Bab 3. He is My Future

Sebuah guncangan yang cukup keras di pundak menyadarkanku dari lamunan panjang masa lalu. Sontak tubuh berdenyit pelan, terkejut dengan kumpulnya kesadaranku.

"Shelina." Suara seseorang di sampingku. Aku menoleh dan langsung menatap wajah Andrew yang khawatir. Aku mengangguk pelan menjawab panggilannya. Lalu melirik keadaan sekitar dengan cepat. Ah ternyata kami berdua tengah berada di dalam mobil Andrew yang sudah berhenti di depan gedung apartemenku.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya khawatir dan tak puas hanya mendapat anggukkan kepalaku. Dia menuntut jawaban dari mulutku.

"Ya, aku baik-baik saja," sebuah senyuman kecil aku tampilkan mengusir kerisauan dan kekhawatiran yang jelas ada di wajahnya. Andrew memegang pundakku dan memutar tubuhku menghadap kearahnya. Mata kami saling bertatapan.

"Jangan dengarkan perkataan Marcus tadi. Dia hanya kaget karena kau jauh lebih muda dibandingkan aku."

"Ya," jawabku pelan sambil mengangguk. Tentu saja Marcus kaget. Kami sudah lima tahun tak bertemu. Dan pertemuan pertama kami memang sangat tak masuk akal. Dulu hubungan kami sepasang kekasih tapi kini hubungan kami tak lebih dari hubungan antara calon anak tiri dan ibu tirinya.

"Dengar, Marcus memang anak yang dingin dan keras. Tapi sebenarnya dia anak yang baik. Aku sangat menyayanginya. Kuharap kau juga menyayanginya," ucap Andrew lembut mencoba menjelaskan agar aku mengerti sikap dingin dan kejam yang Marcus tampilkan tadi.

"Dia membenciku," ucapku sendu, sedikit terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulutku sendiri.

"Ssttt. Dia tidak membencimu. Dia hanya belum menerima kehadiranmu."

"Dia tak setuju aku—"

"Tenanglah, kita akan tetap menikah sebulan lagi. Dengan atau tanpa persetujuan Marcus."

"Sekarang, masuklah. Ini sudah malam. Kau besok harus bangun pagi sekali untuk membereskan barang-barang yang akan kau bawa." Aku mengangguk pelan. Pasrah, tak ingin menentang kata-katanya lagi. Walau kini hatiku meragu, apa keputusanku ini benar? Apa aku yakin akan menikah dengannya sebulan lagi? Andrew adalah pria yang baik, dia sangat menyayangiku dan aku juga menyayanginya. Tapi sampai saat ini aku tidak bisa mencintai Andrew karena hatiku telah hancur oleh pria lain yang merupakan putra tunggalnya, Marcus Cho. Aku teringat kembali pertemuan pertamaku dengan Andrew.

Sebuah tamparan keras menghantam pipi kiriku. Begitu pedas dan panas. Pipiku terbakar. Berdenyut\-denyut sakit membara. Tanganku meraba pelan pipi kiri, nyeri dan panas.

"Dasar jalang rendahan!"

Aku menoleh. Wanita paruh baya dengan barang\-barang mewah di seluruh tubuhnya berdiri di hadapanku. Dengan wajah sangar dan marah menatapku. Matanya membara tajam.

"Berani\-beraninya kau menggoda suamiku? Dasar jalang rendah!" Teriaknya melengking hingga puluhan pasang mata menatap ke arah kami. Dentuman musik Dj terhenti, semua orang terfokus menanti kekacauan yang akan terjadi. Panas di pipi menyadarkanku, bukan saatnya aku berdiam diri. Aku memang pelacur tapi tak pernah menggoda suaminya. Pria itu sendiri yang datang dan menyewaku.

"Jaga mulut anda, nyonya." Aku menegakkan tubuhku. Berdiri berhadapan dengan wanita paruh baya yang angkuh dan penuh kesombongan itu.

"Jaga mulutku?" Alisnya naik sebelah mengejekku.

"Tak ada yang salah dengan ucapanku. Kau memang pelacur, jalang rendah yang menjajakan tubuhnya kepada siapapun. Menggoda pria kaya dengan tubuhmu," ejek nyonya itu menghina pekerjaanku.

