tingkah Sahabatnya, bagaimana Clara seantusias itu mendengar perusahaan besar itu. padahal dia sendiri salah satu pemik perusahaan besar. memang tingkah orang kaya itu benar-benar diluar nalar.
Bersambung....
Reno melangkah cepat memasuki rumah sakit. saat di perjalanan tadi bi Asih menelpon kembali. dia berkata mamahnya pingsan dan mereka membawa mamahnya kerumah sakit. Reno yang tadinya memang masih dalam perjalanan memutar balikan arah kemudi nya, menuju rumah sakit.
Saat sudah sampai di ruang IGD Reno menyingkap salah satu tirai dimana dia tadi sempat melihat bi Asih.
"Apa yang terjadi bi, dokter bilang apa? " Reno bertanya karena saat dia masuk Raya mamahnya sudah di pasang selang infusan, dengan mata yang masih terpejam.
"Dokter belum menjelaskan detailnya apa Den, tadi katanya akibat nyonya tidak sadarkan diri karena demamnya terlalu tinggi" bi Asih melihat raut wajah Reno yang mendekati mamahnya. "Nyonya sudah sadar Den, saat ini nyonya sedang tidur mungkin efek obat yang tadi si suntikan"
Reno mengusap wajahnya dengan kasar. sungguh jika melihat mamahnya terbaring lemah seperti ini hatinya merasa tersayat, mamahnya terlihat sangat pucat, namun wajah pucat itu tidak mengurangi kecantikan wanita itu sedikitpun bagi Reno. meski usianya sudah menginjak lima puluh lima tahun tapi wanita itu masih terlihat cantik. entah apa yang membuat papahnya berselingkuh dan meninggalkan wanita secantik mamahnya, Laki-laki tua itu lebih memilih meninggalkan anak dan istrinya demi untuk menikahi sekertaris nya yang tengah hamil.
"Kapan mamah akan di pindahkan keruangan bi? "
"Suster bilang sebentar lagi Den, kamarnya lagi di siapkan" bi Asih mengusap punggung Reno dengan lembut. "Aden jangan terlalu khawatir, dokter bilang kemungkinan nyonya hanya kecapean jadi kurang istirahat, nanti dokter akan memeriksa kembali setelah nyonya di pindahkan"
Tidak butuh menunggu terlalu lama untuk mamahnya di pindahkan keruangan VIP, saat ini mereka sudah berada di kamar inap. Reno tengah berbicara dengan Dokter yang baru saja memeriksa mamahnya, dokter bilang Raya terkena gejala tipes karena mungkin wanita itu kurang istirahat dan tidak menjaga pola makannya.
Saat dokter sudah pergi Reno berjalan kembali, dia duduk di samping ranjang pesakitan dimana mamahnya berbaring saat ini.
"Kenapa tidak menghubungi Aldo saja, mamah tidak suka berada di Rumah sakit" Aldo adalah om Reno, adik dari mamahnya yang memang adalah seorang dokter, usia Aldo tidak jauh beda dengan Reno laki-laki itu juga masih lajang.
"Tidak ada yang suka berada di Rumah sakit mah, lagipula bi Asih sudah panik melihat mamah pingsan"
Raya menatap Reno yang saat ini lebih fokus memainkan ponselnya, dia sebenarnya merasa bersalah pada anak semata wayangnya itu, tapi rasa sakit yang di torehkan mantan suaminya membuat dia terlalu fokus menyembuhkan diri. ingin sekali dia memeluk anaknya dan mengucapkan kata maaf. tapi dia terlalu takut, takut jika Reno akan meluapkan kebenciannya seperti anak itu membenci papahnya sendiri.
Raya berdehem mencoba untuk menarik perhatian Reno, namun Reno tetap cuek dan masih fokus pada ponselnya. sebelum akhirnya bi Asih datang bersama sopir pribadi Raya pak Yudi, Reno baru mengalihkan perhatiannya pada bi Asih dan memasukan ponselnya kedalam saku celana. ada rasa iri di hati Raya bagaimana melihat putranya lebih dekat dengan bi Asih dibanding dengan mamahnya sendiri, tapi Raya tidak ingin egois bagaimanapun bi Asih lah yang sudah membantunya menjaga Reno, bahkan anak itu lebih banyak menghabiskan waktunya bersama bi Asih dibanding dengannya yang memang jarang di rumah.