"Ya, aku memang jalang. Tapi aku tak pernah menggoda suamimu. Dia yang datang dan merayuku untuk melayaninya. Jangan salahkan aku jika dia tertarik padaku, tapi tanyakan pada dirimu sendiri mengapa dia melirik gadis muda sepertiku? Itu karena kau sudah tak menggairahkan lagi. Wajahmu sudah keriput dan tubuhmu sudah longgar tak sesempit milikku. Jadi, bukan aku yang menggoda suamimu, tapi kau yang tak bisa memuaskannya lagi," aku menyeringai senang karena semua perkataanku memanglah kebenarannya. Pria itu pernah bercerita setelah dia puas dengan pelayananku.

Wajah nyonya sombong itu semakin menggelap. Tanduk dan asap seakan keluar dari kepalanya. Dengan cepat dia menyerangku. Jemarinya menarik rambut panjangku dengan brutal. Keanggunan kalangan atas yang melekat di tubuhnya seakan sirna dengan prilaku bar\-barnya yang mengamuk dan menarik rambutku kasar.

Sakit tak terkira. Rambutku ditarik secara paksa. Helaian rambutku lepas. Pening memburu begitu cepat diiringi sakit yang teramat sangat. Sebelum seluruh rambutku rontok akibat nyonya gila ini, aku harus menghentikannya. Aku menarik tangannya.

Sial, tangannya begitu kencang. Tak bisa melepaskan diri darinya, aku berbalik melawan wanita tua itu.

Aku ingin dia tahu rasa sakitku. Tanganku dengan cepat meraih rambutnya. Lalu menariknya begitu kencang hingga dia memekik keras karena ulahku.

Aku menyeringai. Kehidupan mengajarkan aku untuk tak pernah berdiam diri. Luka dibalas dengan luka. Sakit dibalas dengan sakit. Tak akan ada yang berubah jika aku hanya diam menerima perlakuan jahat orang lain. Selagi diriku benar, jangan pernah berhenti untuk mempertahankannya.

Pertikaian kami berlangsung cukup lama. Tak ada seorang pun dari kerumunan orang di dalam club ini yang memisahkan kami. Mereka bahkan bersemangat menonton. Menyorakkan kata\-kata semangat agar kami semakin menggila. Nyonya gila itu mencakar wajahku. GILA!!

Rahangku mengeras, mata menggelap, dan pipi perih. Kuku wanita itu sudah melukai wajahku. Dengan brutal aku membalas perlakuannya. Mencakar wajahnya. Aku menyeringai bahagia teringat beberapa hari yang lalu aku melakukan perawatan pada kuku tanganku. Pertikaian kami semakin panas. Hingga seorang pria menarik tubuhku dari belakang. Dan seorang pria paruh baya menarik nyonya sombong itu. Pria yang beberapa hari lalu selalu mencariku, suami nyonya sombong itu.

"Bawa pulang istrimu!" ucap seorang pria yang menahan tubuhku. Aku masih ingin menerjang wanita itu. Aku belum cukup puas hanya dengan merobek baju mewah dan mencakar wajahnya. Rambutnya begitu acak\-acakan. Dia sangat mengenaskan.

"Lepaskan aku!" Teriak nyonya itu tak terima ditahan oleh suaminya.

"Diam! Apa kau ingin mempermalukan dirimu? Pulang sekarang juga!" Teriak suaminya marah.

"Mempermalukan diriku? Kau yang membuat aku malu karena berhubungan dengan jalang itu!" Teriaknya tak terima. Namun suaminya menariknya untuk segera pergi dari sini hingga menghilang di balik pintu. Kerumunan orang mulai membubarkan diri, kembali asik menikmati musik Dj dan berjoget ria.

Aku tersadar jika seorang pria masih memeluk perutku erat dari belakang. Dengan cepat melepaskan diri dan berbalik. Seketika terdiam dan membeku. Dihadapanku berdiri seorang pria dewasa yang tampan walau usianya jauh lebih tua dibandingkan diriku. Mata hitam yang begitu gelap, hidung mancung, dan bibirnya cukup tebal, aku terpesona. Dia meneliti penampilanku dari bawah hingga atas. Matanya membesar menatap wajahku.

"Astaga, kau terluka." Dengan panik dia menarik tanganku untuk segera mengikuti langkah besarnya. Aku hanya diam tak bersuara ketika dia membawaku ke salah satu kamar yang disediakan di club malam ini. Entah dari mana dia mendapatkannya. Kini tangannya menggenggam handuk kecil yang sudah di celupkan ke air hangat dan perlahan mengusapkannya ke arah wajahku.

"Ahh," desisku pelan menahan perih. Sejak tadi aku tak tahu kondisi wajahku saat ini. Aku tak tahu separah apa luka yang kuterima dari nyonya gila itu. Tapi satu hal yang pasti, ini sangat perih.

Aku membeku karena hembusan nafas hangatnya menerpa wajahku. Pria ini begitu dekat. Bahkan wajahnya berjarak beberapa centi dariku. Dia seakan tak perduli dengan jarak diantara kami. Dan terus terfokus untuk membersihkan luka di wajahku. Lalu menempelkan plaster di sana. Sejak tadi aku hanya diam tak berbicara sedikitpun karena pria ini juga tak berkata apapun. Dia kembali duduk di hadapanku setelah meletakkan baskom kecil, handuk dan obat luka di atas meja.

Pria itu menarik pundakku untuk berhadapan langsung dengannya. Jantungku berdegup kencang menanti apa yang akan dilakukannya. Kami hanya berdua di dalam kamar ini. Duduk saling berhadapan di atas ranjang yang besar. Entahlah, pikiranku menggambang. Aku yakin pria ini tak akan melepaskanku begitu saja. Kebaikannya hanya perhatian kecil untuk bisa mendekati dan menyentuhku. Dan aku yakin dia pasti menuntutku untuk melayaninya.

Tangannya terulur pelan menyentuh kepalaku. Dia sudah memulai aksinya. Tapi mataku melebar sempurna ketika tangan itu menyusuri rambutku. Menyisiri rambutku dengan jari\-jemarinya. Tangan kirinya pun ikut terulur. Melakukan hal yang sama disisi kanan rambutku.

Apa yang dia coba lakukan? Mencoba merapihkan rambutku yang berantakan. Tidak mungkin, dia pasti sama seperti pria lain yang penuh nafsu birahi. Tapi semakin aku menyangkalnya semakin pria di hadapanku ini menatapku penuh rasa. Tatapan matanya yang terfokus padaku memancarkan kasih dan kepedulian yang begitu besar.

"Siapa namamu?" Suara lembutnya menghanyutkan. Aku terpejam menikmati kasih dari belaian tangannya di kepalaku.

"Shelina,  Shelina Aston," suaraku keluar begitu saja. Seakan aku terhipnotis olehnya. Dia tersenyum lebar. Entah mengapa aku sangat menyukai senyumannya. Senyum itu bahkan sudah menular kepadaku.

"Nama yang indah. Namaku Andrew Cho," ucapnya.

"Malam ini temani aku," ucapnya lembut. Sudah kuduga, tak ada orang yang tulus di dunia ini. Semua orang pasti memiliki maksud dibalik tindakan baiknya.

"Tidak, bukan dengan melayaniku. Tapi menemaniku berbagi kisahmu," sangkal Andrew seakan mengerti pemikiranku.

"Apa?" Mataku melotot tak percaya. Mulutku terbuka tak bisa berkata\-kata. Apa maksud pria ini? Berbagi kisah? Apa dia sedang bercanda? Dia berkata seakan kisah hidupku begitu menarik untuk ia dengarkan daripada menuntutku untuk melayaninya di atas ranjang.

"Shelina, bisakah kau menceritakan kisah hidupmu kepadaku?" Tanyanya penuh harap. Takut aku menolak permintaannya. Dia serius? Andrew serius dengan perkataannya. Ini pertama kalinya ada seorang pria yang memintaku untuk menceritakan kisah hidupku. Selama ini tak ada satu pun pria yang perduli. Mereka hanya menginginkan kepuasan dan bermulut manis. Tak ada yang memperlakukanku selembut dan seperhatian pria ini.

Awalnya aku menolak bercerita dan ingin dia mengerti bahwa aku tak bisa berbagi kisah dengan seorang pria asing hingga akhirnya dia sendiri yang mulai menceritakan kisah hidupnya. Kisah tentang dirinya yang sangat mencintai almarhum istrinya. Hingga malam semakin larut. Dan kami tidur bersama tanpa melakukan hubungan suami istri. Bahkan tak ada satu pun kecupan bibir. Benar\-benar hanya tidur di ranjang yang sama dengan dia yang memelukku. Ini pertama kalinya aku tidur bersama seorang pria tanpa melakukan hubungan sex sedikitpun.

˙°♡♡♡°˙

Sebuah benda hangat nan lembut menempel di dahi. Menyadarkanku kembali dari lamunan sesaatku. Andrew mengecup dahiku. Mengantarkan kehangatan yang menenangkan. Aku sadar bahwa dia adalah orang yang begitu berarti di hidupku. Pahlawanku. Dan keputusanku untuk menikah dengannya, tak pantas aku pertanyakan dan ragukan lagi.