"Den Reno pulang saja, biar bibi yang menginap di sini menjaga nyonya"
Reno mengalihkan pandangannya pada mamahnya, wanita itu mengangguk menyetujui ucapan bi Asih. "Pulanglah, mamah tidak apa-apa bersama bi Asih"
"Bibi belum makan kan, lebih baik bibi makan dulu biar aku tungguin mamah sebentar"
Raya tersenyum miris mendengar ucapan Reno, bahkan sedari tadi putranya itu tidak menanyakan apakah dia sudah makan atau belum.
"Tidak usah den bibi belum laper"
"Kalau begitu tetap beli makanan saja agar bibi bisa makan kapan saja saat lapar". kini Reno beralih menatap pak Yudi yang saat ini masih berdiri di belakang bi Asih. "Pak Yudi tolong belikan makan untuk bi Asih dulu keluar sebelum bapak pulang"
Reno memberikan uang dua ratus ribu pada pak Yudi. "baik Den, kalo gitu bapak berangkat sekarang" pak Yudi pergi setelah mengambil uang dari Reno.
Reno menatap mamahnya "kalau begitu Reno pulang dulu" ucapannya yang langsung mendapat anggukan dari mamahnya.
Reno keluar dari kamar itu yang di ikuti bi Asih karena ingin mengantarkannya sampai depan. setelah mereka berada di luar pintu kamar rawat mamahnya. Reno berucap. "mamah belum makan bi, tadi suster sudah membawa makanannya di dalam"
"Iya den nanti bibi suapi nyonya, aden istirahat ajah di rumah jangan mikirin apa-apa ada bibi yang jagain nyonya"
Reno tersenyum bi Asih memang selalu tau apa yang dia rasakan, dia menyayangi mamahnya hanya saja dia tidak bisa menunjukkan kasih sayangnya itu. "kalau begitu Reno pulang dulu, titip mamah ya"
*****"
Satu minggu sudah berlalu, sejak pertemuan keluarganya dengan keluarga Clara di pesta pernikahan Rendra Toni merasa sangat senang, karena sepertinya nasib baik tengah berpihak kepadanya dimana keluarga mereka malah berniat menjodohkan mereka berdua. Toni bahkan sudah terang terangan mengungkapkan isi hatinya kepada mamahnya bahwa dia menyukai Clara.
Malam ini malam minggu keluarga nya mengadakan makan malam bersama di sebuah lestoran bintang lima, dimana dia merasa sangat senang karena Om Adwin juga mengundang keluarga Clara untuk makan malam bersama mereka. Tentu Toni tau apa tujuan keluarganya mengadakan makan malam itu dan itu juga yang membuat Senyum Toni tidak pernah memudar dari wajahnya.
"Jangan terus tersenyum seperti itu sayang, atau Clara akan menganggap mu laki-laki gila saat melihat nanti" Tania berucap mengingatkan anaknya, saat ini mereka sedang berada di dalam mobil untuk menuju ketempat dimana makan malam di langsungkan.
"Mamah tentu tau apa yang membuat ku bahagia sekarang" jawab Toni dengan pandangan masih fokus menatap jalan, namun raut bahagia itu tidak pernah lepas dari wajahnya.
"Jangan terlalu senang. Kita belum tau bagaimana perasaan Clara pada mu" sejujurnya Tania merasa ragu, karena melihat raut wajah Clara saat mereka menggoda Clara dan Toni untuk di Jodohka saat di pernikahan Rendra waktu itu. raut wajah Clara terlihat tidak nyaman atau mungkin tidak suka, entah lah Tania juga tidak tau dia hanya takut anak nya kecewa jika hanya Toni yang mengharapkan perjodohan ini.
"Aku tidak perduli dengan perasaan Clara saat ini mah, dengan dia bersedia di jodohkan dengan ku saja aku sudah sangat senang, setelahnya aku akan terus berusaha untuk membuatnya mencintaiku"
Tania ikut tersenyum melihat anaknya begitu bahagia, tapi dia juga merasa khawatir, khawatir Clara akan menolak perjodohan ini dan pada akhirnya putranya yang akan patah hati.
bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!