"Masuk dan segera tidur, mengerti." Tangannya mengelus pelan puncak kepalaku dengan sayang. Aku mengangguk sambil tersenyum lebar kearahnya. Dan mulai turun dari mobil, melambai sebentar hingga dia pergi menjauh.

Aku melangkahkan kaki menuju apartemenku yang berada di lantai tujuh. Keheningan gedung menyelimutiku. Aku terlena dengan ribuan pemikiran dalam angan.

Marcus.

Sosok yang begitu kurindukan sejak lima tahun lalu. Sosok yang sangat ingin aku temui dan hindari. Sosok yang tak pernah lagi hadir dalam mimpiku. Kini datang lagi. Datang ketika aku sangat ingin memulai hidup baruku. Sosok yang memiliki kata pertama di seluruh hidupku. Cinta pertama, ciuman pertama dan pria pertamaku. Tak mungkin aku bisa melupakan ataupun menghapusnya. Dia terukir begitu dalam di hati, membekas tanpa bisa menghilang sedikitpun.

Dentingan suara lift menyadarkanku. Aku tersadar untuk segera melangkah keluar dan berjalan kembali. Menyusuri lorong yang hening dan sepi hingga berdiri di depan salah satu pintu apartemen.

Kuketikkan beberapa angka kombinasi password di panel pintu apartemen. Dan segera masuk ketika pintu terbuka. Hening, gelap, dan sepi, itulah yang selalu menyambut kehadiranku di apartemen ini. Apartemen luas dan mewah yang Andrew sediakan untukku. Kakiku melangkah pelan di kegelapan. Tak berniat menghidupkan lampu. Melepas highheels lima belas centi yang menyiksaku sejak tadi. Hembusan lega keluar ketika telapak kakiku menyentuh dinginnya kramik. Aku berjalan menyusuri ruang tamu yang samar di kegelapan.

Melepaskan tas tanganku begitu saja hingga jatuh tak berdaya di lantai dengan suara yang cukup nyaring. Aku tak perduli, terlalu lelah hanya untuk meletakkan tas mewah itu di meja.

Kudorong pelan pintu kamarku. Terus berjalan menuju ranjang. Cahaya rembulan cukup menerangi kamar ini, masuk melalui jendela kaca besar yang memisahkan kamar dan balkon. Ketika aku berdiri di sisi ranjang, saat itu pula aku menjatuhkan tubuhku. Merentangkan tanganku lebar, melayang tak berdaya dan mendarat dengan cepat di atas kasur empuk yang menenangkan. Kupejamkan mata, menghirup udara begitu banyak dan menghembuskannya secara pelan. Mataku terbuka kembali, langit kamar yang polos menyambut.

Lagi, pertemuan acara makan malam yang gagal tadi berputar kembali. Seperti kaset kusut yang di putar berulang kali tanpa henti.

Marcus begitu terkejut sama sepertiku. Aku bergetar mengingat tatapan mata tajam dan mengintimidasi miliknya. Bukan karena terpesona atau rindu. Tapi karena sakit menyadari bahwa kini semua telah berubah. Aku... Tak akan mungkin bisa memilikinya lagi. Dia hanyalah masa laluku dan Andrew adalah masa depanku. Tak perduli sesulit apa rintangannya. Tak perduli sekeras apa orang menentang kami. Aku hanya ingin bahagia bersamanya. Pria yang menjadi cahaya dalam kegelapanku. Calon suamiku, Andrew Cho.

Airmata menetes tanpa bisa aku tahan. Tak bisa menutupi kesedihan, luka dan sakit di hatiku. Aku hanya berharap ini adalah airmata terakhirku untuk Marcus. Karena dia hanyalah masa laluku. Masa lalu yang menjadi kenangan tak terlupakan yang tak bisa lagi aku harapkan untuk terulang kembali sekarang ataupun di masa depan.

Tak ada yang tahu ataupun menebak bagaimana takdirmu dituliskan oleh Tuhan. Sama seperti takdir yang kini menimpaku. Lima tahun yang lalu Marcus adalah kekasihku, tapi kini dia adalah calon anak tiriku. Lima tahun yang lalu aku sama sekali tak mengenal Andrew tapi kini dia adalah calon suamiku. Tak ada satu manusia yang bisa menebak dan membaca takdir yang sudah digariskan Tuhan. Semua bisa terjadi jika Dia menghendakinya. Dan aku hanya bisa berharap dan berdoa akan ada kebahagiaan yang menanti di ujung jalan takdir ini.

Terpopuler

Comments

Lilis Ferdinan

Lilis Ferdinan

penasaran, knp shelina bs jd wanita panggilan,, 🤔😊

2021-03-18

1

Wijayanti

Wijayanti

semakin penasaran..

2021-02-25

1

Rokiyah Yulianti

Rokiyah Yulianti

next

2020-12-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Meet Again
2 Bab 2. He is My Past
3 Bab 3. He is My Future
4 Bab 4. A War Begin
5 Bab 5. Trauma ku
6 Bab 6. Calon Ibu Tiri
7 Bab 7. So Sexy
8 Bab 8. Kiss
9 Bab 9. My Dari Life
10 Bab 10. Andrew Pergi
11 Bab 11. Sakit
12 Bab 12. Mencurigakan
13 Bab 13. Genjatan Senjata
14 Bab 21. Dia Koma
15 Bab 14. Tantangan Gila
16 Bab 15. Hilang Kontrol
17 Bab 16. Konfrontasi Siska
18 Bab 17. Dia begitu rumit
19 Bab 18. Tolong Aku
20 Bab 19. Melewati Malam Bersama
21 Bab 20. Jonathan
22 Bab 21. Dia semakin aneh
23 Bab 22. Sama seperti evelyn?
24 Bab 23. Fitting Baju pengantin
25 Bab 24. Sebenarnya apa mau pria itu
26 Bab 25. Terjadi Lagi
27 Bab 26. Indahnya Malam
28 Bab 27. Bangun Kesiangan?
29 Bab 28. Membohongi mu
30 Bab 29. Bertengkar lagi
31 Bab 30. Kebenaran lima tahun lalu
32 Bab 31. Rekaman
33 Bab 32. Tak pantas dipanggil ayah
34 Bab 33. Perhatian Marcus
35 Bab 34. aku mencintaimu
36 Bab 35. Penculikan
37 Bab 36. Kisah Aiden
38 Bab 37. Marcus!
39 Bab 38. Keputusan ku
40 Bab 39. Apa yang Mereka bicarakan
41 Bab 40. Pengakuan Marcus
42 Bab 41. Tetap menikah dengannya
43 Bab 42. Apa ini Keputusan tepat
44 Bab 43. Menuju Pernikahan
45 Bab 44. Terlambat
46 Bab 45. Ayo, kabur bersamaku
47 Bab 46. Bersikeras mendapatkannya
48 Bab 47. Dia bukan anakku
49 Bab 48. Siapa Ayahku
50 Bab 49. Hati Jonathan
51 Bab 50. Akhirnya
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1. Meet Again
2
Bab 2. He is My Past
3
Bab 3. He is My Future
4
Bab 4. A War Begin
5
Bab 5. Trauma ku
6
Bab 6. Calon Ibu Tiri
7
Bab 7. So Sexy
8
Bab 8. Kiss
9
Bab 9. My Dari Life
10
Bab 10. Andrew Pergi
11
Bab 11. Sakit
12
Bab 12. Mencurigakan
13
Bab 13. Genjatan Senjata
14
Bab 21. Dia Koma
15
Bab 14. Tantangan Gila
16
Bab 15. Hilang Kontrol
17
Bab 16. Konfrontasi Siska
18
Bab 17. Dia begitu rumit
19
Bab 18. Tolong Aku
20
Bab 19. Melewati Malam Bersama
21
Bab 20. Jonathan
22
Bab 21. Dia semakin aneh
23
Bab 22. Sama seperti evelyn?
24
Bab 23. Fitting Baju pengantin
25
Bab 24. Sebenarnya apa mau pria itu
26
Bab 25. Terjadi Lagi
27
Bab 26. Indahnya Malam
28
Bab 27. Bangun Kesiangan?
29
Bab 28. Membohongi mu
30
Bab 29. Bertengkar lagi
31
Bab 30. Kebenaran lima tahun lalu
32
Bab 31. Rekaman
33
Bab 32. Tak pantas dipanggil ayah
34
Bab 33. Perhatian Marcus
35
Bab 34. aku mencintaimu
36
Bab 35. Penculikan
37
Bab 36. Kisah Aiden
38
Bab 37. Marcus!
39
Bab 38. Keputusan ku
40
Bab 39. Apa yang Mereka bicarakan
41
Bab 40. Pengakuan Marcus
42
Bab 41. Tetap menikah dengannya
43
Bab 42. Apa ini Keputusan tepat
44
Bab 43. Menuju Pernikahan
45
Bab 44. Terlambat
46
Bab 45. Ayo, kabur bersamaku
47
Bab 46. Bersikeras mendapatkannya
48
Bab 47. Dia bukan anakku
49
Bab 48. Siapa Ayahku
50
Bab 49. Hati Jonathan
51
Bab 50. Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!